Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 119
(1-144)
Oleh kerana itu, kajian para peneliti Islam dan bukti-bukti mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan zaman tersebut. Kekafiran zaman mereka adalah berupa keragu-raguan dan mereka menghilangkannya dengan cepat. Kemudian setelah iman kepada Allah tersebar dikalangan manusia, maka mudah sekali memberi petunjuk orang-orang kepada jalan yang lurus dan menyelamatkan mereka dari kebodohan dan kesesatan dengan mengenalkan Allah kepada mereka dan menakut-nakuti mereka dengan siksaanNya. Akan tetapi hari ini keadaan sudah berubah. Karena jika pada masa lalu ada seorang pengingkar di dalam satu negeri, maka sekarang bisa didapatkan seratus orang kafir di dalam satu desa saja. Dan jumlah orang-orang yang iman mereka hilang karena kesesatan ilmu dan seni semakin bertambah. Mereka berdiri di depan hakekat-hakekat keimanan dan akidah yang kokoh dengan keangkuhan dan penyelewengan yang seratus kali ganda lebih banyak daripada masa lalu.
Karena orang-orang yang ingkar dan menyeleweng itu menyanggah hakekat-hakekat keimanan dengan keangkuhan Fir’aun dan kesesatan yang mengejutkan, maka tidak ada jalan lain kecuali membalas mereka dengan hakekat-hakekat suci dengan kekuatan bom atom supaya meletus di kepala mereka dan menghancurkan prinsip dan dasar-dasar mereka serta menghentikan langkah mereka dan menuntun sebagian mereka untuk tunduk kepada iman.
Demikianlah, kita memuji Allah dengan sebanyak-banyak pujian, karena risalah-risalah an-Nur yang tiada lain adalah merupakan obat penyembuh lagi luka-luka zaman kita yang berdarah dan merupakan mukjizat maknawi daripada mukjizat-mukjizat al-Quran serta merupakan kilauan cahaya al-Quran telah dapat – dengan pertimbangan-pertimbangannya yang banyak78 – memerangi orang yang sangat ingkar dengan pedang al-Quran yang tajam dan dapat mendatangkan hujah dan bukti atas keesaan Ilahi dan hakekat-hakekat keimanan sebanyak atom alam.
Barangkali inilah rahasia mengapa ia, dalam jihadnya yang terus-menerus sampai dua puluh lima tahun, belum pernah satu kalipun kalah melawan propaganda yang sengit, bahkan dialah yang senantiasa menang”(120)

TERJEMAHAN RISALAH-RISALAH AN-NUR
A. TERJEMAHAN ARAB
Ustadz Said Nursi suka jika risalah-risalah yang ditulisnya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Beliau memilih saudaranya, al-Mulla Abdul Majid, yaitu salah seorang yang pandai berbahasa Arab, untuk menterjemahkan beberapa risalahnya. Beliau menterjemahkan risalah “al-Ikhlas”, “at-Tasattur”, “al-Iqtishad”, kumpulan “Asha Musa” dan lainnya.
Hanya saja terjemahan-terjemahan ini lemah sekali, sehingga menghilangkan keindahan dan keelokan risalah-risalah tersebut. Namun meskipun demikian, Ustadz menyetujuinya karena pada waktu itu tidak ada yang lebih baik, dan sambil menunggu sampai Allah menggerakkan orang yang menterjemahkannya dengan lebih baik.
Dan untuk pertama kalinya Ustadz Muhammad Said Ramadhan al-Buthi – semoga Allah membalasnya dengan kebaikan – memperkenalkan Ustadz Baddiuzzaman Said Nursi dalam buku kecil lalu dalam halaman majalah “Hadharat al-Islam” yang terbit di Siria dengan judul “Said Nursi: Keajaiban Revolusi Islam di Turki” kemudian di dalam buku “Min al-fikir wa al-qalb”.
No Voice