Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 117
(1-144)
Dengan demikian Ustadz Badiuzzaman lebih menguatkan pembuktian dengan kesan atas pemberi kesan yang selamat dari keraguan, yaitu jalan yang lebih benar untuk pembuktian, apalagi di zaman kita ini yang menjadikan kebendaan sebagai dasar segala sesuatu. Oleh kerana itu, Ustadz memberikan contoh-contoh kebendaan yang dapat dirasakan sebagai bukti dalam masalah-masalah keimanan, berbeda dengan ilmuwan Barat – yang beragama – yang menguatkan pembuktian dengan pemberi kesan atas kesan, di mana mereka memberikan masalah-masalah yang rumit bagi ilmu modern – dan yang belum bisa ditemukan hasilnya dan belum bisa diterangkan – sebagai bukti untuk membuktikan keagungan Pencipta dan kekuasaanNya. Seolah-olah mereka – dengan hal ini – memberikan keutamaan apa yang ditemukan oleh ilmu kepada ilmu itu sendiri, dan apa yang tidak mampu ditemukan itu kepada Allah Ta’ala! Akan tetapi ketika masalah itu menjadi jelas – setelah penemuan ilmiah – dan menjadi perkara yang aksioma, maka dalil kepercayaan itu runtuh dan selanjutnya akan melemahkan iman, bahkan sebagian mereka memang telah hancur imannya.
Hanya saja, ustadz yang menguatkan pembuktian yang timbul dari kesan kepada pemberi kesan telah mengalihkan perhatian kepada hikmah segala sesuatu dan setiap peristiwa alam, baik akibatnya telah diketahui maupun belum diketahui. Dan beliau memilih mengenalkan Yang Maha memberi kesan yang hakiki dengan sifat-sifatNya yang agung dan nama-namaNya yang baik. Oleh sebab itu, semakin maju ilmu pengetahuan dan semakin diumumkannya hukum baru kepada orang banyak dengan ditemukannya cara timbulnya peristiwa, ia menjadi wasilah untuk memahami lebih jelas masalah-masalah keimanan. Dan dengan demikian risalah-risalah an-Nur benar dalam dakwaannya bahwa:
“Semakin zaman itu berubah, maka al-Quran semakin bertambah muda dan segar dan tampaklah tanda-tandanya”

CARA RISALAH-RISALAH AN NUR DALAM BERBICARA DENGAN ORANG-ORANG
Ustadz Badiuzaman telah menjelaskan cara risalah-risalah an-Nur dalam berbicara dengan orang-orang dan mengapa ia tidak kalah meskipun banyak tentangan dan halangan yang diletakkan didepannya oleh orang-orang yang sesat arus yang memusuhi Islam. Hal itu disampaikannya di dalam mukadimah risalah “ al-Khutbah as-Syamsiah”. Berikut ini kami nukilkan teksnya dengan ringkas:
“Risalah-risalah an-Nur merupakan tafsir hakiki al-Quran al-Karim – yakni dengan rahasia mukjizatnya- karena ia membuktikan bahawa sebagaimana berkecimpung di dalam lembah kesesatan itu ada neraka maknawi di dunia ini, maka begitu pula berada dalam keimanan itu terdapat sorga makanawi di dunia ini. Ia juga membuktikan juga bahwa sebagaimana berada dalam kemaksiatan, kerusakan dan barang-barang yang diharamkan itu terdapat kesakitan jiwa yang jelas, maka di dalam perbuatan baik dan sifat-sifat terpuji serta komitmen dengan hakekat-hakekat syariat itu terdapat kelezatan rohani yang hampir serupa dengan kelezatan sorga. Dengan demikian ia menyelamatkan orang-orang yang bodoh dan sesat dari terus-menerus melakukan kesesatan jika mereka masih mempunyai akal sehat, karena zaman kita ini mempunyai dua ciri aneh:
No Voice