Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 165
(1-357)
Apabila engkau merenungkan cakrawala lakukanlah secara global dan cepat. Jangan sampai menyelam terlalu dalam kecuali jika untuk menjelaskan kaidah yang ada. Janganlah engkau melihatnya secara teliti sesuai dengan nama azh-Zhâhir (Yang Maha Terlihat) yang luas. Pasalnya, kilau penciptaan lebih jelas, lebih cemerlang, dan lebih indah jika secara global dan keseluruhan. Juga agar engkau tidak larut dalam sesuatu yang tak bertepi. Jika engkau mentafakkuri dirimu secara detil lalu menelaah cakrawala secara global, berarti engkau mendekat kepada keesaan-Nya. Namun, jika sebaliknya, di mana engkau mentafakkuri dirimu secara global, lalu melihat cakrawala secara detil, maka engkau diceraiberaikan oleh sesuatu yang banyak, akan dijerumuskan oleh ilusi, lalu egomu akan menguat, kelalaianmu bertambah pekat, sehingga menjadi tabiat yang melekat. Inilah jalan yang mengarah pada kesesatan. Ya Allah, jangan kau masukkan kami ke dalam golongan orang yang sesat. Amin.
Ketahuilah bahwa seperti kata pepatah, manusia, jika bergerak rezekinya menjadi diam, namun jika diam, rezekinya yang bergerak. Ia termasuk kilau hakikat yang memiliki spektrum luas. Lihatlah pepohonan yang diam karena bertawakkal. Rezekinya bergerak menuju kepadanya. Sebaliknya, hewan yang bergerak lantaran rakus, rezekinya menjadi diam dan tak bergeming di tempatnya dalam kondisi terhubungan dengan akarnya. Warna dan aromanya mengundang hewan yang lapar dan membutuhkan untuk mendatanginya.
Ketahuilah! Betapa bodohnya manusia yang lalai dan betapa hal itu sangat menyesatkan dan berbahaya bagi dirinya! Ia meninggalkan kebaikan yang besar lantaran kemungkinan adanya satu hambatan di antara sembilan kemungkinan yang malah memberikan dorongan. Ia mengambil jalan kesesatan dengan meninggalkan petunjuk lantaran satu keraguan di antara ribuan dalil petunjuk yang ada. Faktanya manusia adalah sosok yang banyak berhayal dan sangat berhati-hati. Ia menghindari bahaya yang segera datang lantaran satu kemungkinan di antara sepuluh kemungkinan yang ada. Mengapa ia tidak menghindari sesuatu yang paling berbahaya dengan sembilan kemungkinan; atau bahkan dengan sembilan puluh sembilan kemungkinan yang ada?!
Ketahuilah bahwa dalam jiwa manusia terdapat kebutuhan yang tak terhingga, kemampuan mengamati yang tak terkira, kecenderungan untuk bersenang-senang yang tak berujung, serta siap untuk mengarungi harapan dan derita yang tak terbatas. Sehingga kasih sayang yang disertai kesesatan kalbu hanya menghasilkan derita yang berkepanjangan. Sebagaimana disebutkan dalam qatharah (tetesan), engkau tidak layak berkata, “Apalah artinya diriku? Siapa aku? dan makhluk seperti apakah diriku sehingga kiamat tegak untukku, timbangan disiapkan untukku, serta hisab diberlakukan padaku?” Wahai yang sesat dan ragu. Jangan engkau tertipu dengan kehidupan ini. Sebab, kenikmatan hidup ini bergantung pada sesuatu yang bercampur dengan keraguan kaum yang sesat. Kaum yang sesat dan ragu tidak mempercayai adanya sakit akibat kepergian dan ketiadaan sehingga berusaha mengarah kepada kemungkinan adanya kebahagiaan abadi. Ia juga berlari dari beban dan kewajiban agama menuju kemungkinan ketiadaan akhirat.
Ketahuilah bahwa seperti kata pepatah, manusia, jika bergerak rezekinya menjadi diam, namun jika diam, rezekinya yang bergerak. Ia termasuk kilau hakikat yang memiliki spektrum luas. Lihatlah pepohonan yang diam karena bertawakkal. Rezekinya bergerak menuju kepadanya. Sebaliknya, hewan yang bergerak lantaran rakus, rezekinya menjadi diam dan tak bergeming di tempatnya dalam kondisi terhubungan dengan akarnya. Warna dan aromanya mengundang hewan yang lapar dan membutuhkan untuk mendatanginya.
Ketahuilah! Betapa bodohnya manusia yang lalai dan betapa hal itu sangat menyesatkan dan berbahaya bagi dirinya! Ia meninggalkan kebaikan yang besar lantaran kemungkinan adanya satu hambatan di antara sembilan kemungkinan yang malah memberikan dorongan. Ia mengambil jalan kesesatan dengan meninggalkan petunjuk lantaran satu keraguan di antara ribuan dalil petunjuk yang ada. Faktanya manusia adalah sosok yang banyak berhayal dan sangat berhati-hati. Ia menghindari bahaya yang segera datang lantaran satu kemungkinan di antara sepuluh kemungkinan yang ada. Mengapa ia tidak menghindari sesuatu yang paling berbahaya dengan sembilan kemungkinan; atau bahkan dengan sembilan puluh sembilan kemungkinan yang ada?!
Ketahuilah bahwa dalam jiwa manusia terdapat kebutuhan yang tak terhingga, kemampuan mengamati yang tak terkira, kecenderungan untuk bersenang-senang yang tak berujung, serta siap untuk mengarungi harapan dan derita yang tak terbatas. Sehingga kasih sayang yang disertai kesesatan kalbu hanya menghasilkan derita yang berkepanjangan. Sebagaimana disebutkan dalam qatharah (tetesan), engkau tidak layak berkata, “Apalah artinya diriku? Siapa aku? dan makhluk seperti apakah diriku sehingga kiamat tegak untukku, timbangan disiapkan untukku, serta hisab diberlakukan padaku?” Wahai yang sesat dan ragu. Jangan engkau tertipu dengan kehidupan ini. Sebab, kenikmatan hidup ini bergantung pada sesuatu yang bercampur dengan keraguan kaum yang sesat. Kaum yang sesat dan ragu tidak mempercayai adanya sakit akibat kepergian dan ketiadaan sehingga berusaha mengarah kepada kemungkinan adanya kebahagiaan abadi. Ia juga berlari dari beban dan kewajiban agama menuju kemungkinan ketiadaan akhirat.
No Voice