Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 123
(1-144)
POKOK KETIGA:
Allah Ta’ala mempunyai dua manifestasi – yang ditampakkannya kepada makhluk-makhluk – yaitu dua manifestasi syar’i yang datang dari dua sifat dari sifat-sifat kesempurnaanNya.
Pertama: Syarak alam – atau sunnah alam – yang merupakan kehendak dan takdir Ilahi yang datang dari sifat “iradah Tuhan”.
Kedua: Syariat Islam yang datang dari sifat “kalam Tuhan”.
Sebagaimana di sana ada ketaatan dan kemaksiatan terhadap perintah-perintah syariat Islam, demikian pula di sana ada ketaatan dan kemaksiatan terhadap perintah-perintah alam (yakni sunnah alam dan kehidupan).
Kebanyakkannya, yang pertama – yakni orang yang taat dan maksiat terhadap syariat Islam – mendapat pahala dan balasannya di akhirat. Dan yang kedua – yakni orang yang taat dan maksiat terhadap sunnah alam dan kehidupan – kebanyakkannya akan menerima balasan dan hukumannnya di dunia.
Sebagaimana balasan sabar adalah kemenangan dan balasan pengangguran dan bermalasan adalah kehinaan dan kerendahan, maka demikian pula balasan usaha adalah kekayaan dan balasan ketabahan adalah kemenangan.
Sebagaimana akibat racun adalah sakit, maka demikian pula akibat obat dan terapi adalah kesembuhan dan kesehatan.
Terkadang perintah-perintah kedua syariat tersebut bersatu dalam suatu perkara. Masing-masing mempunyai bidangnya yang tersendiri.
Mentaati perintah alam yang hak, ketaatan ini akan menang – karena itu berarti mentaati perintah Tuhan juga – atas kemaksiatan terhadapnya, karena kemaksiatan terhadap sebarang perintah alam termasuk ke dalam golongan batil dan menjadi bagian daripadanya.
Maka jika yang hak itu menjadi jalan kepada suatu kebatilan, ia akan menang atas kebatilan yang menjadi jalan bagi yang hak, maka jelaslah natijah berikut:
Yang hak kalah di depan yang batil! Akan tetapi bukan kalah karena dzatnya, tetapi dengan jalannya. Jadi “yang hak itu tinggi” itu tinggi karena dzatnya. Akibatnya itulah yang dimaksudkan – karena tinggi itu bukan di dunia saja -, hanya saja terikat kepada syarat-syarat yang hak dan mengambilnya itu suatu perkara yang tidak boleh tidak.
Allah Ta’ala mempunyai dua manifestasi – yang ditampakkannya kepada makhluk-makhluk – yaitu dua manifestasi syar’i yang datang dari dua sifat dari sifat-sifat kesempurnaanNya.
Pertama: Syarak alam – atau sunnah alam – yang merupakan kehendak dan takdir Ilahi yang datang dari sifat “iradah Tuhan”.
Kedua: Syariat Islam yang datang dari sifat “kalam Tuhan”.
Sebagaimana di sana ada ketaatan dan kemaksiatan terhadap perintah-perintah syariat Islam, demikian pula di sana ada ketaatan dan kemaksiatan terhadap perintah-perintah alam (yakni sunnah alam dan kehidupan).
Kebanyakkannya, yang pertama – yakni orang yang taat dan maksiat terhadap syariat Islam – mendapat pahala dan balasannya di akhirat. Dan yang kedua – yakni orang yang taat dan maksiat terhadap sunnah alam dan kehidupan – kebanyakkannya akan menerima balasan dan hukumannnya di dunia.
Sebagaimana balasan sabar adalah kemenangan dan balasan pengangguran dan bermalasan adalah kehinaan dan kerendahan, maka demikian pula balasan usaha adalah kekayaan dan balasan ketabahan adalah kemenangan.
Sebagaimana akibat racun adalah sakit, maka demikian pula akibat obat dan terapi adalah kesembuhan dan kesehatan.
Terkadang perintah-perintah kedua syariat tersebut bersatu dalam suatu perkara. Masing-masing mempunyai bidangnya yang tersendiri.
Mentaati perintah alam yang hak, ketaatan ini akan menang – karena itu berarti mentaati perintah Tuhan juga – atas kemaksiatan terhadapnya, karena kemaksiatan terhadap sebarang perintah alam termasuk ke dalam golongan batil dan menjadi bagian daripadanya.
Maka jika yang hak itu menjadi jalan kepada suatu kebatilan, ia akan menang atas kebatilan yang menjadi jalan bagi yang hak, maka jelaslah natijah berikut:
Yang hak kalah di depan yang batil! Akan tetapi bukan kalah karena dzatnya, tetapi dengan jalannya. Jadi “yang hak itu tinggi” itu tinggi karena dzatnya. Akibatnya itulah yang dimaksudkan – karena tinggi itu bukan di dunia saja -, hanya saja terikat kepada syarat-syarat yang hak dan mengambilnya itu suatu perkara yang tidak boleh tidak.
No Voice