Risalah Mi’raj | Risalah Mi’raj | 25
(1-43)
penghargaan dan apresiasi saat melakukan perenungan, pengungkapan, zikir, dan tahlil? Siapakah gerangan sosok penuh berkah itu kalau bukan Muhammad SAW. yang amanah?!
Nabi mulia semacam ini yang akan ditambahkan kepada timbangan kebaikannya setara dengan kebaikan yang dilakukan oleh umatnya sesuai kaidah, “yang menjadi sebab mendapat pahala seperti orang yang melaksanakannya,”; serta sosok yang akan ditambahkan kepada kesempurnaan maknawinya limpahan salawat yang dicurahkan oleh seluruh umatnya; sosok yang diberi curahan rahmat dan cinta Ilahi tak terhingga di samping buah dari tugas risalah yang berupa ganjaran maknawi yang agung. Ya, sudah pasti kepergian Nabi agung semacam ini menuju surga, Sidratul Muntaha, dan arasy yang paling agung hingga sejarak dua busur atau lebih dekat lagi melalui tangga miraj, merupakan kebenaran mutlak, sebuah hakikat, dan suatu hikmah.
Namun demikian, ia tetap bisa terlihat lewat cahaya iman.
Di sini kita berusaha mendekatkan sebagian dari hakikat tinggi tersebut kepada pemahaman lewat sejumlah perumpamaan yang bisa membantu. Contohnya sebagai berikut: Jika alam ini dilihat dengan pandangan hikmah seolah-olah ia seperti sebuah pohon besar. Sebagaimana pohon memiliki ranting, daun, bunga, dan buah, maka di alam bawah yang merupakan bagian dari pohon penciptaan ini juga bisa disaksikan bahwa unsurunsurnya berposisi seperti ranting, tumbuhan dan pepohonannya berposisi sebagai daun, hewan laksana bunga, sementara manusia ibarat buah.
Hukum Sang Pencipta Agung yang berlaku pada pohon harus berlaku pula pada pohon besar ini sesuai dengan konsekwensi nama Allah “Yang Mahabijaksana.” Nah, di antara bentuk hikmah dan kebijaksaan-Nya adalah bagaimana pohon penciptaan tersebut juga tumbuh dari benih, sementara benihnya mencakup semua model dan pilar-pilar seluruh alam di samping berisi alam fisik. Pasalnya, benih asli entitas yang berisi ribuan alam dan menjadi tempat tumbuhnya tidak mungkin berupa materi yang mati. Tidak ada satu pohon tanpa didahului oleh keberadaan jenis pohon entitas.
Esensi dan cahaya yang berposisi sebagai tempat tumbuh dan benih tidak dalam kondisi telanjang selalu. Sebab, selama ia tidak memakai pakaian buah dalam fitrahnya yang pertama, pada akhirnya ia akan dipakaikan pula. Selama manusia merupakan buah tersebut, maka buah jenis manusia yang paling terkenal dan istimewa yaitu Muhammad SAW. sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Beliaulah yang menarik perhatian makhluk secara umum lewat berbagai keutamaannya, membatasi penglihatan separuh bumi dan seperlima umat manusia pada dirinya yang penuh berkah, serta mengalihkan perhatian seluruh alam kepada sejumlah kebaikan maknawinya dengan rasa cinta, penghormatan, dan rasa kagum. Maka, sudah pasti cahaya yang merupakan benih terbentuknya alam semesta akan terwujud pada diri Muhammad SAW. dalam bentuk buah penutup.
Wahai pendengar, jangan merasa aneh jika penciptaan entitas alam agung yang menakjubkan ini berasal dari substansi parsial manusia.
Dzat Yang Mahakuasa dan agung yang telah menciptakan pohon cemara yang besar laksana alam itu sendiri dari benih kecilnya, bagaimana mungkin Dia tidak bisa mencipta entitas dari cahaya Muhammad SAW.?
Ya, pohon alam serupa dengan pohon tuba yang berada di surga. Batang dan akarnya menjalar ke alam yang tinggi, sementara ranting dan
Nabi mulia semacam ini yang akan ditambahkan kepada timbangan kebaikannya setara dengan kebaikan yang dilakukan oleh umatnya sesuai kaidah, “yang menjadi sebab mendapat pahala seperti orang yang melaksanakannya,”; serta sosok yang akan ditambahkan kepada kesempurnaan maknawinya limpahan salawat yang dicurahkan oleh seluruh umatnya; sosok yang diberi curahan rahmat dan cinta Ilahi tak terhingga di samping buah dari tugas risalah yang berupa ganjaran maknawi yang agung. Ya, sudah pasti kepergian Nabi agung semacam ini menuju surga, Sidratul Muntaha, dan arasy yang paling agung hingga sejarak dua busur atau lebih dekat lagi melalui tangga miraj, merupakan kebenaran mutlak, sebuah hakikat, dan suatu hikmah.
Permasalahan Kedua
Wahai yang sedang duduk menyimak! Hakikat yang sulit kau pahami ini memiliki dasar yang sangat dalam. Ia demikian tinggi sampai kepada batas yang tak bisa dijangkau oleh akal; bahkan tidak bisa didekati. Namun demikian, ia tetap bisa terlihat lewat cahaya iman.
Di sini kita berusaha mendekatkan sebagian dari hakikat tinggi tersebut kepada pemahaman lewat sejumlah perumpamaan yang bisa membantu. Contohnya sebagai berikut: Jika alam ini dilihat dengan pandangan hikmah seolah-olah ia seperti sebuah pohon besar. Sebagaimana pohon memiliki ranting, daun, bunga, dan buah, maka di alam bawah yang merupakan bagian dari pohon penciptaan ini juga bisa disaksikan bahwa unsurunsurnya berposisi seperti ranting, tumbuhan dan pepohonannya berposisi sebagai daun, hewan laksana bunga, sementara manusia ibarat buah.
Hukum Sang Pencipta Agung yang berlaku pada pohon harus berlaku pula pada pohon besar ini sesuai dengan konsekwensi nama Allah “Yang Mahabijaksana.” Nah, di antara bentuk hikmah dan kebijaksaan-Nya adalah bagaimana pohon penciptaan tersebut juga tumbuh dari benih, sementara benihnya mencakup semua model dan pilar-pilar seluruh alam di samping berisi alam fisik. Pasalnya, benih asli entitas yang berisi ribuan alam dan menjadi tempat tumbuhnya tidak mungkin berupa materi yang mati. Tidak ada satu pohon tanpa didahului oleh keberadaan jenis pohon entitas.
Esensi dan cahaya yang berposisi sebagai tempat tumbuh dan benih tidak dalam kondisi telanjang selalu. Sebab, selama ia tidak memakai pakaian buah dalam fitrahnya yang pertama, pada akhirnya ia akan dipakaikan pula. Selama manusia merupakan buah tersebut, maka buah jenis manusia yang paling terkenal dan istimewa yaitu Muhammad SAW. sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Beliaulah yang menarik perhatian makhluk secara umum lewat berbagai keutamaannya, membatasi penglihatan separuh bumi dan seperlima umat manusia pada dirinya yang penuh berkah, serta mengalihkan perhatian seluruh alam kepada sejumlah kebaikan maknawinya dengan rasa cinta, penghormatan, dan rasa kagum. Maka, sudah pasti cahaya yang merupakan benih terbentuknya alam semesta akan terwujud pada diri Muhammad SAW. dalam bentuk buah penutup.
Wahai pendengar, jangan merasa aneh jika penciptaan entitas alam agung yang menakjubkan ini berasal dari substansi parsial manusia.
Dzat Yang Mahakuasa dan agung yang telah menciptakan pohon cemara yang besar laksana alam itu sendiri dari benih kecilnya, bagaimana mungkin Dia tidak bisa mencipta entitas dari cahaya Muhammad SAW.?
Ya, pohon alam serupa dengan pohon tuba yang berada di surga. Batang dan akarnya menjalar ke alam yang tinggi, sementara ranting dan
No Voice