Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 164
(1-357)
Kesimpulannya, jika penciptaan dan pengelolaan diserahkan kepada selain Allah, maka: (1) jika dinisbatkan kepada diri sendiri berarti engkau memposisikan setiap sel yang terdapat dalam bagian dirimu mampu meliputi seluruh alam dengan sifat-sifatnya. (2) jika dinisbatkan kepada sejumlah sebab berarti sejumlah sebab alam yang bekerja berkumpul pada setiap sel. Sebab, kesatuan sel hingga kesatuan alam menunjukkan bahwa penciptanya satu. Yang satu tidak bersumber kecuali dari yang satu. Apalagi sel yang tak mampu membuat dua jari nyamuk. Lalu bagaimana mungkin ia bisa melakukan sesuatu yang seluruh alam pun tidak bisa melakukan sesuatu yang sederhana sekalipun? Dalil keesaan adalah kesatuan. Benda bening yang kecil bisa menampung mentari berikut cahaya, warna, dan hawa panasnya lewat wujud bayangan mentari itu dengan sangat mudah.
Sebagaimana wujud lahiri lebih tegas, lebih berat, lebih kokoh daripada wujud imajiner, sehingga partikel yang satu bisa menampung gunung, serta mentari bisa masuk ke dalam kilau cahaya, maka demikian pula dengan wujud yang wajib ada. Ia lebih kuat, lebih kokoh, lebih teguh bahkan ia merupakan wujud hakiki dan lahiri sekaligus. Ia jauh lebih benar dan nyata daripada wujud yang bersifat mungkin. Entitas yang bersifat mungkin dengan seluruh bagiannya yang terwujud dalam cermin alam azali menjadi laksana cermin manifestasi cahaya wujud yang wajib ada. Pengetahuan merupakan cerminnya. Ia merupakan cermin wujud yang wajib ada. Wujudnya keluar dari tingkat pengetahuan menuju wujud lahiri; tidak sampai kepada tingkat wujud hakiki.
Ketahuilah bahwa siapa yang mencermati alam akan mendapatkan kesimpulan bahwa pelaku dan pemberi pengaruh padanya adalah Zat Yang Mahahalus, Sumber cahaya, dan Zat yang tunggal. Sementara, reaksi dan pengaruh adalah sifat dari materi dan fisik.
Jika mau engkau bisa melihat cahaya dan gunung. Yang pertama berada di langit, sementara tangan halusnya bekerja dan berkeliling di bumi. Adapun yang kedua, ukurannya yang besar dan tangannya yang banyak tak mampu memberikan pengaruh, meski kepada benda yang dekat dan menempel dengannya.
Begitulah kita melihat interaksi antar sesuatu secara lahiriah. Tingkatan sebab pada sesuatu sesuai dengan tingkat kehalusan dan cahayanya, sementara tingkatan akibat sesuai dengan wujud fisiknya. Dari sini kita mengetahui bahwa Pencipta sebab lahiri dan Zat yang menghadirkan akibat adalah cahaya dari segala cahaya. “Tidak ada yang serupa dengan-Nya. Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.” “Penglihatan tidak bisa menjangkau-Nya, sementara Dia bisa menjangkau penglihatan. Dia Mahahalus dan Maha Mengetahui.” Tiada Tuhan selain Dia.
Ketahuilah bahwa tafakkur adalah cahaya yang dapat melebur kelalaian yang dingin dan mati. Kecermatan adalah api yang dapat membakar ilusi kegelapan yang kering. Apabila engkau bertafakkur tentang dirimu, lakukanlah secara cermat, sabar, dan satu persatu sesuai dengan nama al-Bâthin (Yang Maha Tersembunyi) yang dalam. Pasalnya, kreasi yang sempurna membuat analisa dan penelaahannya secara detil menjadi lebih baik.
Sebagaimana wujud lahiri lebih tegas, lebih berat, lebih kokoh daripada wujud imajiner, sehingga partikel yang satu bisa menampung gunung, serta mentari bisa masuk ke dalam kilau cahaya, maka demikian pula dengan wujud yang wajib ada. Ia lebih kuat, lebih kokoh, lebih teguh bahkan ia merupakan wujud hakiki dan lahiri sekaligus. Ia jauh lebih benar dan nyata daripada wujud yang bersifat mungkin. Entitas yang bersifat mungkin dengan seluruh bagiannya yang terwujud dalam cermin alam azali menjadi laksana cermin manifestasi cahaya wujud yang wajib ada. Pengetahuan merupakan cerminnya. Ia merupakan cermin wujud yang wajib ada. Wujudnya keluar dari tingkat pengetahuan menuju wujud lahiri; tidak sampai kepada tingkat wujud hakiki.
Ketahuilah bahwa siapa yang mencermati alam akan mendapatkan kesimpulan bahwa pelaku dan pemberi pengaruh padanya adalah Zat Yang Mahahalus, Sumber cahaya, dan Zat yang tunggal. Sementara, reaksi dan pengaruh adalah sifat dari materi dan fisik.
Jika mau engkau bisa melihat cahaya dan gunung. Yang pertama berada di langit, sementara tangan halusnya bekerja dan berkeliling di bumi. Adapun yang kedua, ukurannya yang besar dan tangannya yang banyak tak mampu memberikan pengaruh, meski kepada benda yang dekat dan menempel dengannya.
Begitulah kita melihat interaksi antar sesuatu secara lahiriah. Tingkatan sebab pada sesuatu sesuai dengan tingkat kehalusan dan cahayanya, sementara tingkatan akibat sesuai dengan wujud fisiknya. Dari sini kita mengetahui bahwa Pencipta sebab lahiri dan Zat yang menghadirkan akibat adalah cahaya dari segala cahaya. “Tidak ada yang serupa dengan-Nya. Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.” “Penglihatan tidak bisa menjangkau-Nya, sementara Dia bisa menjangkau penglihatan. Dia Mahahalus dan Maha Mengetahui.” Tiada Tuhan selain Dia.
Ketahuilah bahwa tafakkur adalah cahaya yang dapat melebur kelalaian yang dingin dan mati. Kecermatan adalah api yang dapat membakar ilusi kegelapan yang kering. Apabila engkau bertafakkur tentang dirimu, lakukanlah secara cermat, sabar, dan satu persatu sesuai dengan nama al-Bâthin (Yang Maha Tersembunyi) yang dalam. Pasalnya, kreasi yang sempurna membuat analisa dan penelaahannya secara detil menjadi lebih baik.
No Voice