Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 131
(1-144)
DARI RISALAH “MIRQAh AS-SUNNAH WA TIRYAQ MARADH AL-BID’AH” (TANGGA SUNNAH DAN PENANGKAL SAKIT BID’AH)
MEMO PERTAMA: CINTA ALLAH DAN RASULNYA
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu” (surat Ali Imran 31).
Di dalam ayat suci ini terdapat ringkasan yang menakjubkan, karena banyak makna yang terkandung di dalam tiga potong kalimat di atas, yaitu sebagai berikut:
Ayat suci tersebut mengatakan:
“Jika kamu beriman kepada Allah, maka kamu pasti akan mencintaiNya. Dan selama kamu mencintaiNya, maka kamu akan berbuat sesuai dengan yang disukaiNya. Dan penyerupaanmu denganNya tidak lain di dalam mengikutinya, maka selama kamu mengikutinya niscaya Allah akan mencintaimu. Dan sebagaimana dimaklumi bahwa kamu mencintai Allah supaya Allah mencintaimu”.
Demikianlah kalimat-kalimat ini tiada lain hanyalah sebagian makna ringkas lagi global daripada ayat di atas. Jadi bisa dikatakan bahwa:
Sesungguhnya tujuan manusia yang paling mulia dan tinggi adalah: menjadi orang yang layak menerima cinta Allah. Teks ayat tersebut menerangkan kepada kita bahwa jalan menuju tujuan mulia tersebut adalah dengan mengikuti “kekasih Allah” dan meneladani sunnahnya yang suci. Dalam hal ini akan kita sebutkan tiga pokok berikut supaya hakekat tersebut menjadi jelas:
POKOK PERTAMA:
Manusia telah ditakdirkan untuk mencintai Pencipta alam ini tanpa batas. Yang demikian itu karena fitrah manusia menyimpan rasa cinta terhadap yang indah, sempurna dan baik. Cinta tersebut semakin bertambah sesuai dengan peringkat keindahan, kesempurnaan dan kebaikan sehingga sampai ke peringkat rindu, maka akan tetaplah di dalam hati kecil manusia ini rasa rindu dengan kebesaran alam, karena memindahkan seluruh isi perpustakaan seperti buku-buku dan menyimpannya di dalam ingatan hati – yang hanya berukuran sebesar biji kacang adas – menerangkan bahwa, hati manusia bisa mencakup alam dan bisa membawa “cinta” sebesar alam.
Selama fitrah manusia memiliki keupayaan untuk mencintai kebaikan, keindahan dan kesempurnaan, dan sesungguhnya Pencipta alam memiliki keindahan yang suci tanpa batas, kewujudannya dapat dilihat jelas dengan kesan-kesannya yang tampak pada makhluk-makhluk, dan Dia mempunyai kesempurnaan yang suci tanpa batas, kewujudannya dapat dilihat jelas dengan ukiran ciptaannya yang tampak pada semua yang wujud, dan Dia memiliki kebaikan tanpa batas, benar-benar wujudnya, bisa diraba dan disaksikan dalam kenikmatan-kenikmatannya yang tampak pada semua makhluk yang hidup...maka Dia tentu meminta cinta yang tanpa batas dari manusia yang merupakan makhluk paling mempunyai perasaan rindu dan sayang dan paling banyak memerlukan kasih sayang Allah dan paling banyak berfikir tentang kenikmatan-kenikmatanNya serta paling banyak keinginan untuk mengetahuiNya.
MEMO PERTAMA: CINTA ALLAH DAN RASULNYA
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu” (surat Ali Imran 31).
Di dalam ayat suci ini terdapat ringkasan yang menakjubkan, karena banyak makna yang terkandung di dalam tiga potong kalimat di atas, yaitu sebagai berikut:
Ayat suci tersebut mengatakan:
“Jika kamu beriman kepada Allah, maka kamu pasti akan mencintaiNya. Dan selama kamu mencintaiNya, maka kamu akan berbuat sesuai dengan yang disukaiNya. Dan penyerupaanmu denganNya tidak lain di dalam mengikutinya, maka selama kamu mengikutinya niscaya Allah akan mencintaimu. Dan sebagaimana dimaklumi bahwa kamu mencintai Allah supaya Allah mencintaimu”.
Demikianlah kalimat-kalimat ini tiada lain hanyalah sebagian makna ringkas lagi global daripada ayat di atas. Jadi bisa dikatakan bahwa:
Sesungguhnya tujuan manusia yang paling mulia dan tinggi adalah: menjadi orang yang layak menerima cinta Allah. Teks ayat tersebut menerangkan kepada kita bahwa jalan menuju tujuan mulia tersebut adalah dengan mengikuti “kekasih Allah” dan meneladani sunnahnya yang suci. Dalam hal ini akan kita sebutkan tiga pokok berikut supaya hakekat tersebut menjadi jelas:
POKOK PERTAMA:
Manusia telah ditakdirkan untuk mencintai Pencipta alam ini tanpa batas. Yang demikian itu karena fitrah manusia menyimpan rasa cinta terhadap yang indah, sempurna dan baik. Cinta tersebut semakin bertambah sesuai dengan peringkat keindahan, kesempurnaan dan kebaikan sehingga sampai ke peringkat rindu, maka akan tetaplah di dalam hati kecil manusia ini rasa rindu dengan kebesaran alam, karena memindahkan seluruh isi perpustakaan seperti buku-buku dan menyimpannya di dalam ingatan hati – yang hanya berukuran sebesar biji kacang adas – menerangkan bahwa, hati manusia bisa mencakup alam dan bisa membawa “cinta” sebesar alam.
Selama fitrah manusia memiliki keupayaan untuk mencintai kebaikan, keindahan dan kesempurnaan, dan sesungguhnya Pencipta alam memiliki keindahan yang suci tanpa batas, kewujudannya dapat dilihat jelas dengan kesan-kesannya yang tampak pada makhluk-makhluk, dan Dia mempunyai kesempurnaan yang suci tanpa batas, kewujudannya dapat dilihat jelas dengan ukiran ciptaannya yang tampak pada semua yang wujud, dan Dia memiliki kebaikan tanpa batas, benar-benar wujudnya, bisa diraba dan disaksikan dalam kenikmatan-kenikmatannya yang tampak pada semua makhluk yang hidup...maka Dia tentu meminta cinta yang tanpa batas dari manusia yang merupakan makhluk paling mempunyai perasaan rindu dan sayang dan paling banyak memerlukan kasih sayang Allah dan paling banyak berfikir tentang kenikmatan-kenikmatanNya serta paling banyak keinginan untuk mengetahuiNya.
No Voice