Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 40
(1-357)
Risalah Ketiga
Terutama
(Bagian berbahasa Arab kedua dari dari kalimat kedua puluh delapan)
(Landasan bagi kalimat kesepuluh)
Terutama
(Bagian berbahasa Arab kedua dari dari kalimat kedua puluh delapan)
(Landasan bagi kalimat kesepuluh)
Bismillâhirrahmânirrahîm
Segala puji bagi Allah yang wujud dan keesaan-Nya disaksikan oleh seluruh partikel dan komposisi alam lewat lisan ketidakberdayaan dan kepapahannya.
Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi-Nya, penyingkap misteri alam dan kunci bagi tanda-tandanya, serta kepada keluarga, sahabat, dan saudaranya dari para nabi dan rasul. Demikian pula kepada para malaikat dan hamba Allah yang saleh baik di langit maupun di bumi.
Ketahuilah wahai yang alam materi dan sebab-akibat telah menutup pintu syukur dan membuka pintu syirik baginya. Syirik dan kufur merupakan dua bentuk kekufuran yang terbangun di atas berbagai kemustahilan tak terhingga. Di antara kemustahilan tersebut adalah sebagai berikut.
Apabila seorang kafir sadar lalu menatap kekufurannya dengan penglihatan ilmu, untuk mengikuti kekufurannya ia terpaksa harus memikulkan kepada setiap partikel beban seberat seribu kuintal sekaligus mengakui bahwa pada setiap partikel terdapat jutaan percetakan untuk alam serta pengetahuan terhadap seluruh detil penciptaan pada semua ciptaan. Pasalnya, setiap partikel udara misalnya, ia bisa melewati semua tumbuhan, bunga, pohon, dan buah serta bisa bekerja pada bangunannya. Karena itu, jika tidak diperintah dan tidak bekerja atas nama Zat Penggenggam segala sesuatu, berarti partikel dan kekuatan kecil yang tersembunyi di dalamnya harus mengetahui cara kerja dari perangkat seluruh bangunan yang dimasuki oleh partikel tadi serta cara pembentukannya. Padahal satu buah misalnya mengandung miniatur pohonnya dan benih atau tunasnya ibarat lembaran kerja pohon yang memuat sejarah perjalanan hidupnya. Buah melihat kepada keseluruhan pohon; serta kepada spesiesnya, bahkan juga kepada bumi. Dari sini, dengan melihat keagungan penciptaan dan substansinya di dalam bingkai besarnya penciptaan bumi, maka siapa yang membangunnya dengan keagungan maknawiyah dan penciptaannya haruslah mampu memikul dan membangun bumi.
Karena itu, sungguh aneh orang kafir yang ingkar. Bagaimana mungkin ia mengaku cerdas dan berakal, sementara dengan kekufuran yang ia miliki di dalam hatinya terdapat cara berpikir yang dungu dan bodoh semacam itu.
No Voice