Risalah Mi’raj | Risalah Mi’raj | 40
(1-43)
yang dengan lisan Alquran membuka perbendaharaan keindahan dan kesempurnaan nama-namaNya. Beliau yang dengan lisan Alquran menjelaskan secara sangat terang tentang tanda-tanda kebesaran yang terdapat di alam yang menunjukkan kesempurnaan Penciptanya. Beliau yang menunaikan tugas cermin rububiyah Ilahi lewat ubudiyah yang menyeluruh. Karena esensinya kompherensif, maka meraih manifestasi seluruh nama-Nya secara sempurna.
Dari sini dapat dikatakan bahwa karena cintaNya kepada keindahan-Nya, Dzat Yang Mahaindah dan Mahaagung mencintai Muhammad SAW. yang merupakan cermin yang bisa merasakan keindahan tersebut.
Karena cinta-Nya kepada nama-nama-Nya Dia mencintai Muhammad SAW. yang merupakan cermin paling bening yang memantulkan nama-namaNya yang mulia. Dia juga mencintai sosok yang menyerupai Muhammad SAW. di mana masingmasing sesuai dengan derajatnya.
Karena cinta-Nya kepada kreasi-Nya, Dia mencintai Muhammad SAW. yang mengungkapkan kreasi tersebut di seluruh alam sehingga pendengaran langit terngiangngiang olehnya serta daratan dan lautan tergugah merindukan-Nya. Allah juga mencintai orang-orang yang mengikuti beliau.
Karena mencintai ciptaan-Nya, Dia mencintai makhluk hidup yang paling sempurna dari ciptaan, makhluk berkesadaran yang paling sempurna di antara makhluk hidup, manusia yang paling utama di antara makhluk berkesadaran dan Muhammad SAW. yang merupakan sosok terbaik di antara seluruh manusia.
Karena rasa cinta kepada akhlak makhluk-Nya, Dia mencintai Muhammad SAW.. Pasalnya, beliau berada di puncak akhlak terpuji sebagaimana disepakati baik oleh wali maupun oleh musuh. Dia juga mencintai orang-orang yang meniru akhlak beliau masing-masing sesuai dengan derajatnya.
Maknanya, cinta Allah meliputi alam sebagaimana rahmat-Nya.
Karena itu, kedudukan tertinggi dalam kelima aspek yang telah disebutkan terkait dengan sekian hal yang Dia cinta yang jumlahnya tak terhingga adalah kedudukan yang dimiliki oleh Muhammad SAW.. Karenanya, beliau diberi gelar kekasih Allah (Habibullah).
Sulayman Afandi telah mengungkapkan kedudukan kekasih Allah dengan ungkapannya, “Aku mencintaimu.” Ungkapan ini merupakan teropong untuk direnungkan sekaligus sebagai petunjuk tentang hakikat tersebut dari jauh. Namun demikian karena ungkapan itu bisa melahirkan satu pengertian yang tak sesuai dengan sifat rububiyahNya, maka yang lebih tepat adalah ungkapan, “Aku ridha kepadamu.”Ketiga, sejumlah dialog yang berlangsung dalam kumpulan syair mengenai mi’raj tersebut tidak mampu mengungkapkan berbagai hakikat suci itu lewat pengertian yang kita pahami bersama.
Namun, dialog-dialog itu merupakan tematema yang menjadi bahan perenungan, teropong untuk melakukan refleksi, petunjuk tentang berbagai hakikat mulia dan mendalam, penyadaran akan sejumlah hakikat iman, serta kiasan tentang beberapa makna yang tak bisa dijelaskan.
Ia bukanlah dialog dan peristiwa seperti layaknya yang terdapat pada beberapa kisah yang pengertiannya dapat dipahami bersama. Pasalnya, kita tidak dapat mendapat ilham tentang sejumlah hakikat tersebut dari dialog yang ada denganimajinasi kita. Namun, kita bisa mendapat ilham darinya dengan kalbu kita lewat sentuhan iman dan getaran spiritual yang bercahaya. Sebab, sebagaimana tidak ada yang serupa dan sama dengan Dia dalam hal dzat dan sifat-Nya, juga tidak ada yang sama dengan Allah dalam urusan rububiyahNya. Sebagaimana sifat-sifat Allah tidak sama dengan sifat makhluk, cinta-Nya juga tidak sama dengan cinta makhluk.
No Voice