Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 162
(1-357)
Hal lainnya, dengan rahasia kesatuan jejak dan pengaruh, setiap partikel harus mengontrol keseluruhan sekaligus tunduk pada keseluruhan. Sama seperti bebatuan yang terdapat dalam bangunan yang rumit jika dianggap tidak ada yang membangunnya. Ia juga bebas dan terikat, serta menjadi sumber dari sejumlah sifat yang mengingkari keberadaannya; bahkan pada Zat yang melipat langit sebagaimana melipat lembaran kertas.

Kedua
Kemustahilan pernyataan kedua juga tak terhingga:
Di antaranya materi yang menjadi bahan penciptaanmu seperti botol obat yang terdapat di apotek. Jika menurutmu ia bisa keluar dengan cara tertuang dan mengalir sendiri tanpa keterlibatan siapapun dari setiap gelasnya dengan ukuran tertentu lewat neraca yang tepat, lalu berbagai kadar berbeda tadi bisa berkumpul membentuk obat kehidupan atau komposisi racikan yang hidup, maka di situlah engkau bisa berhayal bahwa dirimu memang berasal dari sejumlah sebab yang mati.
Hal lain bahwa kemunculan sesuatu dengan sangat sempurna dari sejumlah sebab tak terhingga yang tak bernyawa, buta, dan tuli, yang berada di antara berbagai kemungkinan hanya menambah kebutaan dan ketulian. Di samping relasinya dengan lahiriah sesuatu, proses penciptaan aspek batiniahnya lebih halus dan lebih sempurna. Karena itu, kemunculan dirimu darinya sungguh sangat mustahil.
Hal lainnya bahwa berkumpulnya berbagai sebab yang tak terhingga dengan sangat rapi dan teratur lewat neraca rasa butuh yang terdapat dalam sel-sel matamu tidak lebih mudah daripada berkumpulnya pilar-pilar alam dalam wujud lahiriahnya berikut benda-bendanya yang besar pada telapak tanganmu; bahkan dalam kukumu atau dalam selnya. Sebab, siapa yang bekerja di sebuah rumah, maka rumah tersebut bisa melingkupinya jika si pekerja tadi bersifat materi. Selama alam ini berikut bagian-bagiannya bekerja dalam bagian dirimu berarti ia bisa masuk ke dalam partikelmu. Ini sungguh bualan yang memalukan. Begitulah rangkaian kemustahilan dan ketidakmungkinan serta kebatilan yang dimunculkan oleh ilusi dan hayalan.

Ketiga
Adanya pengaruh alam. Hal ini lebih batil dan rusak.
Pasalnya, alam materi memiliki aspek lahiri yang bersifat ilusi yang disangka oleh pihak lalai dan sesat sebagai hakikat kebenaran. Ia juga memiliki aspek batini yang berupa kreasi ilahi dan celupan rahmat-Nya.
Hakikat dari kekuatan yang ada memperlihatkan kekuasaan Zat Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, dan Maha Menghendaki. Adapun proses kebetulan yang digambarkan oleh pemikiran lalai merupakan hasil kreasi setan yang bersumber dari kesesatan.
No Voice