Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 38
(1-144)
CARA MENYEBARKAN RISALAH-RISALAH AN-NUR
Pada waktu itu huruf Arab telah ditukar menjadi huruf Latin. Mencetak dan menerbitkan buku dengan huruf Arab adalah dilarang. Percetakan-percetakan yang menggunakan huruf tersebut telah disegel. Maka cara menyalin dengan tangan secara rahsia adalah cara satu-satunya yang efektif untuk menyebarkan risalah-risalah orang yang diasingkan, diawasi dan dilarang mengarang serta menerbitkan. Apa lagi beliau berkeras hati untuk menulis dengan huruf Arab untuk menjaga supaya tidak lenyap dan dilupakan.
Ketika kelompok pengajian murid-murid Ustadz Said semakin meluas, risalah-risalah ini sampai ke desa-desa dan daerah-daerah sekitar Barla. Risalah-risalah tersebut tersebar dan dipelajari secara rahasia. Bahkan ia dibawa sampai ke kota-kota lain yang jauh dan mendapat tempat di hati dan jiwa baru yang haus akan hidayah dan nur di padang pasir yang panas dan gelap-gulita.
Pemerintah mulai mengusir murid-murid an-Nur dan menyerbu serta menyiasat tempat tinggal mereka. Murid-murid pun menerima tekanan-tekanan ini dengan lapang dada dan keyakinan yang teguh bahwa penjara adalah harga paling murah yang harus mereka bayar sebagai cukai iman dan bahwa penjara tiada lain adalah “sekolah Yusuf” sebagaimana istilah Ustadz yang menyarikannya dari ayat suci dalam surat Yusuf:

“Karena itu tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya” (Surat Yusuf 42).
Berpuluh-puluh, kemudian beratus-ratus, bahkan beribu-ribu murid an-Nur, baik laki-laki maupun wanita, tekun menyalin Risalah-Risalah an-Nur siang dan malam dalam masa yang lama. Bahkan ada sebagian dari mereka yang menghabiskan masa tujuh tahun tidak meninggalkan rumahnya untuk melaksanakan tugas ini.

KAUM WANITA DI JALAN AN-NUR
Di dalam kampungnya ini, kaum wanita turut andil dengan efektif dan sungguh-sungguh. Para pemudi yang bisa menulis ikut andil menulis dan menyalin, sedang mereka yang tidak bisa meniru tulisan, yakni menulis dengan cara mengukir dan menggambar. Beberapa wanita datang kepada Ustadz Said Nursi dan berkata: “Wahai Ustadz, kami – agar kami bisa ikut serta mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah untuk suami kami agar mereka dapat melapangkan sepenuh masa mereka untuk menulis risalah-risalah an-Nur”.(36)
Risalah-risalah an-Nur tersebar dengan cara demikian selama dua puluh tahun. Setelah itu, ia dicetak pertama kalinya dengan Roneo.27 Ia tidak dicetak di percetakan umum kecuali pada tahun 1956M. Ini kecuali risalah al-Hasyr, karena ia dicetak secara sembunyi-sembunyi di Istanbul dengan perantaraan salah seorang muridnya.
No Voice