Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 43
(1-357)
Varietas dan spesies yang demikian banyak disertai kesempurnaan penciptaan setiap entitas yang sangat sempurna hanya bisa diwujudkan oleh Zat Yang Mahakuasa yang bagi-Nya tidak ada perbedaan antara partikel dan bintang serta antara yang sedikit dan yang banyak.
Pada setiap bagian terdapat tanda lain yang menunjukkan kreasi Zat Yang Mahakuasa. Yaitu kondisi kontras antara kedermawanan dan akurasi yang ekonomis, antara kecepatan dan keseimbangan, antara murah dan mahal, antara pembauran dan keunikan, dan seterusnya. Apabila setiap bagian sudah cukup untuk memperlihatkan stempel keesaan, bagaimana jika semuanya saling berkumpul dan menopang dalam satu aktivitas? Dari sana engkau bisa mengetahui rahasia dari firman Allah yang berbunyi,
Jika engkau tanyakan pada mereka, siapa yang menciptakan langit dan bumi, tentu mereka akan menjawab, “Allah.”[1]
Maknanya, orang yang ingkar dan membangkang, jika ditanya mau tidak mau ia akan menjawab, “Allah.”
Ketahuilah bahwa antara iman kepada Allah, iman kepada nabi, kepada hari akhir, dan percaya kepada eksistensi alam merupakan sesautu yang yang saling terkait secara sangat kuat karena ada keterpautan antara kepastian adanya Tuhan, rasul, dan hari akhir dengan kesaksian alam.
Pasalnya, tidak mungkin sebuah kitab ada, terutama jika setiap kata darinya memuat satu kitab dan setiap huruf berisi sebuah kumpulan syair, tanpa ada yang menulis. Demikian pula tidak mungkin kitab alam menjadi bukti tanpa diikuti dengan keimanan terhadap keberadaan Penciptanya yang azali.
Tidak mungkin ada sebuah rumah, apalagi jika ia memiliki bentuk yang sangat indah, ukiran yang menakjubkan, dan hiasan luar biasa, tanpa ada yang membangunnya. Demikian pula tidak mungkin mempercayai keberadaan alam tanpa mempercayai Zat yang menciptakannya.
Tidak mungkin penyaksian kilau butiran air di permukaan laut, cahaya tetesan air, dan kilau pecahan salju di siang hari disertai dengan sikap mengingkari keberadaan mentari. Karena jika tidak, berarti harus mengakui adanya banyak matahari sebanyak butiran, tetesan, dan pecahan salju tersebut. Selain itu, bagi orang yang berakal sehat, kondisi entitas alam yang terus berubah secara sangat teratur, tidak mungkin disertai sikap mengingkari keberadaan Penciptanya yang telah membangun “rumah indah dan pohon besar itu” lewat kehendak dan kebijaksanaan-Nya, mengurai dengan hukum qada dan qadar-Nya, mengatur dengan kaidah sunnah dan hukum-Nya, menghias dengan rambu perhatian dan rahmat-Nya, serta menerangi dengan manifestasi nama dan sifat-Nya.
------------------------------------------
[1] Q.S. al-Zumar: 38.
Pada setiap bagian terdapat tanda lain yang menunjukkan kreasi Zat Yang Mahakuasa. Yaitu kondisi kontras antara kedermawanan dan akurasi yang ekonomis, antara kecepatan dan keseimbangan, antara murah dan mahal, antara pembauran dan keunikan, dan seterusnya. Apabila setiap bagian sudah cukup untuk memperlihatkan stempel keesaan, bagaimana jika semuanya saling berkumpul dan menopang dalam satu aktivitas? Dari sana engkau bisa mengetahui rahasia dari firman Allah yang berbunyi,
Jika engkau tanyakan pada mereka, siapa yang menciptakan langit dan bumi, tentu mereka akan menjawab, “Allah.”[1]
Maknanya, orang yang ingkar dan membangkang, jika ditanya mau tidak mau ia akan menjawab, “Allah.”
Ketahuilah bahwa antara iman kepada Allah, iman kepada nabi, kepada hari akhir, dan percaya kepada eksistensi alam merupakan sesautu yang yang saling terkait secara sangat kuat karena ada keterpautan antara kepastian adanya Tuhan, rasul, dan hari akhir dengan kesaksian alam.
Pasalnya, tidak mungkin sebuah kitab ada, terutama jika setiap kata darinya memuat satu kitab dan setiap huruf berisi sebuah kumpulan syair, tanpa ada yang menulis. Demikian pula tidak mungkin kitab alam menjadi bukti tanpa diikuti dengan keimanan terhadap keberadaan Penciptanya yang azali.
Tidak mungkin ada sebuah rumah, apalagi jika ia memiliki bentuk yang sangat indah, ukiran yang menakjubkan, dan hiasan luar biasa, tanpa ada yang membangunnya. Demikian pula tidak mungkin mempercayai keberadaan alam tanpa mempercayai Zat yang menciptakannya.
Tidak mungkin penyaksian kilau butiran air di permukaan laut, cahaya tetesan air, dan kilau pecahan salju di siang hari disertai dengan sikap mengingkari keberadaan mentari. Karena jika tidak, berarti harus mengakui adanya banyak matahari sebanyak butiran, tetesan, dan pecahan salju tersebut. Selain itu, bagi orang yang berakal sehat, kondisi entitas alam yang terus berubah secara sangat teratur, tidak mungkin disertai sikap mengingkari keberadaan Penciptanya yang telah membangun “rumah indah dan pohon besar itu” lewat kehendak dan kebijaksanaan-Nya, mengurai dengan hukum qada dan qadar-Nya, mengatur dengan kaidah sunnah dan hukum-Nya, menghias dengan rambu perhatian dan rahmat-Nya, serta menerangi dengan manifestasi nama dan sifat-Nya.
------------------------------------------
[1] Q.S. al-Zumar: 38.
No Voice