Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 100
(1-144)
Sudah maklum bahwa semua risalah ini (dengan bahasa Turki dan Arab) dahulunya memakai huruf Arab sampai tahun 1955M, kemudian Ustadz mengizinkan untuk menerbitkan yang berbahasa Turki dengan huruf Latin supaya murid-murid sekolah modern tidak ketinggalan membaca risalah-risalah an-Nur.
Dan sekarang sudah ada penerbit “Sozler” di Istanbul yang mengemban tugas mencetak dan menerbitkan risalah-risalah an-Nur, baik dalam bentuk jilid-jilid seperti “al-Kalimat”, “al-Maktubat”, al-Lama’at” dan “asu-Syua’at” atau dalam bentuk buku kecil seperti yang diisyaratkan oleh Ustadz yaitu seperti risalah “ath-Thabi’ah”, risalah “al-Hasyr”, risalah “al-Ayah al-Kubra”, risalah “an-Nawafidz” dan seterusnya.

KESUSASTERAAN RISALAH-RISALAH AN-NUR
Kesusasteraan risalah-risalah an-Nur adalah tinggi sekali. Penghulu para penyair Turki, Muhammad Akif, menggambarkan kesusateraan Ustadz – semoga Allah merahmatinya – dengan kata-katanya: “Shakespeare, Hego dan seumpamanya tidak sampai kecuali kepada peringkat murid Badiuzzaman di dalam kesusasteraan dan falsafah”.(95)
Cukup bagi kita ini sebagai gambaran bahwa ia adalah kesusateraan yang tinggi sekali.
Selagi kefasihan itu adalah berkata sesuai dengan tempatnya, yakni tidak ada kalimat panjang yang membosankan dan kalimat pendek yang merusak makna, maka tidak syak lagi bahwa pembaca risalah-risalah an-Nur sampai kepada natijah ini dengan hanya membacanya. Ia akan merasa bahwa ia membaca buku dalam bahasa Turki yang paling fasih, karena di dalamnya tidak ada hal yang bertele-tele dan penambahan dalam kalimat. Hal ini membuat Ustadz Muhammad Harb Abdul Hamid memasukkan Ustadz Said Nursi sebagai salah seorang dari tiga orang yang mengarahkan dan merubah arus kesusasteraan Turki, di dalam makalahnya di dalam majalah al-Balagh terbitan Kuwait.65
Di dalam kesusateraan risalah an-Nur tidak ada yang parau sebagaimana yang wujud di dalam kesusasteraan akhir kerajaan Othmaniyah, dan tidak ada silat lidah dengan kata-kata Barat yang kita lihat di dalam kesusasteraan Turki modern. Akan tetapi ia menggabungkan keindahan penyampaian, pilihan kata-kata, kedalaman makna dan kesegaran jiwa.
Cukup bagi pembaca budiman untuk membaca risalah dan menghayatinya. Ia akan merasa seolah-olah membaca puisi yang lembut, karena di dalamnya ada daya khayal yang subur, gambaran yang indah dan pembicaraan dengan perasaan, dan ia melihat dirinya berada di depan hujah dan bukti-bukti yang logis yang meluruskan pikiran dan akalnya, sehingga ketika selesai membaca risalah, akalnya telah mendapatkan bagiannya yang lengkap, jiwanya kenyang dan hati serta khayalnya telah mengambil bagian masing-masing. Bisa dikatakan bahwa setiap risalah itu mempunyai sifat ilmiah, rohaniah dan kekalbuan. Jadi ia bukan satu aspek saja darinya, akan tetapi semuanya tercampur menjadi satu dengan indah dan meyakinkan dalam bentuk kesusasteraan yang tinggi.
No Voice