Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 18
(1-357)
Risalah Kedua
Percikan Lautan Makrifat Nabi Saw

Bismillahirrahmanirrahim
Catatan:
Yang diperkenalkan oleh Tuhan kepada kita tidaklah terhitung dan terhingga. Hanya saja, argumen dan dalil besarnya ada tiga:
Pertama, alam ini. Engkau telah mengetahui sejumlah bukti dari kitab besar ini.
Kedua, bukti terbesar dari kitab ini yang berupa stempel kenabian dan kunci perbendaharaan tersembunyi, Nabi saw.
Ketiga, penjelas kitab alam dan argumen Allah atas manusia. Yaitu Alquran yang penuh hikmah.
Kita harus mengetahui bukti kedua yang berbicara lalu kita perhatikan. Dari lautan makrifat beliau terdapat sejumlah percikan:

Percikan Pertama
Ketahuilah bahwa argumen kedua ini memiliki kepribadian yang agung. Barangkali engkau bertanya, “Apa itu? Dan apa substansinya?”
Jawabannya bahwa beliau lewat keagungan moralnya menjadikan atap bumi sebagai masjidnya, Mekkah menjadi mihrabnya, dan Madinah menjadi mimbarnya. Beliau adalah imam bagi seluruh kaum beriman yang bermakmum dengan berbaris di belakangnya. Beliau khatib bagi seluruh manusia yang menjelaskan tentang rambu-rambu kebahagiaan mereka. Beliau pemimpin seluruh nabi yang menyucikan dan membenarkan mereka lewat integralitas agamanya yang mencakup semua agama mereka. Beliau penghulu para wali yang membimbing dan mendidik mereka dengan mentari risalahnya. Beliau adalah poros dalam pusat halaqah zikir yang terdiri dari para nabi, orang-orang pilihan, kaum shiddiqin, kelompok yang taat, yang sepakat di atas kalimat-Nya. Beliau adalah pohon bersinar yang memiliki akar kokoh berupa para nabi dengan landasan samawi yang mereka miliki, memiliki ranting hijau dan segar berikut buah yang halus bercahaya; yaitu para nabi dengan makrifat mereka. Setiap pernyataan beliau dibuktikan oleh para nabi dengan bersandar kepada mukjizat mereka serta oleh para wali dengan bersandar kepada karomah mereka. Seolah-olah pada setiap pernyataan yang beliau buat terdapat stempel seluruh orang suci di atas. Misalnya beliau mengucap kalimat lâ ilâha illallâh (tiada Tuhan selain Allah) serta menyatakan tauhid. Ternyata kita mengetahui lewat dua kelompok mulia tersebut—mentari dan bintang manusia yang menempati wilayah zikir— dari masa lalu dan mendatang kalimat serupa yang terus mereka ulang dan mereka sepakati meski berbeda cara dan jalan. Seolah-olah mereka sepakat berkata, “Engkau benar. Engkau menyatakan sesuatu yang benar.”
Tidak ada yang bisa menyanggah pernyataan yang didukung oleh kesaksian pihak-pihak yang tak terhitung banyaknya di mana mukjizat dan karomah mereka menjadi legitimasi.
No Voice