Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 71
(1-144)
Di sana ada peti mati di serambi dan beberapa tentara. Seorang dokter tentara mendekatiku lali berkata: “Jangan gelisah dan jangan sedih. Kami akan memindah Ustadz ke Anatoli”.
Justeru karena kata-kata dokter itu jiwaku bergetar dan saya menangis terisak-isak. Dokter itu memanggil para tentara dan berkata kepada mereka: “Kita pindahkan Ustadz dari peti matinya ke peti mati yang itu”. Para tentara ragu-ragu dan takut. Kata mereka: “Kami tak bisa. Kami takut Allah memurkai kami”.
Dokter berkata: “Saudara-saudara kita ini diperintah orang. Tidak boleh tidak kita harus melaksanankannya juga”.
Para tentara lalu menggali kuburan dan mengeluarkan peti mati. Mereka membuka peti mati tersebut. Dan saya berkata kepada diri sendiri: “Pasti tulang belulang saudara kandungke sudah hancur”. Akan tetapi ketika saya menyentuh kain kafannya, rasanya beliau baru saja wafat kelmarin. Kain kafan itu masih baik. Hanya ada sedikit warna kuning di bagian kepala dan ada satu lobang sekecil tetesan air.
Dan ketika dokter membuka kafan tersebut untuk melihat wajahnya, saya melihat senyuman diwajahnya itu.
Ustadz mulia yang dizalimi itu kami angkat dan kami letakkan di peti mati lain yang lebih besar yang telah disiapkan oleh para tentara. Lalu bekas kuburan tersebut kain tutup semula dengan rerumputan.
Setelah beres semuanya, kami pergi kelapangan terbang. Jalan raya sunyi dari penduduk dan dipenuhi oleh para tentara yang bersenjata lengkap. Waktu itu memang ada larangan keluar rumah.
Kapal terbang tidak cukup untuk memuat peti mati tersebut. Maka kapal terbang lain disiapkan. Peti mati diletakkan di dalamnya dan saya pun duduk di sebelahnya.
Hati saya sedih bukan main. Mata saya berlinangan air mata.
Kapal terbang itu menuju ke Afiyun. Dari sana peti mati dibawa ke kota Sparte dengan mobil ambulan. Dan di sana jenazah Ustadz Said Nursi dikebumikan semula, di suatu tempat yang sampai sekarang tidak diketahui umum”.41
PENUTUP
Inilah sejarah seorang yang hidup berjihad di jalan Allah dn menghabiskan umurnya selama dua puluh delapan tahun dalam pengasingan, penjara dan tekanan yang tiada habis-habisnya.
Akan tetapi beliau dapat – dengan kurnia Allah – menggoncangkan Turki dari ujungnya dan menimbulkan ketakutan di hati musuh-musuh Islam. Ketakutan itu tidak habis dengan kewafatannya, bahkan tetap menghantui mereka padahal beliau telah berada di pembaringannya yang terakhir!
Mereka memindahkan jenazah ke tempat yang tak diketahui. Apakah dengan demikian ketakutan dan kekhawatiran mereka turut hilang?
Sama sekali tidak!
Karena orang-orang yang berguru kepada beliau, dan orang-orang yang membawa cahaya Islam di tangannya akan senantiasa menjadi sumber ketakutan dan kekhawatiran mereka.
Maha Benar Allah Yang Berfirman:
“Allah telah menetapkan: Aku dan RasulKu pasti menang” (Surat al-Mujadilah)
---------------------------------
41 Barangkali ini adalah sebagai pengkabulan takdir terhadap keinginan beliau di dalam wasiatnya kepada murid-muridnya supaya kuburannya tidak diketahui kecuali oleh beberapa orang muridnya saja.(Mulhaq Emir Dag jilid 2 hal. 173).
Justeru karena kata-kata dokter itu jiwaku bergetar dan saya menangis terisak-isak. Dokter itu memanggil para tentara dan berkata kepada mereka: “Kita pindahkan Ustadz dari peti matinya ke peti mati yang itu”. Para tentara ragu-ragu dan takut. Kata mereka: “Kami tak bisa. Kami takut Allah memurkai kami”.
Dokter berkata: “Saudara-saudara kita ini diperintah orang. Tidak boleh tidak kita harus melaksanankannya juga”.
Para tentara lalu menggali kuburan dan mengeluarkan peti mati. Mereka membuka peti mati tersebut. Dan saya berkata kepada diri sendiri: “Pasti tulang belulang saudara kandungke sudah hancur”. Akan tetapi ketika saya menyentuh kain kafannya, rasanya beliau baru saja wafat kelmarin. Kain kafan itu masih baik. Hanya ada sedikit warna kuning di bagian kepala dan ada satu lobang sekecil tetesan air.
Dan ketika dokter membuka kafan tersebut untuk melihat wajahnya, saya melihat senyuman diwajahnya itu.
Ustadz mulia yang dizalimi itu kami angkat dan kami letakkan di peti mati lain yang lebih besar yang telah disiapkan oleh para tentara. Lalu bekas kuburan tersebut kain tutup semula dengan rerumputan.
Setelah beres semuanya, kami pergi kelapangan terbang. Jalan raya sunyi dari penduduk dan dipenuhi oleh para tentara yang bersenjata lengkap. Waktu itu memang ada larangan keluar rumah.
Kapal terbang tidak cukup untuk memuat peti mati tersebut. Maka kapal terbang lain disiapkan. Peti mati diletakkan di dalamnya dan saya pun duduk di sebelahnya.
Hati saya sedih bukan main. Mata saya berlinangan air mata.
Kapal terbang itu menuju ke Afiyun. Dari sana peti mati dibawa ke kota Sparte dengan mobil ambulan. Dan di sana jenazah Ustadz Said Nursi dikebumikan semula, di suatu tempat yang sampai sekarang tidak diketahui umum”.41
PENUTUP
Inilah sejarah seorang yang hidup berjihad di jalan Allah dn menghabiskan umurnya selama dua puluh delapan tahun dalam pengasingan, penjara dan tekanan yang tiada habis-habisnya.
Akan tetapi beliau dapat – dengan kurnia Allah – menggoncangkan Turki dari ujungnya dan menimbulkan ketakutan di hati musuh-musuh Islam. Ketakutan itu tidak habis dengan kewafatannya, bahkan tetap menghantui mereka padahal beliau telah berada di pembaringannya yang terakhir!
Mereka memindahkan jenazah ke tempat yang tak diketahui. Apakah dengan demikian ketakutan dan kekhawatiran mereka turut hilang?
Sama sekali tidak!
Karena orang-orang yang berguru kepada beliau, dan orang-orang yang membawa cahaya Islam di tangannya akan senantiasa menjadi sumber ketakutan dan kekhawatiran mereka.
Maha Benar Allah Yang Berfirman:
“Allah telah menetapkan: Aku dan RasulKu pasti menang” (Surat al-Mujadilah)
---------------------------------
41 Barangkali ini adalah sebagai pengkabulan takdir terhadap keinginan beliau di dalam wasiatnya kepada murid-muridnya supaya kuburannya tidak diketahui kecuali oleh beberapa orang muridnya saja.(Mulhaq Emir Dag jilid 2 hal. 173).
No Voice