Risalah Ramadhan | Risalah Ramadhan | 13
(1-16)

Hal ini tentu akan membingungkan perangkat dan indera di atas serta mengacaukannya disebabkan oleh suara bising pabrik dan asapnya yang tebal. Semua pandangan akan tertuju padanya sehingga lupa kepada tugas mulia yang ada. Karena itu banyak para wali yang saleh biasa melatih diri untuk makan dan minum sedikit guna naik ke tangga kesempurnaan.

            Nah, dengan datangnya bulan Ramadhan, para pekerja itu sadar kalau mereka tidak dicipta untuk pabrik semata. Namun perangkat dan indera itu juga bisa merasakan sejumlah kenikmatan mulia sebagaimana yang dirasakan oleh malaikat di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Mereka mengarahkan perhatian padanya sebagai ganti dari permainan yang terdapat di pabrik tadi. Pada bulan Ramadhan kaum mukmin meraih berbagai cahaya, limpahan karunia, serta kenikmatan maknawi sesuai dengan tingkat dan derajatnya. Pada bulan yang penuh berkah tersebut terdapat banyak peningkatan dan limpahan karunia bagi kalbu, ruh, akal, jiwa, serta berbagai perangkat halus manusia lainnya melalui puasa. Meskipun perut menangis dan merintih, semua perangkat halus manusia tersenyum lepas.

 

Catatan Kesembilan

            Dilihat dari fungsinya yang dapat menghancurkan perasaan berkuasa atas diri, sekaligus memperkenalkan pada ubudiyahnya dan memperlihatkan kelemahannya, puasa Ramadhan memiliki sejumlah hikmah.

            Di antaranya diri ini cenderung tidak ingin mengenal Tuhannya. Bahkan ia ingin merasa memiliki kekuasaan sebagaimana sifat Firaun yang melampaui batas. Meskipun mendapat siksa dan tekanan, benih dari perasaan berkuasa tersebut masih tetap ada. Benih itu baru bisa hancur dan tunduk di hadapan rasa lapar. Demikianlah, puasa Ramadhan yang penuh berkah menjadi pukulan keras yang langsung mematikan sifat firaun diri manusia. Ia menghancurkan kekuatannya, memperlihatkan kelemahan dan kefakirannya, serta memperkenalkan kepada ubudiyahnya.

            Dalam salah satu  riwayat disebutkan, “Allah berkata kepada diri manusia?” Siapa Aku dan siapa engkau?” Diri manusia menjawab, “Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau.”
No Voice