Risalah Mi’raj | Risalah Mi’raj | 28
(1-43)
Penguasa azali dan abadi Yang merupakan pencipta entitas, pemilik alam semesta, dan Tuhan semesta alam, utamanya shalat. Ia memberikannya sebagai hadiah berharga dan persembahan mulia kepada seluruh jin dan manusia.
Mengetahui semua hal yang diridai Tuhan itu betapa memicu keingintahuan manusia untuk memahaminya dan melahirkan kebahagiaan di mana ia merupakan sesuatu yang sulit diilustrasikan.
Tidak aneh lantaran setiap manusia memiliki keinginan yang sangat besar untuk mengetahui apa yang diminta oleh penguasa yang telah memberi karunia padanya. Manusia juga sangat ingin mengetahui apa yang dikehendaki oleh penguasa yang telah memberi nikmat dan berbuat baik padanya.
Ketika mengetahui apa yang disenangi olehnya manusia akan sangat gembira dan merasa tenteram.
Bahkan, ia berangan angan dengan berkata dalam hati, “Andai saja ada perantara antara diriku dan penguasa guna berbicara langsung dengannya.
Aku ingin mengetahui apa yang dia kehendaki dan dia inginkan dariku.”
Ya. Manusia yang setiap waktu dan setiap keadaan senantiasa sangat membutuhkan Tuhannya, sementara ia telah mendapatkan berbagai karunia dan nikmat-Nya yang berlimpah tanpa terhitung banyaknya di mana ia yakin seluruh makhluk berada dalam genggaman kekuasaan-Nya serta cahaya keindahan dan kesempurnaan yang memancar pada entitas tidak lain merupakan bayangan dari keindahan dan kesempurnaan-Nya, dari sini pastilah manusia sangat ingin mengetahui sesuatu yang disenangi Tuhan sekaligus ingin menangkap apa yang Dia minta darinya.
Nah, Rasul SAW. telah mendengar berbagai hal yang diridai Penguasa azali dan abadi secara langsung
dengan haqqul yaqin dari balik tujuh puluh ribu hijab sebagai salah satu buah mi’raj. Beliau persembahkan itu sebagai hadiah bagi seluruh umat manusia.
Ya, manusia yang ingin mengetahui apa yang terjadi di bulan, ketika salah seorang di antara mereka pergi ke sana lalu kembali seraya memberitahukan tentang sesuatu yang ada padanya, barangkali ia akan mengorbankan banyak hal guna mendapat informasi tersebut. Kemudian ia terkagum-kagum dan takjub manakala mengetahui informasi yang terdapat di sana.Padahal bulan berkeliling di kerajaaan milik Raja Diraja yang Mahaagung bahwa bulan mengilingi bumi bagaikan lalat. Bumi berkeliling di seputar mentari bagaikan baling-baling. Mentari merupakan lampu di antara ribuan lampu yang ada bahwa ia menjadi penerang di ruang tamu milik Raja Diraja Yang Mahaagung.
Ya. Rasul SAW. telah melihat berbagai sifat Dzat Yang Mahaagung ini serta menyaksikan keindahan kreasi-Nya dan perbendaharaan rahmatNya di alam yang abadi. Setelah melihatnya beliau kembali dan menceritakan kepada manusia mengenai apa yang beliau lihat dan saksikan. Jika manusia tidak mau mendengar Rasul SAW. dengan penuh keingintahuan dan rasa takjub, maka dapat dipahami betapa mereka sangat bodoh dan jauh dari hikmah.
Ya. Dalam mi’raj dengan penglihatannya beliau menyaksikan surga. Beliau menyaksikan manifestasi rahmat Dzat Yang Maha Pengasih dan Mahaagung. Dengan haqqul yaqin dan secara pasti beliau mengenali kebahagiaan abadi. Karena itu, beliau menginformasikan kabar gembira wujud keberadaan abadi itu kepada jin dan manusia. Itulah kabar gembira yang agung yang tak mampu digambarkan oleh manusia. Pasalnya, kondisi ilusi mengitari jin dan manusia di mana seluruh entitas mengalami keadaan lenyap dan berpisah dengan dunia. Selain itu, waktu mengalir dan seluruh
Mengetahui semua hal yang diridai Tuhan itu betapa memicu keingintahuan manusia untuk memahaminya dan melahirkan kebahagiaan di mana ia merupakan sesuatu yang sulit diilustrasikan.
Tidak aneh lantaran setiap manusia memiliki keinginan yang sangat besar untuk mengetahui apa yang diminta oleh penguasa yang telah memberi karunia padanya. Manusia juga sangat ingin mengetahui apa yang dikehendaki oleh penguasa yang telah memberi nikmat dan berbuat baik padanya.
Ketika mengetahui apa yang disenangi olehnya manusia akan sangat gembira dan merasa tenteram.
Bahkan, ia berangan angan dengan berkata dalam hati, “Andai saja ada perantara antara diriku dan penguasa guna berbicara langsung dengannya.
Aku ingin mengetahui apa yang dia kehendaki dan dia inginkan dariku.”
Ya. Manusia yang setiap waktu dan setiap keadaan senantiasa sangat membutuhkan Tuhannya, sementara ia telah mendapatkan berbagai karunia dan nikmat-Nya yang berlimpah tanpa terhitung banyaknya di mana ia yakin seluruh makhluk berada dalam genggaman kekuasaan-Nya serta cahaya keindahan dan kesempurnaan yang memancar pada entitas tidak lain merupakan bayangan dari keindahan dan kesempurnaan-Nya, dari sini pastilah manusia sangat ingin mengetahui sesuatu yang disenangi Tuhan sekaligus ingin menangkap apa yang Dia minta darinya.
Nah, Rasul SAW. telah mendengar berbagai hal yang diridai Penguasa azali dan abadi secara langsung
dengan haqqul yaqin dari balik tujuh puluh ribu hijab sebagai salah satu buah mi’raj. Beliau persembahkan itu sebagai hadiah bagi seluruh umat manusia.
Ya, manusia yang ingin mengetahui apa yang terjadi di bulan, ketika salah seorang di antara mereka pergi ke sana lalu kembali seraya memberitahukan tentang sesuatu yang ada padanya, barangkali ia akan mengorbankan banyak hal guna mendapat informasi tersebut. Kemudian ia terkagum-kagum dan takjub manakala mengetahui informasi yang terdapat di sana.Padahal bulan berkeliling di kerajaaan milik Raja Diraja yang Mahaagung bahwa bulan mengilingi bumi bagaikan lalat. Bumi berkeliling di seputar mentari bagaikan baling-baling. Mentari merupakan lampu di antara ribuan lampu yang ada bahwa ia menjadi penerang di ruang tamu milik Raja Diraja Yang Mahaagung.
Ya. Rasul SAW. telah melihat berbagai sifat Dzat Yang Mahaagung ini serta menyaksikan keindahan kreasi-Nya dan perbendaharaan rahmatNya di alam yang abadi. Setelah melihatnya beliau kembali dan menceritakan kepada manusia mengenai apa yang beliau lihat dan saksikan. Jika manusia tidak mau mendengar Rasul SAW. dengan penuh keingintahuan dan rasa takjub, maka dapat dipahami betapa mereka sangat bodoh dan jauh dari hikmah.
Buah Ketiga
Beliau menyaksikan hazanah kebahagiaan abadi. Beliau menerima kuncinya serta memberikannya sebagai hadiah kepada jin dan manusia. Ya. Dalam mi’raj dengan penglihatannya beliau menyaksikan surga. Beliau menyaksikan manifestasi rahmat Dzat Yang Maha Pengasih dan Mahaagung. Dengan haqqul yaqin dan secara pasti beliau mengenali kebahagiaan abadi. Karena itu, beliau menginformasikan kabar gembira wujud keberadaan abadi itu kepada jin dan manusia. Itulah kabar gembira yang agung yang tak mampu digambarkan oleh manusia. Pasalnya, kondisi ilusi mengitari jin dan manusia di mana seluruh entitas mengalami keadaan lenyap dan berpisah dengan dunia. Selain itu, waktu mengalir dan seluruh
No Voice