Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 2
(1-357)
Bismillahirrahmanirrahim
PENDAHULUAN PENULIS
UNTUK TULISAN BERBAHASA ARAB DAN AL-MATSNAWI
Pendahuluan ini berisi lima perihalPENDAHULUAN PENULIS
UNTUK TULISAN BERBAHASA ARAB DAN AL-MATSNAWI
Perihal Pertama
Sekitar lima puluh tahun lalu, karena semakin sibuk dengan pemikiran rasional dan filsafat, “Said lama” mencoba meretas jalan menuju hakikat seperti ahli tarekat dan hakikat. Ia tidak hanya puas dengan gerakan kalbu semata sebagaimana kebanyakan ahli tarekat. Karena akal dan pikirannya terluka oleh hikmah filsafat pada tahap tertentu, maka peru pengobatan.
Kemudian ia ingin mengikuti jalan beberapa tokoh ahli hakikat yang menuju hakikat lewat akal dan kalbu. Dalam pandangannya, masing-masing tokoh memiliki keistimewaan menarik dan unik. Ia bimbang dalam memilih di antara mereka. Maka, yang terlintas dalam benak “Said lama” yang berbalut luka adalah perintah al-Imam ar-Rabbani kepadanya secara gaib yang terdapat dalam tulisannya, “Satukan kiblat!”[1] . Jadi, maksud dari menyatukan kiblat adalah menjadikan seorang ustadz sebagai satu-satunya guru.
---------------------------------------------------
[1] Imam ar-Rabbani adalah Ahmad ibn Abdul Ahad as-Sirhindi al-Faruqi (971-1034 H) yang diberi gelar “Pembaharu milenium kedua”. Ia dikenal menguasai ilmu pada masanya, perhatian terhadap pembinaan ruhani, penyucian jiwa, keikhlasan kepada Allah, kehadiran hati, serta menolah jabatan yang ditawarkan kepadanya. Ia melawan fitnah yang dilakukan oleh Raja Akbar yang nyaris hendak menghancurkan Islam. Ia diberi taufik untuk mengalihkan negara Mongolia yang demikian kuat dari atheis dan agama budha kepada pangkuan Islam. Ia hembuskan ke dalamnya sistem baiat, ukhuwah, dan dakwah kepada manusia. Ia bersihkan paham tasawwuf dari noda. Dakwahnya berkembang di benua India hingga dari buahnya muncul Raja yang saleh, Aurangzeb. Pada masanya, kaum muslimin mendapatkan kemenangan. Tarekat Naqsyabandinya berkembang ke seluruh dunia Islam lewat Allamah Khalid asy-Syahrazuri yang dikenal dengan nama Maulana Khalid (1192 -1243 H). Ia menulis sejumlah tulisan. Yang paling terkenal adalah Maktûbât yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Murad dalam dua jilid dan diberi judul ad-Durar al-Maknûnât. Ungkapan yang disebutkan dalam tulisan ke-75 dari jilid pertama berbunyi, “Namun, engkau harus memperhatikan satu syarat. Yaitu menyatukan kiblat arah pandang.”
No Voice