Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 40
(1-144)
Di samping pendakwa itu ada dua pegawai polisi berpangkat leftenan kolonel dan kolonel. Mereka berkata kepadaku :
- Menurut yang kami dengar, kamu telah memberi orang Kurdi ini (Ustadz Said Nursi) uang sebanyak seratus dua puluh lima lira emas. Berapa peralatan perang yang kamu beli dengan uang sebanyak ini?
Saya menjawab : pemerintah Turki seperti sebuah kapal dan kalian lebih mengetahui apa yang masuk dan keluar dari kapal ini. Ustadz tidak mempunyai bom atau bedil. Beliau justru ingin menyebarkan ketenangan dan kedamaian.
Dia bertanya : Apakah kamu mempunyai anak?
Saya jawab : Ya
Katanya : Jika kamu tidak berkata jujur dan tidak mengatakan yang sebenarnya, maka tiang gantung menunggumu!.
Kataku : Orang ini (Ustadz Said) bukan orang apa-apa selain khadam al-Quran. Apa yang beliau lakukan dengan bom dan bedil? Bom dan bedilnya tiada lain adalah al-Quran.
Ketika mahkamah telah diadakan, hakim bertanya kepadaku: “Siapa yang mengumandangkan adzan dengan bahasa Arab?”. Saya pura-pura tuli. Saya diam, tidak menjawab. Seolah-olah saya tidak mendengar pertanyaanya. Hakim menoleh kepadaku dan bertanya: “Apakah namamu Sulaiman?”. Saya menjawab: “Pada waktu musim dingin, kamu telah datang sehari sebelumnya”. Kata hakim : “Saya bertanya kepadamu, siapa namamu?”. “Kamu telah tidur di Khan hai tuanku”. Hakim tersebut sangat marah. Dia menoleh lalu berkata: “Keluarkan bajingan ini”.(37)
DARI SPARTE KE PENANGKAPAN
Setelah kejadian itu, Ustadz Said dipindahkan ke Sparte pada tahun 1934M. Beliau tinggal di sana beberapa bulan. Masa tersebut beliau gunakan untuk menulis risalah-risalah an-Nur, yaitu: risalah al-Iqtisad (ekonomi), risalah al-ikhlas (ikhlas), risalah at-Tasattur (menutup aurat), al-Isyarat ath-Thalaathah (tiga isyarat), al-Mardha (orang-orang yang sakit), asy-Syuyukh (orang-orang tua). Semua risalah-risalah ini adalah dari al-Lamaat (kilauan cahaya) dan pada waktu yang sama al-Kalimat (kata-kata) dan al-Maktubat (tulisan-tulisan) juga sudah beliau karang.
Pada suatu pagi di bulan April tahun 1935M, sepasukan polisi menyerang rumah Ustadz Said. Mereka lalu menangkap beliau setelah menyelidiki seluruh penjuru rumah yang sederhana itu. Dan pada hari yang sama, polisi-polisi lain menyerbu rumah seratus dua puluh murid an-Nur di berbagai daerah. Tangan mereka dan juga tangan Ustadz Said Nursi diborgol. Mereka digiringi ke penjara kota Aski Syahar untuk menunggu pengadilan terhadap mereka dengan tuduhan membentuk organisasi rahasia yang menentang penguasa dan berusaha menggulingkannya.(38)
- Menurut yang kami dengar, kamu telah memberi orang Kurdi ini (Ustadz Said Nursi) uang sebanyak seratus dua puluh lima lira emas. Berapa peralatan perang yang kamu beli dengan uang sebanyak ini?
Saya menjawab : pemerintah Turki seperti sebuah kapal dan kalian lebih mengetahui apa yang masuk dan keluar dari kapal ini. Ustadz tidak mempunyai bom atau bedil. Beliau justru ingin menyebarkan ketenangan dan kedamaian.
Dia bertanya : Apakah kamu mempunyai anak?
Saya jawab : Ya
Katanya : Jika kamu tidak berkata jujur dan tidak mengatakan yang sebenarnya, maka tiang gantung menunggumu!.
Kataku : Orang ini (Ustadz Said) bukan orang apa-apa selain khadam al-Quran. Apa yang beliau lakukan dengan bom dan bedil? Bom dan bedilnya tiada lain adalah al-Quran.
Ketika mahkamah telah diadakan, hakim bertanya kepadaku: “Siapa yang mengumandangkan adzan dengan bahasa Arab?”. Saya pura-pura tuli. Saya diam, tidak menjawab. Seolah-olah saya tidak mendengar pertanyaanya. Hakim menoleh kepadaku dan bertanya: “Apakah namamu Sulaiman?”. Saya menjawab: “Pada waktu musim dingin, kamu telah datang sehari sebelumnya”. Kata hakim : “Saya bertanya kepadamu, siapa namamu?”. “Kamu telah tidur di Khan hai tuanku”. Hakim tersebut sangat marah. Dia menoleh lalu berkata: “Keluarkan bajingan ini”.(37)
DARI SPARTE KE PENANGKAPAN
Setelah kejadian itu, Ustadz Said dipindahkan ke Sparte pada tahun 1934M. Beliau tinggal di sana beberapa bulan. Masa tersebut beliau gunakan untuk menulis risalah-risalah an-Nur, yaitu: risalah al-Iqtisad (ekonomi), risalah al-ikhlas (ikhlas), risalah at-Tasattur (menutup aurat), al-Isyarat ath-Thalaathah (tiga isyarat), al-Mardha (orang-orang yang sakit), asy-Syuyukh (orang-orang tua). Semua risalah-risalah ini adalah dari al-Lamaat (kilauan cahaya) dan pada waktu yang sama al-Kalimat (kata-kata) dan al-Maktubat (tulisan-tulisan) juga sudah beliau karang.
Pada suatu pagi di bulan April tahun 1935M, sepasukan polisi menyerang rumah Ustadz Said. Mereka lalu menangkap beliau setelah menyelidiki seluruh penjuru rumah yang sederhana itu. Dan pada hari yang sama, polisi-polisi lain menyerbu rumah seratus dua puluh murid an-Nur di berbagai daerah. Tangan mereka dan juga tangan Ustadz Said Nursi diborgol. Mereka digiringi ke penjara kota Aski Syahar untuk menunggu pengadilan terhadap mereka dengan tuduhan membentuk organisasi rahasia yang menentang penguasa dan berusaha menggulingkannya.(38)
No Voice