Risalah Mi’raj | Risalah Mi’raj | 26
(1-43)
buahnya menggelayut ke alam bawah. Karena itu, terdapat tali yang memiliki hubungan bercahaya yang berawal dari kedudukan buah di bawah menuju pada kedudukan benih yang asli.
Mi’raj nabawi merupakan wujud dan bungkus dari tali hubungan yang bercahaya tersebut. Rasul SAW. membuka jalan tersebut dan masuk ke dalamnya lewat kewaliannya, namun kembali dengan kerasulannya. Beliau membiarkan pintu tadi terbuka agar bisa dilewati oleh para wali di kalangan umatnya yang mengikuti jalannya dengan roh dan kalbu sehingga masuk ke dalam jalan bercahaya itu pula di bawah bayangan mi’raj Nabi. Mereka naik ke dalamnya menuju kedudukan yang tinggi sesuai dengan kecenderungan dan potensinya.
Sebelumnya kami telah menjelaskan bahwa Pencipta Yang Mahaagung telah menumbuhkan dan menghias alam ini laksana istana indah untuk sejumlah maksud dan tujuan mulia. Rasul SAW. yang merupakan poros tujuan tersebut pasti menjadi objek perhatian-Nya sebelum menciptakan seluruh alam. Beliau menjadi makhluk pertama yang mendapat manifestasi-Nya. Karena hasil atau buah sesuatu pasti dipikirkan pada awal.
Dengan demikian, secara maknawi beliau merupakan yang pertama dan secara wujud beliau merupakan yang terakhir. Karena Rasul SAW. merupakan buah penciptaan yang paling sempurna, orbit dari nilai seluruh buah, dan poros kemunculan semua tujuan, maka cahayanya merupakan yang pertama kali mendapat manifestasi penciptaan.
Ya, pabrik maknawi dari alam bawah berikut hukum-hukumnya yang bersifat komprehensif hanya berada di alam atas. Hasil perbuatan makhluk yang jumlahnya tak terhingga yang merupakan penghuni bumi serta buah dari perbuatan yang dilakukan oleh jin dan manusia terwujud di alamatas itu pula.
Bahkan sejumlah isyarat Alquran, tuntutan dari nama al-Hakîm berikut hikmah yang terdapat di alam disertai bukti berbagai riwayat dan tandatanda yang tak terhingga semuanya menunjukkan bahwa kebaikan terwujud dalam bentuk buah surga, sementara kejahatan terwujud dalam bentuk pohon zaqqum neraka.Ya, entitas yang demikian banyak telah tersebar di muka bumi secara luas. Model-model penciptaan telah bercabang dalam tingkatan yang besar di mana berbagai jenis makhluk dan kelompokkelompok ciptaan yang terus berganti, memenuhi, dan menghilang dari bumi jauh melebihi ciptaan yang tersebar di seluruh alam.
Demikianlah, sumber-sumber dari makhluk yang demikian banyak pastilah menjadi hukum yang bersifat komprehensif serta merupakan manifestasi dari nama-nama-Nya yang mulia. Wujud hukum, manifestasi, dan nama-nama-Nya yang bersifat komprehensif tersebut berupa langit yang sangat sederhana—tidak kompleks—serta relatif bersih di mana masing-masingnya berposisi sebagai arasy dan atap alam serta pusat tindakan. Bahkan salah satu alam tersebut berupa surga yang berada di Sidratul Muntaha. Pembawa berita yang jujur, Nabi SAW., telah menginformasikan yang maknanya bahwa tasbih dan tahmid yang disebutkan di bumi akan berwujud dalam bentuk buah surga.
Ketiga hal di atas menjelaskan kepada kita bahwa perbendaharaan hasil dan buah dari apa yang terdapat di bumi sebenarnya berada di sana. Hasilnya mengarah ke sana. Jangan engkau berpikir, “Bagaimana mungkin kalimat alhamdulillah yang kusebutkan menjadi buah yang berbentuk di surga?” Pasalnya, ketika menyebut ucapan yang
Mi’raj nabawi merupakan wujud dan bungkus dari tali hubungan yang bercahaya tersebut. Rasul SAW. membuka jalan tersebut dan masuk ke dalamnya lewat kewaliannya, namun kembali dengan kerasulannya. Beliau membiarkan pintu tadi terbuka agar bisa dilewati oleh para wali di kalangan umatnya yang mengikuti jalannya dengan roh dan kalbu sehingga masuk ke dalam jalan bercahaya itu pula di bawah bayangan mi’raj Nabi. Mereka naik ke dalamnya menuju kedudukan yang tinggi sesuai dengan kecenderungan dan potensinya.
Sebelumnya kami telah menjelaskan bahwa Pencipta Yang Mahaagung telah menumbuhkan dan menghias alam ini laksana istana indah untuk sejumlah maksud dan tujuan mulia. Rasul SAW. yang merupakan poros tujuan tersebut pasti menjadi objek perhatian-Nya sebelum menciptakan seluruh alam. Beliau menjadi makhluk pertama yang mendapat manifestasi-Nya. Karena hasil atau buah sesuatu pasti dipikirkan pada awal.
Dengan demikian, secara maknawi beliau merupakan yang pertama dan secara wujud beliau merupakan yang terakhir. Karena Rasul SAW. merupakan buah penciptaan yang paling sempurna, orbit dari nilai seluruh buah, dan poros kemunculan semua tujuan, maka cahayanya merupakan yang pertama kali mendapat manifestasi penciptaan.
Permasalahan Ketiga
Hakikat ini demikian luas di mana akal pikiran manusia yang sempit tidak dapat menjangkau dan menyerapnya. Hanya saja, kita dapat melihatnya dari kejauhan.Ya, pabrik maknawi dari alam bawah berikut hukum-hukumnya yang bersifat komprehensif hanya berada di alam atas. Hasil perbuatan makhluk yang jumlahnya tak terhingga yang merupakan penghuni bumi serta buah dari perbuatan yang dilakukan oleh jin dan manusia terwujud di alamatas itu pula.
Bahkan sejumlah isyarat Alquran, tuntutan dari nama al-Hakîm berikut hikmah yang terdapat di alam disertai bukti berbagai riwayat dan tandatanda yang tak terhingga semuanya menunjukkan bahwa kebaikan terwujud dalam bentuk buah surga, sementara kejahatan terwujud dalam bentuk pohon zaqqum neraka.Ya, entitas yang demikian banyak telah tersebar di muka bumi secara luas. Model-model penciptaan telah bercabang dalam tingkatan yang besar di mana berbagai jenis makhluk dan kelompokkelompok ciptaan yang terus berganti, memenuhi, dan menghilang dari bumi jauh melebihi ciptaan yang tersebar di seluruh alam.
Demikianlah, sumber-sumber dari makhluk yang demikian banyak pastilah menjadi hukum yang bersifat komprehensif serta merupakan manifestasi dari nama-nama-Nya yang mulia. Wujud hukum, manifestasi, dan nama-nama-Nya yang bersifat komprehensif tersebut berupa langit yang sangat sederhana—tidak kompleks—serta relatif bersih di mana masing-masingnya berposisi sebagai arasy dan atap alam serta pusat tindakan. Bahkan salah satu alam tersebut berupa surga yang berada di Sidratul Muntaha. Pembawa berita yang jujur, Nabi SAW., telah menginformasikan yang maknanya bahwa tasbih dan tahmid yang disebutkan di bumi akan berwujud dalam bentuk buah surga.
Ketiga hal di atas menjelaskan kepada kita bahwa perbendaharaan hasil dan buah dari apa yang terdapat di bumi sebenarnya berada di sana. Hasilnya mengarah ke sana. Jangan engkau berpikir, “Bagaimana mungkin kalimat alhamdulillah yang kusebutkan menjadi buah yang berbentuk di surga?” Pasalnya, ketika menyebut ucapan yang
No Voice