Risalah Mi’raj | Risalah Mi’raj | 29
(1-43)
partikel bergerak menuju laut ketiadaan dan perpisahan abadi. Ya. Kondisi yang pedih yang menghentak perasaan jin dan manusia mengitari mereka dari segala penjuru. Namun, kabar gembira itu hadir ke hadapan mereka. Bayangkan betapa kabar gembira itu melahirkan kebahagiaan, kelapangan, dan sukacita pada jin dan manusia yang mengira akan lenyap untuk selamanya. Kemudian, setelah itu beliau menginformasikan kadar dari kabar gembira tersebut. Andaikan orang yang telah mendapat vonis mati ketika berjalan menuju tiang gantungan mendapat berita bahwa raja telah memberinya ampunan serta sebuah rumah di dekatnya, bayangkan betapa informasi tersebut melahirkan sukacita dan kegembiraan yang luar biasa pada diri orang yang mendapat vonis mati tadi. Agar engkau bisa membayangkan nilai dari buah dan kabar gembira tersebut kumpulkan semua kegembiraan di atas sebanyak jumlah jin dan manusia guna mengukur sejauh mana nilai kabar itu.
sejauh mana kenikmatan yang tersembunyi pada buah yang dipersembahkan itu serta sejauh mana manis, indah, dan nilainya lewat contoh berikut:
Setiap orang yang memiliki kalbu tentu mencintai orang yang memiliki keindahan, kesempurnaan, dan sifat baik. Cinta ini bertambah besar sesuai dengan tingkat keindahan, kesempurnaan, dan kebaikan yang ada hingga mencapai derajat cinta yang amat sangat dan penghambaan. Pemiliknya rela mengorbankan apa yang ia miliki guna melihat keindahan tersebut. Bahkan bisa jadi ia rela mengorbankan seluruh dunianya untuk melihatnya sekali. Padahal jika keindahan, kesempurnaan, dan kebaikan yang terdapat pada makhluk dibandingkan dengan keindahan, kesempurnaan, dan kebaikan Allah SWT. tentu ia tidak lebih dari kilau cahaya yang redup dibandingkan dengan mentari yang terang benderang. Jadi jika benarbenar manusia, engkau bisa mengetahui tingkat kebahagiaan abadi yang dihasilkannya serta tingkat kegembiraan, kenikmatan, yang terwujud ketika mendapat taufik melihat Dzatyang layak mendapat cinta tak terkira, rindu tak terhingga, penyaksian yang tak berujung dalam kebahagiaan tak bertepi.
Bahkan, menuju kedudukan yang paling tinggi melebihi seluruh makhluk. Buah ini melahirkan rasa gembira, suka cita, dan bahagia kepada manusia yang sulit untuk dilukiskan.
Pasalnya jika ada yang berkata kepada seorang tentara, “Engkau menjadi panglima di pasukan,” bayangkan betapa besar gembira, dan sukacitanya. Nah, manusia merupakan makhluk yang lemah, binatang yang bertutur, fana dan hina di hadapan kondisi lenyap dan perpisahan. Andaikan ada yang berkata kepadanya, “Engkau akan masuk ke dalam surga yang kekal, menikmati rahmat Tuhan yang luas dan abadi, bersenang-senang di kerajaan dan alam malakut-Nya yang seluas langit dan bumi, menikmatinya dengan seluruh keinginan hati dalam sekejap khayalan, seluas jiwa, dan lintasan pikiran. Lebih dari itu, engkau akan dapat melihat
Buah Keempat
Yaitu melihat keindahan Allah SWT.. Di samping hal itu telah didapat oleh Nabi SAW., beliau juga memberitakan bahwa setiap mukmin bisa mendapatkan buah abadi itu pula. Beliau mempersembahkan hadiah agung tersebut kepada jin dan manusia. Barangkali engkau bisa mengukur sejauh mana kenikmatan yang tersembunyi pada buah yang dipersembahkan itu serta sejauh mana manis, indah, dan nilainya lewat contoh berikut:
Setiap orang yang memiliki kalbu tentu mencintai orang yang memiliki keindahan, kesempurnaan, dan sifat baik. Cinta ini bertambah besar sesuai dengan tingkat keindahan, kesempurnaan, dan kebaikan yang ada hingga mencapai derajat cinta yang amat sangat dan penghambaan. Pemiliknya rela mengorbankan apa yang ia miliki guna melihat keindahan tersebut. Bahkan bisa jadi ia rela mengorbankan seluruh dunianya untuk melihatnya sekali. Padahal jika keindahan, kesempurnaan, dan kebaikan yang terdapat pada makhluk dibandingkan dengan keindahan, kesempurnaan, dan kebaikan Allah SWT. tentu ia tidak lebih dari kilau cahaya yang redup dibandingkan dengan mentari yang terang benderang. Jadi jika benarbenar manusia, engkau bisa mengetahui tingkat kebahagiaan abadi yang dihasilkannya serta tingkat kegembiraan, kenikmatan, yang terwujud ketika mendapat taufik melihat Dzatyang layak mendapat cinta tak terkira, rindu tak terhingga, penyaksian yang tak berujung dalam kebahagiaan tak bertepi.
Buah Kelima
Sebagaimana dapat dipahami dari mi’raj, manusia merupakan salah satu buah alam yang berharga dan makhluk yang mulia sekaligus dicinta oleh Sang Pencipta. Buah yang baik ini dibawa oleh Rasul SAW. lewat mi’raj sebagai hadiah bagi jin dan manusia. Buah tersebut mengangkat manusia dari keberadaannya sebagai makhluk yang kecil, binatang yang lemah, dan yang memiliki perasaan tak berdaya menuju kedudukan yang tinggi dan mulia. Bahkan, menuju kedudukan yang paling tinggi melebihi seluruh makhluk. Buah ini melahirkan rasa gembira, suka cita, dan bahagia kepada manusia yang sulit untuk dilukiskan.
Pasalnya jika ada yang berkata kepada seorang tentara, “Engkau menjadi panglima di pasukan,” bayangkan betapa besar gembira, dan sukacitanya. Nah, manusia merupakan makhluk yang lemah, binatang yang bertutur, fana dan hina di hadapan kondisi lenyap dan perpisahan. Andaikan ada yang berkata kepadanya, “Engkau akan masuk ke dalam surga yang kekal, menikmati rahmat Tuhan yang luas dan abadi, bersenang-senang di kerajaan dan alam malakut-Nya yang seluas langit dan bumi, menikmatinya dengan seluruh keinginan hati dalam sekejap khayalan, seluas jiwa, dan lintasan pikiran. Lebih dari itu, engkau akan dapat melihat
No Voice