Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 36
(1-144)
Di dekat mata air ada beberapa penduduk Barla yang sedang berkumpul dan ngobrol. Mereka menyaksikan pemandangan yang menakjubkan ini. Yaitu pemandangan seorang ulama besar yang disegani dan diasingkan dari tanah airnya ...seorang diri...terasing dari semua orang, sedang membawa sepatunya yang koyak dengan tangannya dan berjalan melalui tanah liat dengan kaos kakinya, sampai ujung pakainya pun berlepotan tanah liat. Para penduduk itu terdiam. Dua perasaan saling tarik-menarik di dalam diri mereka. Perasaan ingin segera menolongnya dan perasaan takut terhadap mata-mata penguasa yang senantiasa mengawasi setiap gerak-serinya. Akhirnya, salah seorang daripada penduduk itu tampil. Namanya Sulaiman. Dia mengambil sepatu Ustadz dan membersihkannya di danau, kemudian dia mengiringi beliau sehingga sampai rumahnya dan masuk bersama beliau ke dalam kamarnya. (34)
Ini adalah permulaan perkenalan. Setelah itu Sulaiman menjadi murid setia Ustadz. Dia membantu dan menolongnya serta berguru kepadanya selama delapan tahun. Dialah penghubung pertama antara Ustadz dengan orang lain. Kemudian murid-murid Ustadz pun bertambah banyak. Beliau segera menyebarkan risalah-risalahnya yang dijuluki dengan risalah-risalah an-Nur secara sembunyi-sembunyi, dan semakin bertambahlah kelompok pengajian Ustadz. Mereka mengkaji risalah-risalah an-Nur lalu menulisnya kembali dan menyebarkannya ke seluruh pelosok Turki dengan menanggung akibat perbuatan ini – yaitu ditangkap, diusir dan diseksa – dengan senang hati.

RISALAH-RISALAH AN-NUR
Pada tahun-tahun gelap itu Islam mendapat goncangan yang kuat di Turki. Perang melawan Islam dipimpin oleh pemerintah dengan segala alat propaganda dan media massa yang dimilikinya dan dengan pena orang-orang munafik, para penjilat dan musuh-musuh Islam dari kalangan para penulis dan wartawan. Dan pada waktu yang sama, mulut para da’i disumbat dan dihalangi daripada membela akidah mereka. Asas Islam dan prinsip dasarnya telah diserang dengan keraguan dan pengingkaran di dalam diri kebanyakan pemuda yang tidak mendapatkan pembimbing dan pendidik. Melihat kondisi itu, Ustadz Said Nursi mengambil keputusan untuk memikul amanah besar tersebut di atas bahunya dan beliau berusaha untuk “menyelamatkan iman” di Turki.
No Voice