Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 8
(1-357)
Bismillahirrahmanirrahim
Penjelasan tentang Permata Kandungan Ayat Berikut :
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaan-Nya kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi (QS az-Zumar: 62-63)
Mahasuci Zat yang di tangan-Nya tergenggam kerajaan segala sesuatu (QS Yasin: 83)
Perbendaharaan segala sesuatu terdapat pada Kami (QS al-Hijr: 21)
Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia yang memegang ubun-ubunnya (QS Hud: 56)
Wahai yang lalai dan tenggelam dalam dunia sebab-akibat. Sebab-akibat merupakan hijab yang menutupi gerak kekuasaan Allah. Pasalnya, kemuliaan dan keagungan-Nya mengharuskan adanya hijab. Hanya saja, Zat yang Maha berbuat itulah yang merupakan kekuatan abadi yang sebenarnya. Tauhid dan kemuliaan Allah mengharuskan demikian. Penguasa azali memiliki para pesuruh. Namun, mereka bukan perantara pelaksanaan sehingga menjadi sekutu bagi kekuasaan Tuhan. Mereka hanyalah penunjuk yang memproklamirkan berbagai prosedur Tuhan sekaligus sebagai saksi baginya. Ketika tunduk pada perintah Tuhan mereka sebenarnya melakukan sejumlah ibadah yang sesuai dengan kapasitas mereka. Mereka adalah perantara yang memperlihatkan kemuliaan qudrat-Nya dan keagungan rububiyah-Nya.
Adapun manusia, kelemahan dan kondisi butuhnya memerlukan sarana dan pesuruh yang ikut serta dalam kekuasaanannya. Karena itu, terdapat perbedaan antara pesuruh ilahi dan pesuruh manusia.
Ya, penglihatan sebagian besar orang yang lalai tidak memahami kebaikan dan hikmah di balik berbagai kejadian. Ia mengeluhkan masa depan dan berpaling secara bodoh. Sebab-akibat dijadikan sebagai sasaran keluhan. Apabila seseorang diberi taufik untuk menggapai hikmah dan kebenaran, sebab-akibat itu akan hilang dari pandangannya.
Lewat sebuah perumpamaan disebutkan bahwa malaikat Izrail as. mengeluh kepada Allah Swt., “Hamba-Mu mengeluh karena aku merenggut nyawa mereka.” Maka, Allah menjawab, “Akan Kuletakkan antara dirimu dan mereka perantara berupa musibah sehingga keluhan mereka tertuju kepadanya; bukan kepadamu.”
Kesimpulannya, bahwa kekuasaan dan keagungan Allah mengharuskan adanya sebab-akibat yang terlihat secara lahiriah agar akal bisa melihat sentuhan tangan kekuasaan-Nya terhadap berbagai persoalan. Namun, tauhid dan kemuliaan-Nya tak bisa dipengaruhi oleh sebab-akibat.
Mahasuci Zat yang di tangan-Nya tergenggam kerajaan segala sesuatu (QS Yasin: 83)
Perbendaharaan segala sesuatu terdapat pada Kami (QS al-Hijr: 21)
Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia yang memegang ubun-ubunnya (QS Hud: 56)
Wahai yang lalai dan tenggelam dalam dunia sebab-akibat. Sebab-akibat merupakan hijab yang menutupi gerak kekuasaan Allah. Pasalnya, kemuliaan dan keagungan-Nya mengharuskan adanya hijab. Hanya saja, Zat yang Maha berbuat itulah yang merupakan kekuatan abadi yang sebenarnya. Tauhid dan kemuliaan Allah mengharuskan demikian. Penguasa azali memiliki para pesuruh. Namun, mereka bukan perantara pelaksanaan sehingga menjadi sekutu bagi kekuasaan Tuhan. Mereka hanyalah penunjuk yang memproklamirkan berbagai prosedur Tuhan sekaligus sebagai saksi baginya. Ketika tunduk pada perintah Tuhan mereka sebenarnya melakukan sejumlah ibadah yang sesuai dengan kapasitas mereka. Mereka adalah perantara yang memperlihatkan kemuliaan qudrat-Nya dan keagungan rububiyah-Nya.
Adapun manusia, kelemahan dan kondisi butuhnya memerlukan sarana dan pesuruh yang ikut serta dalam kekuasaanannya. Karena itu, terdapat perbedaan antara pesuruh ilahi dan pesuruh manusia.
Ya, penglihatan sebagian besar orang yang lalai tidak memahami kebaikan dan hikmah di balik berbagai kejadian. Ia mengeluhkan masa depan dan berpaling secara bodoh. Sebab-akibat dijadikan sebagai sasaran keluhan. Apabila seseorang diberi taufik untuk menggapai hikmah dan kebenaran, sebab-akibat itu akan hilang dari pandangannya.
Lewat sebuah perumpamaan disebutkan bahwa malaikat Izrail as. mengeluh kepada Allah Swt., “Hamba-Mu mengeluh karena aku merenggut nyawa mereka.” Maka, Allah menjawab, “Akan Kuletakkan antara dirimu dan mereka perantara berupa musibah sehingga keluhan mereka tertuju kepadanya; bukan kepadamu.”
Kesimpulannya, bahwa kekuasaan dan keagungan Allah mengharuskan adanya sebab-akibat yang terlihat secara lahiriah agar akal bisa melihat sentuhan tangan kekuasaan-Nya terhadap berbagai persoalan. Namun, tauhid dan kemuliaan-Nya tak bisa dipengaruhi oleh sebab-akibat.
No Voice