Risalah Mi’raj | Risalah Mi’raj | 34
(1-43)
Kiamat telah dekat dan bulan telah terbelah Jika mereka (orang-orang musyrik) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, “(Ini adalah) sihir yang berkelanjutan.”  1
Para filsuf materialis serta orang-orang yang bertaklid buta kepada mereka hendak memadamkan mukjizat terbelahnya bulan yang demikian terang seperti purnama. Karena itu, mereka memunculkan sejumlah pemikiran yang merusak di seputarnya. Mereka berkata, “Andaikan terbelahnya bulan benar-benar terjadi pasti akan diketahui oleh seluruh dunia dan pasti tercatat dalam buku-buku sejarah.”
Sebagai jawaban:
Terbelahnya bulan merupakan sebuah mukjizat untuk menegaskan kenabian. Ia terjadi di hadapan orang-orang yang mendengar pernyataan kenabian, namun ingkar. Ia terjadi dalam waktu yang singkat pada malam hari di saat kelalaian demikian pekat. Di samping itu, terdapat perbedaan tempat kemunculan, keberadaan awan, mendung, dan berbagai penghalang lainnya yang membuatnya tak terlihat. Apalagi aktivitas meteorologi dan sarana peradaban belum lagi tersebar. Karenanya proses terbelahnya bulan tidak harus dilihat oleh semua manusia di semua tempat. Ia juga tidak harus masuk ke dalam buku-buku sejarah.
Sekarang perhatikan lima saja dari sekian banyak hal penting yang dengan ijin Allah dapat menghapus awan ilusi yang menutupi wajah mukjizat yang terang ini:
Pertama
Sikap keras kepala kaum kafir ketika itu sangat dikenal dalam sejarah. Ketika Alquran menyatakan, “bulan telah terbelah,” dan gemanya terdengar sampai cakrawala tak ada satupun dari kaum kafir yang mengingkari ayat tersebut, yakni mengingkari kejadian itu. Sebab, andaikan kejadian tersebut tidak terjadi pada saat itu dan tidak ada menurut mereka tentu mereka tergerak dengan hebat untuk mendustakan pengakuan kenabian dan mengingkari Rasul SAW.. Namun, tidak ada satu pun buku sejarah yang menukil perkataan kaum kafir di seputar pengingkaran mereka terhadap peristiwa terbelahnya bulan. Yang ada hanyalah penjelasan ayat Alquran, “Mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang berkelanjutan.” Maksudnya, orangorang kafir yang menyaksikan mukjizat itu berkata, “Ini adalah sihir. Maka, utuslah orang ke sejumlah penjuru untuk menyaksikan apakah mereka melihat atau tidak?” Ketika pagi tiba sejumlah rombongan dari Yaman dan lainnya datang. Ketika ditanya mereka menjawab bahwa mereka telah melihat hal yang sama. Maka, orang-orang kafir itu pun berkomentar, “Sihir anak yatim yang dipelihara Abu Thalib telah mencapai langit.”
Kedua
Sebagian besar imam ilmu kalam seperti Sa’ad at-Taftazânî berkata, “Terbelahnya bulan merupakan riwayat yang mutawatir sama seperti memancarnya air dari jari jemari beliau di mana pasukan bisa meminum darinya. Juga seperti rintihan batang pohon lantaran berpisah dengan beliau di mana sebelumnya ia menjadi sandaran beliau saat berkhotbah dan hal itu didengar oleh jamaah masjid. Dengan kata lain, peristiwa tersebut
--------------------
1 QS. al-Qamar: 1-2
No Voice