Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 42
(1-144)
Kalian menyanggah dengan mengatakan : saya bukan pegawai pada pekerjaan yang saya kerjakan. Untuk mengajar ada departmennya yang khusus dan saya harus meminta izinnya dahulu, mak saya katakan kepada kalian: Jika seluruh pintu kubur ditutup dan kematian ditiadakan dari wujud maka bolehlah izin itu hanya ada pada daerahmu. Akan tetapi karena tiga puluh ribu jenazah setiap hari memanggil kematian dan setuju terhadap hukumnya, maka ini berarti bahwa di sana masih terdapat banyak tugas dan kewajiban yang lebih penting daripada yang ada di daerah dan kekuasaanmu”(40)
SESUATU YANG ANEH DAN JARANG TERJADI
Ketika murid-murid an-Nur dan bukti-bukti yang menunjukkan kesalahan mereka sedang gencar-gencarnya dicari dan diselidiki, ditemukanlah di antara risalah-risalah an-Nur sebuah buku yang kulitnya ditulisi kata-kata : Kembali ke Ramadhan” dengan tulisan tangan.
Siapa Ramadhan ini? Di mana dia bekerja? Kenapa sampai sekarang belum ditangkap? Tidak syak lagi, tentu dia orang penting, karena namanya tercatat pada salah satu buku! Semua murid an-Nur menafikan bahwa mereka mengenalnya. Hal ini menambah keyakinan bahwa dia adalah pembantu Said Nursi yang paling menonjol. Perintah dikeluarkan untuk menyelidiki seluruh desa dan kota yang berdekatan dan mengusut setiap rumah untuk menemukan orang yang menakutkan ini, Ramadhan.
Akhirnya, di salah sebuah desa yang jauh ditemukan seorang desa yang sederhana, tidak bisa menulis dan membaca, namanya Ramadhan. Dia ditangkap dan digiring dengan tangan dibelenggu dan pengawasan yang ketat ke penjara Aski Syahar. Meskipun orang yang patut dikasihani ini bersumpah beberapa kali bahwa dia tidak bisa membaca dan menulis dan bahwa dia belum pernah bertemu dengan Badiuzzaman, meskipun demikian, semua sanggahan dan permohonannya lenyap diterbangkan hembusan angin. Dia meringkuk selama dua bulan penuh di penjara sampai salah seorang pegawai meneliti buku tersebut. Ternyata buku itu membahas tentang puasa dan adab serta hikmahnya pada bulan Ramadhan.(41)
PENGASINGAN BADIUZZAMAN KE KASTAMONU
Setelah meringkuk di penjara Aski Syahar selama sebelas bulan, Badiuzzaman diasingkan ke kota Kastamonu pada musim bunga tahun 1936M. Beliau digiringi ke pos polisi. Di situ beliau meringkuk selama tiga bulan, kemudian dipindah ke sebuah rumah kecil yang terletak tepat di depan pos polisi supaya tetap dalam pengawasan. Rumah tersebut terdiri darpada dua tingkat: Tingkat bawah adalah tempat kayu bakar, tingkat kedua tediri dari dua kamar. Badiuzzaman membayar sewa rumah ini.
Beliau tinggal di Kastamonu selama tujuh tahun. Waktu itu beliau gunakan untuk terus menulis risalah-risalah an-Nur seperti “as-Shu’a” (sinar) ke tujuh, risalah “al-Ayah al-Kubra”28(tanda terbesar), demikian pula “ash-Shu’a ketiga yaitu risalah “al-Munajah” (munajat), “ash-Shu’a” keempat, keenam29, kedelapan, kesembilan dan catatan “ash-Shu’a yang kelima.
SESUATU YANG ANEH DAN JARANG TERJADI
Ketika murid-murid an-Nur dan bukti-bukti yang menunjukkan kesalahan mereka sedang gencar-gencarnya dicari dan diselidiki, ditemukanlah di antara risalah-risalah an-Nur sebuah buku yang kulitnya ditulisi kata-kata : Kembali ke Ramadhan” dengan tulisan tangan.
Siapa Ramadhan ini? Di mana dia bekerja? Kenapa sampai sekarang belum ditangkap? Tidak syak lagi, tentu dia orang penting, karena namanya tercatat pada salah satu buku! Semua murid an-Nur menafikan bahwa mereka mengenalnya. Hal ini menambah keyakinan bahwa dia adalah pembantu Said Nursi yang paling menonjol. Perintah dikeluarkan untuk menyelidiki seluruh desa dan kota yang berdekatan dan mengusut setiap rumah untuk menemukan orang yang menakutkan ini, Ramadhan.
Akhirnya, di salah sebuah desa yang jauh ditemukan seorang desa yang sederhana, tidak bisa menulis dan membaca, namanya Ramadhan. Dia ditangkap dan digiring dengan tangan dibelenggu dan pengawasan yang ketat ke penjara Aski Syahar. Meskipun orang yang patut dikasihani ini bersumpah beberapa kali bahwa dia tidak bisa membaca dan menulis dan bahwa dia belum pernah bertemu dengan Badiuzzaman, meskipun demikian, semua sanggahan dan permohonannya lenyap diterbangkan hembusan angin. Dia meringkuk selama dua bulan penuh di penjara sampai salah seorang pegawai meneliti buku tersebut. Ternyata buku itu membahas tentang puasa dan adab serta hikmahnya pada bulan Ramadhan.(41)
PENGASINGAN BADIUZZAMAN KE KASTAMONU
Setelah meringkuk di penjara Aski Syahar selama sebelas bulan, Badiuzzaman diasingkan ke kota Kastamonu pada musim bunga tahun 1936M. Beliau digiringi ke pos polisi. Di situ beliau meringkuk selama tiga bulan, kemudian dipindah ke sebuah rumah kecil yang terletak tepat di depan pos polisi supaya tetap dalam pengawasan. Rumah tersebut terdiri darpada dua tingkat: Tingkat bawah adalah tempat kayu bakar, tingkat kedua tediri dari dua kamar. Badiuzzaman membayar sewa rumah ini.
Beliau tinggal di Kastamonu selama tujuh tahun. Waktu itu beliau gunakan untuk terus menulis risalah-risalah an-Nur seperti “as-Shu’a” (sinar) ke tujuh, risalah “al-Ayah al-Kubra”28(tanda terbesar), demikian pula “ash-Shu’a ketiga yaitu risalah “al-Munajah” (munajat), “ash-Shu’a” keempat, keenam29, kedelapan, kesembilan dan catatan “ash-Shu’a yang kelima.
No Voice