Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 55
(1-144)
AKU BERLINDUNG KEPADA ALLAH DARI SETAN DAN POLITIK
Ustadz Said Nursi memberi alasan mengapa beliau mengundurkan diri dari medan politik pada waktu itu dan berpindah kepada fase “Said Baru” sebagai berikut:
“Said lama telah memasuki kancah politik selama hampir sepuluh tahun dengan harapan dia dapat berkhidmat untuk agama dan ilmu dengan jalan tersebut. Akan tetapi usaha-usahanya hilang dibawa angin ketika dia melihat bahwa jalan itu banyak problemanya dan diragukan, dan bahawa ikut campur di dalamnya adalah sesuatu yang melampaui batas – bagi diriku, karena ia menghalangiku melakukan kewajiban yang lebih penting. Ia ada bahayanya, dan kebanyakkannya adalah penipuan dan kebohongan. Dan di sana ada kemungkinan bahwa seseorang itu menjadi alat bagi orang asing tanpa disadarinya. Demikian pula, orang yang masuk kekancah politik ada dua kemungkinan, menyetujui politik negara atau menentangnya. Maka jika saya menyetujuinya, maka ikut masuk campur di dalamnya – bagi diriku – adalah sesuatu yang melampaui batas dan tidak berguna bagiku, karena saya bukan pegawai negara dan juga bukan wakil di dalam parlemennya. Maka tidak ada artinya – ketika itu – aku melakukan hal-hal yang berkenaan dengan politik. Dan jika saya masuk ke dalam pihak penentang atau politik yang berbeda dengan negara, maka saya harus masuk – ketika itu – dengan jalan pemikiran atau dengan jalan kekuatan. Jika masuknya dengan jalan pemikiran maka saya tidak ada hajat juga, karena masalah-masalahnya telah jelas sekali. Semua orang mengetahui masalah-masalah tersebut seperti saya, maka tidak ada gunanya banyak bicara. Dan jika masuknya dengan kekuatan yakni dengan jalan menampakkan penentangan untuk mencapai tujuan yang diragukan dengan menimbulkan masalah-masalah, maka di sana banyak kemungkinan saya masuk ke dalam ribuan dosa dan kesalahan, karena banyak orang akan menderita karena kejahatan seorang manusia saja. Perasaanku tidak rela untuk masuk ke dalam dosa dan membiarkan orang-orang yang tidak bersalah di dalamnya hanya karena satu kemungkinan atau dua kemungkinan daripada sepuluh kemungkinan. Oleh kerana semua itu, maka Said Lama meninggalkan politik dan majlis-majlis keduniaannya sebagaimana dia meninggalkan rokok dan membaca koran”.(53)
FASE KETIGA: SAID KETIGA
Peringkat ini, yang Said Nursi namakan dirinya sendiri dengan nama: “Said Ketiga” dimulai sejak keluarnya beliau dari penjara kota Afiyun sampai kewafatannya pada tahun 1960M. Kondisi di Turki pada peringkat ini berbeda dengan kembalinya kegiatan partai-partai politik setelah di sana hanya ada pemerintahan satu partai.
Peringkat ini semakin jelas mulai dari tahun 1950M, yaitu tahun kemenangan partai penentang, Partai Demokrasi, dalam pemilihan umum dengan kemenangan besar. Dengan demikian Partai Rakyat Republik disingkirkan dari kerusi pemerintahan yang memerangi Islam selama seperempat abad.
Di sini kita melihat “Said Ketiga” menambah kegiatan “Said Baru” dengan kegiatan lain, yaitu mengajarkan risalah-risalah an-Nur secara klasikal, di samping mengajak dan menasehati para politikus dan orang-orang yang berada di dalam pemerintahan untuk mengikuti ajaran-ajaran Islam. Beliau juga menerangkan bahwa jalan satu-satunya yang benar adalah jalan Islam. Beliau melakukan demikian itu tanpa masuk ke dalam kancah politik,35 bahkan beliau tetap jauh daripadanya guna menumpukan segala usahanya untuk mendidik jiwa dan memperkuat iman serta mengingatkan manusia akan Allah dan hari akhir, serta senantiasa memperingatkan murid-muridnya agar supaya mereka menjadikan pekerjaan yang positif lagi membangun sebagai simbol mereka, tanpa masuk campur dalam membela hak-hak mereka dengan kekuatan materi, atau menoleh kepada arus-arus yang memusuhi dan sibuk dengannya.
Ustadz Said Nursi memberi alasan mengapa beliau mengundurkan diri dari medan politik pada waktu itu dan berpindah kepada fase “Said Baru” sebagai berikut:
“Said lama telah memasuki kancah politik selama hampir sepuluh tahun dengan harapan dia dapat berkhidmat untuk agama dan ilmu dengan jalan tersebut. Akan tetapi usaha-usahanya hilang dibawa angin ketika dia melihat bahwa jalan itu banyak problemanya dan diragukan, dan bahawa ikut campur di dalamnya adalah sesuatu yang melampaui batas – bagi diriku, karena ia menghalangiku melakukan kewajiban yang lebih penting. Ia ada bahayanya, dan kebanyakkannya adalah penipuan dan kebohongan. Dan di sana ada kemungkinan bahwa seseorang itu menjadi alat bagi orang asing tanpa disadarinya. Demikian pula, orang yang masuk kekancah politik ada dua kemungkinan, menyetujui politik negara atau menentangnya. Maka jika saya menyetujuinya, maka ikut masuk campur di dalamnya – bagi diriku – adalah sesuatu yang melampaui batas dan tidak berguna bagiku, karena saya bukan pegawai negara dan juga bukan wakil di dalam parlemennya. Maka tidak ada artinya – ketika itu – aku melakukan hal-hal yang berkenaan dengan politik. Dan jika saya masuk ke dalam pihak penentang atau politik yang berbeda dengan negara, maka saya harus masuk – ketika itu – dengan jalan pemikiran atau dengan jalan kekuatan. Jika masuknya dengan jalan pemikiran maka saya tidak ada hajat juga, karena masalah-masalahnya telah jelas sekali. Semua orang mengetahui masalah-masalah tersebut seperti saya, maka tidak ada gunanya banyak bicara. Dan jika masuknya dengan kekuatan yakni dengan jalan menampakkan penentangan untuk mencapai tujuan yang diragukan dengan menimbulkan masalah-masalah, maka di sana banyak kemungkinan saya masuk ke dalam ribuan dosa dan kesalahan, karena banyak orang akan menderita karena kejahatan seorang manusia saja. Perasaanku tidak rela untuk masuk ke dalam dosa dan membiarkan orang-orang yang tidak bersalah di dalamnya hanya karena satu kemungkinan atau dua kemungkinan daripada sepuluh kemungkinan. Oleh kerana semua itu, maka Said Lama meninggalkan politik dan majlis-majlis keduniaannya sebagaimana dia meninggalkan rokok dan membaca koran”.(53)
FASE KETIGA: SAID KETIGA
Peringkat ini, yang Said Nursi namakan dirinya sendiri dengan nama: “Said Ketiga” dimulai sejak keluarnya beliau dari penjara kota Afiyun sampai kewafatannya pada tahun 1960M. Kondisi di Turki pada peringkat ini berbeda dengan kembalinya kegiatan partai-partai politik setelah di sana hanya ada pemerintahan satu partai.
Peringkat ini semakin jelas mulai dari tahun 1950M, yaitu tahun kemenangan partai penentang, Partai Demokrasi, dalam pemilihan umum dengan kemenangan besar. Dengan demikian Partai Rakyat Republik disingkirkan dari kerusi pemerintahan yang memerangi Islam selama seperempat abad.
Di sini kita melihat “Said Ketiga” menambah kegiatan “Said Baru” dengan kegiatan lain, yaitu mengajarkan risalah-risalah an-Nur secara klasikal, di samping mengajak dan menasehati para politikus dan orang-orang yang berada di dalam pemerintahan untuk mengikuti ajaran-ajaran Islam. Beliau juga menerangkan bahwa jalan satu-satunya yang benar adalah jalan Islam. Beliau melakukan demikian itu tanpa masuk ke dalam kancah politik,35 bahkan beliau tetap jauh daripadanya guna menumpukan segala usahanya untuk mendidik jiwa dan memperkuat iman serta mengingatkan manusia akan Allah dan hari akhir, serta senantiasa memperingatkan murid-muridnya agar supaya mereka menjadikan pekerjaan yang positif lagi membangun sebagai simbol mereka, tanpa masuk campur dalam membela hak-hak mereka dengan kekuatan materi, atau menoleh kepada arus-arus yang memusuhi dan sibuk dengannya.
No Voice