Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 84
(1-357)
Setelah menciptakan alam Dia menjadikannya sebagai sebuah kitab. Sementara, setelah mencelup manusia jadilah ia sebagai mitra bicara. Kekuasaan-Nya terhadap alam memperlihatkan kemuliaan-Nya, sementara kasih sayang-Nya terhadap manusia merupakan bagian dari nikmat-Nya. Kebaikannya yang terdapat di alam memperlihatkan bahwa Dia esa, sementara nikmat-Nya dalam diri manusia memperlihatkan bahwa Dia tunggal. Tanda-Nya di alam terdapat baik pada setiap bagian maupun pada keseluruhannya baik dalam diam maupun saat bergerak. Sementara, stempel-Nya terdapat pada manusia baik pada tubuh maupun seluruh anggota badan, baik dalam bentuk sel maupun atom.
Karena itu, perhatikanlah tanda-tanda kekuasaan-Nya yang demikian rapi. Engkau akan melihat kedermawanan-Nya disertai keteraturan mutlak, dalam waktu yang sangat cepat yang disertai keseimbangan mutlak, dalam bentuk yang sangat mudah disertai kerapian mutlak, dalam kelapangan disertai bagusnya penciptaan, dalam jarak yang sangat jauh disertai kecermatan mutlak, dalam percampuran disertai keistimewaan mutlak, dan dalam kemudahan yang disertai kemahalan mutlak. Semua yang tampak ini menjadi bukti bagi orang berakal yang mau menelaah, sekaligus meluruskan pandangan orang dungu yang munafik untuk menerima kreasi dan keesaan Tuhan Yang Maha Berkuasa dan Maha Mengetahui.
Pada keesaan terdapat kemudahan, sementara dalam banyak tuhan dan sekutu terdapat kesulitan luar biasa. Apabila segala sesuatu dinisbatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa, maka seluruh entitas seperti pohon kurma, sementara kurma sendiri seperti buah yang penciptaannya sangat mudah. Sebaliknya, apabila ia dinisbatkan kepada banyak tuhan, pohon kurma seperti alam, sementara buahnya seperti pohon dilihat dari tingkat kesulitannya. Pasalnya, dengan satu perbuatan, Zat Yang Mahaesa bisa mewujudkan hasil dan buah bagi banyak hal tanpa ada kesulitan sama sekali. Andaikan buah dan hasil tersebut dinisbatkan kepada banyak tuhan ia baru bisa terwujud dengan begitu banyak kesulitan dan pertentangan seperti pemimpin bersama pasukannya, bumi bersama sejumlah planet, air mancur bersama tetesannya, titik pusat dan sejumlah titik di sekitarnya.
Hal itu sesuai dengan kenyataan bahwa dalam keesaan, penisbatan tegak di atas kekuasaan yang tak terbatas. Sebab atau makhluk tidak perlu memikul sumber-sumber kekuatannya sehingga entitas menjadi besar akibat bernisbat kepada-Nya. Sebaliknya, dalam keberadaan sekutu masing-masing sebab atau makhluk dipaksa untuk memikul sumber-sumber kekuataannya sehingga menjadi kecil dan hina. Dari sini kita memahami mengapa semut dan lalat bisa mengalahkan para tiran serta benih kecil bisa memikul pohon yang besar.
Ia juga sesuai dengan kenyataan bahwa dalam menisbatkan segala sesuatu kepada Zat Yang Mahaesa proses penciptaannya tidak terjadi dari tiada. Namun, penciptaan tersebut adalah bentuk peralihan entitas dari batini menuju wujud lahiri. Sama seperti peralihan bentuk yang tampak di cermin pada lembaran pas photo guna menegaskan wujud lahiriahnya dengan sangat mudah. Sebaliknya, menisbatkan segala sesuatu kepada sebab dan banyak tuhan mengharuskan penciptaan dari tiada. Jika tidak mustahil, minimal ia merupakan sesuatu yang jauh lebih sulit. Kemudahan dalam keesaan sampai pada tingkat wajib, sementara kesulitan dalam banyak tuhan sampai pada tingkat mustahil. Dalam keesaan kreasi dan penciptaan bisa berasal dari tiada. Artinya, penciptaan entitas dari tiada tanpa membutuhkan waktu dan materi, sementara dalam keberadaan sekutu dan banyak tuhan penciptaan tidak mungkin berasal dari tiada seperti pandangan seluruh kaum yang berakal. Kehadiran makhluk hidup harus dengan cara mengumpulkan atom yang bertebaran di bumi dan sejumlah unsur. Tanpa cetakan batini maka untuk melindungi atom-atom tersebut di tubuh makhluk harus terdapat pengetahuan yang bersifat menyeluruh dan kehendak pada setiap atom.
Karena itu, perhatikanlah tanda-tanda kekuasaan-Nya yang demikian rapi. Engkau akan melihat kedermawanan-Nya disertai keteraturan mutlak, dalam waktu yang sangat cepat yang disertai keseimbangan mutlak, dalam bentuk yang sangat mudah disertai kerapian mutlak, dalam kelapangan disertai bagusnya penciptaan, dalam jarak yang sangat jauh disertai kecermatan mutlak, dalam percampuran disertai keistimewaan mutlak, dan dalam kemudahan yang disertai kemahalan mutlak. Semua yang tampak ini menjadi bukti bagi orang berakal yang mau menelaah, sekaligus meluruskan pandangan orang dungu yang munafik untuk menerima kreasi dan keesaan Tuhan Yang Maha Berkuasa dan Maha Mengetahui.
Pada keesaan terdapat kemudahan, sementara dalam banyak tuhan dan sekutu terdapat kesulitan luar biasa. Apabila segala sesuatu dinisbatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa, maka seluruh entitas seperti pohon kurma, sementara kurma sendiri seperti buah yang penciptaannya sangat mudah. Sebaliknya, apabila ia dinisbatkan kepada banyak tuhan, pohon kurma seperti alam, sementara buahnya seperti pohon dilihat dari tingkat kesulitannya. Pasalnya, dengan satu perbuatan, Zat Yang Mahaesa bisa mewujudkan hasil dan buah bagi banyak hal tanpa ada kesulitan sama sekali. Andaikan buah dan hasil tersebut dinisbatkan kepada banyak tuhan ia baru bisa terwujud dengan begitu banyak kesulitan dan pertentangan seperti pemimpin bersama pasukannya, bumi bersama sejumlah planet, air mancur bersama tetesannya, titik pusat dan sejumlah titik di sekitarnya.
Hal itu sesuai dengan kenyataan bahwa dalam keesaan, penisbatan tegak di atas kekuasaan yang tak terbatas. Sebab atau makhluk tidak perlu memikul sumber-sumber kekuatannya sehingga entitas menjadi besar akibat bernisbat kepada-Nya. Sebaliknya, dalam keberadaan sekutu masing-masing sebab atau makhluk dipaksa untuk memikul sumber-sumber kekuataannya sehingga menjadi kecil dan hina. Dari sini kita memahami mengapa semut dan lalat bisa mengalahkan para tiran serta benih kecil bisa memikul pohon yang besar.
Ia juga sesuai dengan kenyataan bahwa dalam menisbatkan segala sesuatu kepada Zat Yang Mahaesa proses penciptaannya tidak terjadi dari tiada. Namun, penciptaan tersebut adalah bentuk peralihan entitas dari batini menuju wujud lahiri. Sama seperti peralihan bentuk yang tampak di cermin pada lembaran pas photo guna menegaskan wujud lahiriahnya dengan sangat mudah. Sebaliknya, menisbatkan segala sesuatu kepada sebab dan banyak tuhan mengharuskan penciptaan dari tiada. Jika tidak mustahil, minimal ia merupakan sesuatu yang jauh lebih sulit. Kemudahan dalam keesaan sampai pada tingkat wajib, sementara kesulitan dalam banyak tuhan sampai pada tingkat mustahil. Dalam keesaan kreasi dan penciptaan bisa berasal dari tiada. Artinya, penciptaan entitas dari tiada tanpa membutuhkan waktu dan materi, sementara dalam keberadaan sekutu dan banyak tuhan penciptaan tidak mungkin berasal dari tiada seperti pandangan seluruh kaum yang berakal. Kehadiran makhluk hidup harus dengan cara mengumpulkan atom yang bertebaran di bumi dan sejumlah unsur. Tanpa cetakan batini maka untuk melindungi atom-atom tersebut di tubuh makhluk harus terdapat pengetahuan yang bersifat menyeluruh dan kehendak pada setiap atom.
No Voice