Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 126
(1-144)
“bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga” (surat Ali Imran 200).
Kemudian “pendapat peribadi” yang diktator dan pemikiran individual yang memporak-porandakan pekerjaan manusia akan muncul, meskipun ia diberi beban dengan fitrahnya untk memlihara hak-haknya di samping memelihara hak-hak orang lain... maka kalian harus menghalangnya dengan hakekat yang kokoh di dalam hadis berikut:
“Sebaik-baiak manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”.
Kemudian akan keluar di medan pertempuran ini musuh lain yaitu “taqlid”. Ia mendapat kesempatan untuk mentaqlid orang-orang yang malas dan ketinggalan. Dengannya himmah akan musnah... maka kalian harus mengikuti rahasia ayat suci berikut:
“dan hendaklah kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri” (surat Ibrahim 12).
Ya, kepada Allah saja, bukan kepada selainNya. Jadikanlah tawakkal kepadaNya itu sebagai benteng penahan untuk himmah.
Kemudian musuh pengkhianat akan datang yaitu “menunda-nunda” yang muncul dari kelemahan dan hilangnya rasa percaya kepada diri sendiri. Darinya akan tumbuh sifat menunda-nunda pekerjaan akhirat pada hari ini sampai esok hari. Demikianlah sampai dia memegang tangan himmah dan membuatnya malas bangkit...maka kalian harus menentangnya dengan hakekat yang tinggi, yaitu hikmah ayat suci berikut:
“tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk” (surat al-Maidah 105).
Supaya tangan musuh tidak sampai ke ekor himmah.
Kemudian ikut masuk ke dalam kancah musuh yang ingkar yaitu “masuk campur ke dalam urusan yang seharusnya di serahkan kepada Allah”. Masuk campur ini menurunkan pukulan-pukulan sengitnya dan tamparan-tamparannya yang menyakitkan atas wajah himmah sehingga membuat matanya buta...maka kalian harus mengirimkan kepadanya hakekat yang terus menerus menguntungkan yaitu ayat suci berikut:
“maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu” (surat Hud 112)
supaya berhenti pada batasnya dan tidak melanggarnya, karena seorang hamba tidak patut memerintah tuannya.
Akhirnya, datanglah “suka santai dan gurau” yang merupakan induk musibah dan sumber kehinaan. Ia mengikat himmah yang mulia dengan rantai dan belenggunya dan membuatnya malas mencari perkara-perkara yang mulia serta melemparnya di lembah keredahan dan kehinaan... maka kalian harus melawan pembunuh bengis itu dengan pahlawan jihad ayat suci berikut:
“dan bahawasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (surat an-Najm 39).
Sungguh, di dalam jihad dan menanggung kesusahan itu ada keenakan yang besar bagi kalian, dan bahwa orang yang mempunyai fitrah yang peka, keenakannya adalah pada usaha dan kerja.
No Voice