Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 52
(1-357)
Kalaui demikian, “Apakah manusia mengira dirinya akan dibiarkan begitu saja,”[1] tanpa ditanya di hari esok? Tentu ia akan dihisab atas seluruh amal yang dilakukan. Kemudian ia akan pergi menuju mahsyar dan alam keabadian. Mahsyar dan kiamat bagi Tuhan adalah seperti musim semi dan musim gugur. Semua peristiwa masa lalu adalah mukjizat qudrat-Nya yang menjadi bukti bahwa Dıa Mahakuasa atas segala kemungkinan di masa mendatang.
Apalagi, Pemilik alam ini telah berkali-kali berjanji bahwa Dia bisa menghadirkan kiamat dengan sangat mudah dan ringan, serta keberadaannya untuk makhluk dan hamba sangat penting dan berharga. Sebaliknya, mengingkari janji tersebut sangat berlawanan dengan qudrat dan rububiyah-Nya. Mengingkari janji juga merupakan dampak dari kebodohan di samping ketidakberdayaan. Karena itu, mengingkari janji mustahil bagi Zat Yang Maha Mengetahui dan Mahakuasa. Menghadirkan mahsyar dengan segala peristiwa dan sorganya tidaklah lebih sulit daripada menghadirkan musim semi dengan segala perubahan dan kebunnya. Janji Allah sesuatu yang pasti berlaku sesuai dengan informasi para nabi dan kesepakatan semua wali. Perhatikan kekuatan janji Allah dalam ayat berikut,
Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang terjadinya tidak diragukan lagi. Siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah ?[2]
Sungguh celaka manusia. Betapa ia sangat kufur dengan tidak mempercayai ucapan Zat yang seluruh entitas alam merupakan kalimat-Nya yang benar dan merupakan tanda kekuasaan-Nya yang menuturkan kebenaran. Manusia justru berpegang kepada ilusi, kebodohan diri, dan kebatilan setan. Kita berlindung kepada Allah dari sikap durhaka, kejahatan diri, dan setan.
Apalagi kita menyaksikan di alam ini sejumlah fenomena rububiyah yang tertata rapi dan abadi serta tanda kekuasaan-Nya yang kekal. Bayangkanlah keagungan Pemelihara alam ini dilihat dari kondisi bumi berikut makhluk yang menempatinya seperti hewan yang tunduk di bawah perintah-Nya di mana Dia yang menghidupkan dan mematikan serta Dia pula yang menumbuhkan dan menata. Demikian pula dengan matahari berikut planet-planet di sekitarnya yang dihamparkan dan diatur lewat qudrat kekuasaan-Nya di mana Dia yang menetapkan dan memutar. Padahal, pemeliharaan Allah yang abadi serta kekuasaan-Nya yang permanen dan bersifat komprehensif lewat penataan-Nya yang agung yang mencengangkan akal, keduanya tidak tegak di atas pilar-pilar yang cepat lenyap, lemah, dan sementara. Keduanya juga tidak dibangun di atas dunia yang fana. Namun, dunia hanyalah ibarat lahan tempat membangun rumah yang bersifat sementara untuk menguji dan memperlihatkan. Setelah itu, ia dihancurkan dan diganti dengan istana abadi yang seluruh makhluk digiring kepadanya.
------------------------------------
[1] Q.S. al-Qiyamah: 36.
[2] Q.S. an-Nisa: 87.
Apalagi, Pemilik alam ini telah berkali-kali berjanji bahwa Dia bisa menghadirkan kiamat dengan sangat mudah dan ringan, serta keberadaannya untuk makhluk dan hamba sangat penting dan berharga. Sebaliknya, mengingkari janji tersebut sangat berlawanan dengan qudrat dan rububiyah-Nya. Mengingkari janji juga merupakan dampak dari kebodohan di samping ketidakberdayaan. Karena itu, mengingkari janji mustahil bagi Zat Yang Maha Mengetahui dan Mahakuasa. Menghadirkan mahsyar dengan segala peristiwa dan sorganya tidaklah lebih sulit daripada menghadirkan musim semi dengan segala perubahan dan kebunnya. Janji Allah sesuatu yang pasti berlaku sesuai dengan informasi para nabi dan kesepakatan semua wali. Perhatikan kekuatan janji Allah dalam ayat berikut,
Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang terjadinya tidak diragukan lagi. Siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah ?[2]
Sungguh celaka manusia. Betapa ia sangat kufur dengan tidak mempercayai ucapan Zat yang seluruh entitas alam merupakan kalimat-Nya yang benar dan merupakan tanda kekuasaan-Nya yang menuturkan kebenaran. Manusia justru berpegang kepada ilusi, kebodohan diri, dan kebatilan setan. Kita berlindung kepada Allah dari sikap durhaka, kejahatan diri, dan setan.
Apalagi kita menyaksikan di alam ini sejumlah fenomena rububiyah yang tertata rapi dan abadi serta tanda kekuasaan-Nya yang kekal. Bayangkanlah keagungan Pemelihara alam ini dilihat dari kondisi bumi berikut makhluk yang menempatinya seperti hewan yang tunduk di bawah perintah-Nya di mana Dia yang menghidupkan dan mematikan serta Dia pula yang menumbuhkan dan menata. Demikian pula dengan matahari berikut planet-planet di sekitarnya yang dihamparkan dan diatur lewat qudrat kekuasaan-Nya di mana Dia yang menetapkan dan memutar. Padahal, pemeliharaan Allah yang abadi serta kekuasaan-Nya yang permanen dan bersifat komprehensif lewat penataan-Nya yang agung yang mencengangkan akal, keduanya tidak tegak di atas pilar-pilar yang cepat lenyap, lemah, dan sementara. Keduanya juga tidak dibangun di atas dunia yang fana. Namun, dunia hanyalah ibarat lahan tempat membangun rumah yang bersifat sementara untuk menguji dan memperlihatkan. Setelah itu, ia dihancurkan dan diganti dengan istana abadi yang seluruh makhluk digiring kepadanya.
------------------------------------
[1] Q.S. al-Qiyamah: 36.
[2] Q.S. an-Nisa: 87.
No Voice