Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 41
(1-357)
Ketahuilah bahwa segala sesuatu memiliki dua bentuk:
Pertama, materi yang bisa terindera seperti baju yang dipotong sesuai dengan ukuran fisik secara sangat rapi.
Kedua, sesuatu yang rasional yang tersusun dari banyak potongan dalam gerakannya sepanjang lautan waktu atau aliran sungai zaman. Misalnya gambar lingkaran bercahaya yang bersifat imajinatif yang dihasilkan dari putaran nyala api. Gambaran maknawiyah atau immateri dari sesuatu tersebut merupakan sejarah kehidupannya. Ia merupakan garis edar ketentuan yang dikenal dengan nama ‘takdir sesuatu’. Sebagaimana sesuatu—seperti pohon misalnya—dalam bentuk materi memiliki titik akhir yang rapi dan berbuah serta tujuan yang seimbang dan berisi kebaikan, maka dalam bentuk immaterinya ia juga memiliki titik akhir yang rapi yang mengandung berbagai kebaikan serta batas-batas tertentu yang mencakup sejumlah hikmah tersembunyi. Seolah-olah kekuatan yang terdapat pada gambaran pertama ibarat pembangun dan ketentuannya ibarat rancang arsitektur, sementara pada yang kedua ia ibarat sumber dan ketentuannya ibarat penggaris. Kekuatan tersebut menulis kitab makna pada gambar ukuran takdir.
Wahai orang kafir, dengan sikap kufur dan ingkarmu, ketika kembali kepada ilmu dan hakikat, engkau terpaksa harus menerima bahwa pada setiap partikel dan kekuatannya yang kecil terdapat pengetahuan penciptaan sampai ke tingkat di mana partikel tadi mampu memotong dan menggunting pakaian dan baju yang beragam sebanyak jumlah sesuatu di samping juga mampu mermperbaharui berbagai bentuk yang rusak akibat duri sejumlah kejadian di sepanjang zaman. Padahal, manusia sebagai buah pohon penciptaan, sebab yang paling memiliki kemampuan, serta paling bisa memilih, andaikan semua potensi penciptaannya dikumpulkan lalu ia ingin membuat sebuah baju bagi pohon berduri sesuai dengan kadar bagian-bagiannya, tentu ia tidak akan mampu melakukannya. Sementara, di lain sisi Penciptanya terus memakaikan kepadanya dalam pertumbuhannya berbagai baju yang terus baru, secara teratur, segar; tanpa menjadi kering oleh sinar mentari, berbalut warna hijau yang indah dan seimbang, dengan sangat mudah dan cepat tanpa susah payah. Mahasuci Zat yang,
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila menghendaki sesuatu, Dia hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka terjadilah ia. Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya tergenggam kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kalian dikembalikan.[1]
---------------------------------------------------
[1] Q.S. Yasin: 82-83.
Pertama, materi yang bisa terindera seperti baju yang dipotong sesuai dengan ukuran fisik secara sangat rapi.
Kedua, sesuatu yang rasional yang tersusun dari banyak potongan dalam gerakannya sepanjang lautan waktu atau aliran sungai zaman. Misalnya gambar lingkaran bercahaya yang bersifat imajinatif yang dihasilkan dari putaran nyala api. Gambaran maknawiyah atau immateri dari sesuatu tersebut merupakan sejarah kehidupannya. Ia merupakan garis edar ketentuan yang dikenal dengan nama ‘takdir sesuatu’. Sebagaimana sesuatu—seperti pohon misalnya—dalam bentuk materi memiliki titik akhir yang rapi dan berbuah serta tujuan yang seimbang dan berisi kebaikan, maka dalam bentuk immaterinya ia juga memiliki titik akhir yang rapi yang mengandung berbagai kebaikan serta batas-batas tertentu yang mencakup sejumlah hikmah tersembunyi. Seolah-olah kekuatan yang terdapat pada gambaran pertama ibarat pembangun dan ketentuannya ibarat rancang arsitektur, sementara pada yang kedua ia ibarat sumber dan ketentuannya ibarat penggaris. Kekuatan tersebut menulis kitab makna pada gambar ukuran takdir.
Wahai orang kafir, dengan sikap kufur dan ingkarmu, ketika kembali kepada ilmu dan hakikat, engkau terpaksa harus menerima bahwa pada setiap partikel dan kekuatannya yang kecil terdapat pengetahuan penciptaan sampai ke tingkat di mana partikel tadi mampu memotong dan menggunting pakaian dan baju yang beragam sebanyak jumlah sesuatu di samping juga mampu mermperbaharui berbagai bentuk yang rusak akibat duri sejumlah kejadian di sepanjang zaman. Padahal, manusia sebagai buah pohon penciptaan, sebab yang paling memiliki kemampuan, serta paling bisa memilih, andaikan semua potensi penciptaannya dikumpulkan lalu ia ingin membuat sebuah baju bagi pohon berduri sesuai dengan kadar bagian-bagiannya, tentu ia tidak akan mampu melakukannya. Sementara, di lain sisi Penciptanya terus memakaikan kepadanya dalam pertumbuhannya berbagai baju yang terus baru, secara teratur, segar; tanpa menjadi kering oleh sinar mentari, berbalut warna hijau yang indah dan seimbang, dengan sangat mudah dan cepat tanpa susah payah. Mahasuci Zat yang,
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila menghendaki sesuatu, Dia hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka terjadilah ia. Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya tergenggam kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kalian dikembalikan.[1]
---------------------------------------------------
[1] Q.S. Yasin: 82-83.
No Voice