Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 133
(1-144)
Demikianlah seharusnya mengkiaskan apa yang ditampakkan oleh manusia daripada cinta terhadap “keindahan” dan terhadap “kesempurnaan”, dengan kias yang kami isyaratkan secara global daripada cinta terhadap “kebaikan”.
Adapun orang kafir yang ingkar, dia melihat semua yang wujud itu sia-sia, tidak ada maknanya, dan dia melihat kewujudannya sendiri tidak ada maknanya juga. Oleh sebab itu dia meremehkan, merendahkan dan menghinakan segala yang wujud di sekitarnya serta memusuhi dan membencinya, karena dia tidak mampu – dengan kekafiran dan keingkarannya – untuk memahaminya sebagai tanda-tanda yang menunjukkan Pencipta yang memberi banyak kebaikan ladi Maha Agung. Manusia itu selamanya adalah musuh terhadap apa yang tak diketahui dan dipahaminya.
POKOK KEDUA:
Cinta Allah itu menuntut untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad (s.a.w) yang suci, karena cinta Allah berarti melaksanakan apa saja yang diridhaiNya, dan segala yang diridhaiNya itu tercermin dengan sebaik-baiknya pada dzat Muhammad (s.a.w). meniru dzat beliau yang berkah di dalam pergerakan dan perbuatan itu datang dari dua segi:
Pertama : Segi cinta Allah dan mentaati perintah-perintahNya serta bergerak di sekitar daerah keridhaanNya. Segi ini menuntut pengikutan tersebut, karena imam yang paling sempurna dan teladan yang paling baik adalah dzat Nabi Muhammad (s.a.w) yang mulia.
Kedua: Segi dzat Nabi (s.a.w) yang mulia yang merupakan wasilah tertinggi untuk kebaikan Ilahi yang tidak terbatas bagi manusia, jadi dia layak untuk mendapatkan cinta yang tidak terbatas karena Allah dan dijalanNya.
Secara fitrah manusia suka meniru dengan orang yang dikasihinya – sebisa mungkin - ,oleh sebab itu, orang-orang berusaha demi cinta “kekasih Allah” dan berusaha semampunya untuk menirunya ia harus mengikuti sunnahnya yang mulia.
POKOK KETIGA:
Sebagaimana Allah memiliki rahmat yang tiada habisnya, Dia juga mempunyai cinta yang tiada habisnya. Sebagaimana Allah membuat orang cinta kepadaNya – dengan bentuk tanpa batas – dengan kebaikan, keindahan dan kecantikan alam seluruhnya bagi makhluk-makhlukNya, maka Dia juga mencintai makhluk-makhlukNya itu, apalagi yang mempunyai perasan diantara mereka, yang membalas cintaNya dengan penghormatan dan cinta. Oleh karena itu, betapa mulianya tujuan manusia di dalam ridha Tuhannya, dan betapa besar dan agungnya usahanya demi menjadi tumpuan perhatian dan cinta Allah yang menciptakan sorga dan kelembutan, kebaikan, keenakan dan kenikmatannya dengan manifestasi rahmatNya.
Karena seseorang itu tidak mungkin layak mendapat cinta Allah kecuali dengan mengikuti sunnah Nabi adalah tujuan manusia yang paling besar dan tugas manusia yang paling penting.
Adapun orang kafir yang ingkar, dia melihat semua yang wujud itu sia-sia, tidak ada maknanya, dan dia melihat kewujudannya sendiri tidak ada maknanya juga. Oleh sebab itu dia meremehkan, merendahkan dan menghinakan segala yang wujud di sekitarnya serta memusuhi dan membencinya, karena dia tidak mampu – dengan kekafiran dan keingkarannya – untuk memahaminya sebagai tanda-tanda yang menunjukkan Pencipta yang memberi banyak kebaikan ladi Maha Agung. Manusia itu selamanya adalah musuh terhadap apa yang tak diketahui dan dipahaminya.
POKOK KEDUA:
Cinta Allah itu menuntut untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad (s.a.w) yang suci, karena cinta Allah berarti melaksanakan apa saja yang diridhaiNya, dan segala yang diridhaiNya itu tercermin dengan sebaik-baiknya pada dzat Muhammad (s.a.w). meniru dzat beliau yang berkah di dalam pergerakan dan perbuatan itu datang dari dua segi:
Pertama : Segi cinta Allah dan mentaati perintah-perintahNya serta bergerak di sekitar daerah keridhaanNya. Segi ini menuntut pengikutan tersebut, karena imam yang paling sempurna dan teladan yang paling baik adalah dzat Nabi Muhammad (s.a.w) yang mulia.
Kedua: Segi dzat Nabi (s.a.w) yang mulia yang merupakan wasilah tertinggi untuk kebaikan Ilahi yang tidak terbatas bagi manusia, jadi dia layak untuk mendapatkan cinta yang tidak terbatas karena Allah dan dijalanNya.
Secara fitrah manusia suka meniru dengan orang yang dikasihinya – sebisa mungkin - ,oleh sebab itu, orang-orang berusaha demi cinta “kekasih Allah” dan berusaha semampunya untuk menirunya ia harus mengikuti sunnahnya yang mulia.
POKOK KETIGA:
Sebagaimana Allah memiliki rahmat yang tiada habisnya, Dia juga mempunyai cinta yang tiada habisnya. Sebagaimana Allah membuat orang cinta kepadaNya – dengan bentuk tanpa batas – dengan kebaikan, keindahan dan kecantikan alam seluruhnya bagi makhluk-makhlukNya, maka Dia juga mencintai makhluk-makhlukNya itu, apalagi yang mempunyai perasan diantara mereka, yang membalas cintaNya dengan penghormatan dan cinta. Oleh karena itu, betapa mulianya tujuan manusia di dalam ridha Tuhannya, dan betapa besar dan agungnya usahanya demi menjadi tumpuan perhatian dan cinta Allah yang menciptakan sorga dan kelembutan, kebaikan, keenakan dan kenikmatannya dengan manifestasi rahmatNya.
Karena seseorang itu tidak mungkin layak mendapat cinta Allah kecuali dengan mengikuti sunnah Nabi adalah tujuan manusia yang paling besar dan tugas manusia yang paling penting.
No Voice