Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 20
(1-357)
Percikan Keempat
Ketahuilah bahwa ruang lingkup waktu dan tempat memberikan pengaruh besar terhadap cara berpikir manusia. Misalnya mari kita lepaskan imajinasi waktu saat ini. Kita lepaskan pakaian yang kotor ini. Lalu, kita masuk ke lautan waktu yang mengalir. Kemudian kita berenang di dalamnya menuju era kebahagiaan yang berupa pulau subur dan indah di antara kumpulan waktu dan masa. Marilah kita melihat jazirah Arab yang merupakan kota cemerlang di pulau tersebut. Mari kita kenakan pakaian di era itu hingga sampai ke pusat risalah Islam; tempat beliau menunaikan tugas utama.
Bukalah matamu, lalu lihatlah! Kerajaan pertama yang terlihat oleh kita adalah sosok manusia luar biasa yang memiliki tampilan istimewa dalam sejarah perjalanannya yang mulia. Beliau menggenggam kitab suci yang mulia. Lewat lisannya beliau mengungkapkan perkataan yang ringkas, penuh hikmah, dan berlaku sepanjang masa untuk seluruh umat; bahkan untuk seluruh jin dan manusia; dan seluruh entitas yang ada.
Sungguh menakjubkan. Apa yang beliau katakan? Beliau mengatakan persoalan besar dan membahas berita agung. Beliau menjelaskan misteri tentang rahasia penciptaan alam; membuka dan menyingkap teka-teki tersembunyi mengenai rahasia hikmah alam; menerangkan tiga pertanyaan sulit yang membingungkan banyak orang karena merupakan pertanyaan setiap orang; yaitu siapa engkau? Dari mana? Dan hendak ke mana?
Percikan Kelima
Lihatlah sosok bersinar tersebut, bagaimana beliau memancarkan cahaya dan sinar kebenaran yang demikian terang. Beliau membuat malam manusia menjadi siang dan musim dinginnya menjadi musim semi. Seolah-olah semua entitas berganti bentuk sehingga alam ini tampak tertawa gembira setelah sebelumnya cemberut dan masam.
Jika kita tidak mengambil cahaya beliau, kita akan melihat alam ini menjadi tempat berkabung. Seluruh entitas akan tampak menjadi seperti orang asing dan musuh. Yang satu tidak mengenali yang lain; bahkan memusuhinya. Benda-benda tak ubahnya jenazah besar. Hewan-hewan dan manusianya seperti anak yatim yang meratapi kepergian dan perpisahan. Dengan seluruh gerak, ragam, perubahan, dan ukirannya, alam ibarat tempat bermain yang sia-sia; tak mempunyai arti. Lewat kelemahan dan pikirannya yang meratapi duka masa lalu dan kecemasan terhadap masa mendatang, manusia menjadi lebih hina dan rendah dari semua makhluk lainnya. Itulah esensi alam bagi orang yang tidak memasuki wilayah cahayanya.
Ketahuilah bahwa ruang lingkup waktu dan tempat memberikan pengaruh besar terhadap cara berpikir manusia. Misalnya mari kita lepaskan imajinasi waktu saat ini. Kita lepaskan pakaian yang kotor ini. Lalu, kita masuk ke lautan waktu yang mengalir. Kemudian kita berenang di dalamnya menuju era kebahagiaan yang berupa pulau subur dan indah di antara kumpulan waktu dan masa. Marilah kita melihat jazirah Arab yang merupakan kota cemerlang di pulau tersebut. Mari kita kenakan pakaian di era itu hingga sampai ke pusat risalah Islam; tempat beliau menunaikan tugas utama.
Bukalah matamu, lalu lihatlah! Kerajaan pertama yang terlihat oleh kita adalah sosok manusia luar biasa yang memiliki tampilan istimewa dalam sejarah perjalanannya yang mulia. Beliau menggenggam kitab suci yang mulia. Lewat lisannya beliau mengungkapkan perkataan yang ringkas, penuh hikmah, dan berlaku sepanjang masa untuk seluruh umat; bahkan untuk seluruh jin dan manusia; dan seluruh entitas yang ada.
Sungguh menakjubkan. Apa yang beliau katakan? Beliau mengatakan persoalan besar dan membahas berita agung. Beliau menjelaskan misteri tentang rahasia penciptaan alam; membuka dan menyingkap teka-teki tersembunyi mengenai rahasia hikmah alam; menerangkan tiga pertanyaan sulit yang membingungkan banyak orang karena merupakan pertanyaan setiap orang; yaitu siapa engkau? Dari mana? Dan hendak ke mana?
Percikan Kelima
Lihatlah sosok bersinar tersebut, bagaimana beliau memancarkan cahaya dan sinar kebenaran yang demikian terang. Beliau membuat malam manusia menjadi siang dan musim dinginnya menjadi musim semi. Seolah-olah semua entitas berganti bentuk sehingga alam ini tampak tertawa gembira setelah sebelumnya cemberut dan masam.
Jika kita tidak mengambil cahaya beliau, kita akan melihat alam ini menjadi tempat berkabung. Seluruh entitas akan tampak menjadi seperti orang asing dan musuh. Yang satu tidak mengenali yang lain; bahkan memusuhinya. Benda-benda tak ubahnya jenazah besar. Hewan-hewan dan manusianya seperti anak yatim yang meratapi kepergian dan perpisahan. Dengan seluruh gerak, ragam, perubahan, dan ukirannya, alam ibarat tempat bermain yang sia-sia; tak mempunyai arti. Lewat kelemahan dan pikirannya yang meratapi duka masa lalu dan kecemasan terhadap masa mendatang, manusia menjadi lebih hina dan rendah dari semua makhluk lainnya. Itulah esensi alam bagi orang yang tidak memasuki wilayah cahayanya.
No Voice