Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 98
(1-144)
Ya, “orang yang membaca satu risalah dari risalah-risalah an-Nur tetap berada dalam kesegaran rohani dan daya tarik kejiwaan bersamanya sehingga seolah-olah risalah tersebut telah ditulis untuknya seorang. Oleh kerana itu, ia mentelaahnya terus menerus dan selalu merasa perlu kepadanya serta senantiasa merasa sangat rindu kepadanya”(93)
Barangkali inilah rahasianya mengapa murid an-Nur tidak cenderung mempelajari buku-buku lain yang bermacam-macam, karena ia telah mendapatkan kepuasan jiwa, akal dan hati di dalam risalah-risalah tersebut, kecuali bagi orang yang ingin spesialisasi di dalam suatu judul tertentu. Yang demikian itu karena risalah-risalah an-Nur membuka cakrawala ilmiah, rohani dan hati di dalam waktu yang sangat singkat yang tidak bisa dilakukan oleh berjilid-jilid buku lainnya. Pembaca tidak mendapatkan suatu peristiwa atau masalah di depannya kecuali risalah-risalah an-Nur telah membahasnya atau menyelesaikannya, baik mengenai aspek kejiwaan atau kekeluargaan atau sosial atau politik.
Ringkas kata, risalah-risalah an-Nur “menerangi zaman ini dan berikutnya, dan berbicara kepada semua manusia dengan hakekat-hakekat al-Quran al-karim. Ia memenuhi semua kebutuhan iman, Islam, pemikiran, jiwa, hati dan akal dengan cukup”.(94)
Oleh sebab itu, murid an-Nur tidak membuang waktunya dengan sia-sia meskipun sedikit, akan tetapi ia menggunakannya untuk mempelajari risalah-risalah an-Nur dan berusaha bisa merasakan ma’rifat iman dari ayat-ayat al-Quran dan hadis, sehingga akal, hati dan jiwanya menjadi terang dan ia senantiasa rindu untuk beramal serta melaksanakan apa yang disuruh oleh syariat, karena ia tidak melihat di dalam risalah-risalah an-Nur tersebut wasiat, pelajaran dan kewajiban yang dibentangkan begitu saja atau disebutkan sebagai pokok-pokok, akan tetapi ia membimbingnya dengan lemah lembut dan menyampaikannya dengan bukti-bukti akal dan fitrah serta perjalanan rohani kepada Rasulullah (s.a.w), maka di sana kotoran jiwa dibersihkan, kotoran akal dihilangkan dan mata hati dibuka untuk melihat perkara-perkara yang selama ini tidak bisa dilihat. Maka ia tidak melihat dirinya kecuali senantiasa bersama Rasulullah (s.a.w) yang tercinta dan para sahabat beliau yang mulia (r.a) pagi dan sore, dan ia tidak melihat di dalam dirinya sifat malas di dalam melaksanakan hal-hal yang sunat dan doa, serta sifat enggan mendakwahi orang lain, setelah hatinya penuh dengan cahaya cinta.
KARANGAN-KARANGAN RISALAH-RISALAH AN-NUR
Jumlah risalah-risalah an-Nur mencapai 130 risalah dengan bahasa Turki. Semuanya dikumpulkan di dalam jilid-jilid ukuran sedang sebagai berikut:
1. Sozler (al-Kalimat/ Kata-kata), merangkumi 33 risalah (kata), sebanyak 650 halaman.
2. Mektubat (al-Maktubat/ Tulisan) mencakup 33 risalah (tulisan), sebanyak 540 halaman.
3. Lem’alar (al-Lama’at/ Kilauan Cahaya) merangkumi 33 risalah (Kilauan Cahaya) sebanyak 430 halaman.
4. Sualar (asy-Syu’a at/ Cahaya) merangkumi 15 risalah (Cahaya), sebanyak 640 halaman.
Barangkali inilah rahasianya mengapa murid an-Nur tidak cenderung mempelajari buku-buku lain yang bermacam-macam, karena ia telah mendapatkan kepuasan jiwa, akal dan hati di dalam risalah-risalah tersebut, kecuali bagi orang yang ingin spesialisasi di dalam suatu judul tertentu. Yang demikian itu karena risalah-risalah an-Nur membuka cakrawala ilmiah, rohani dan hati di dalam waktu yang sangat singkat yang tidak bisa dilakukan oleh berjilid-jilid buku lainnya. Pembaca tidak mendapatkan suatu peristiwa atau masalah di depannya kecuali risalah-risalah an-Nur telah membahasnya atau menyelesaikannya, baik mengenai aspek kejiwaan atau kekeluargaan atau sosial atau politik.
Ringkas kata, risalah-risalah an-Nur “menerangi zaman ini dan berikutnya, dan berbicara kepada semua manusia dengan hakekat-hakekat al-Quran al-karim. Ia memenuhi semua kebutuhan iman, Islam, pemikiran, jiwa, hati dan akal dengan cukup”.(94)
Oleh sebab itu, murid an-Nur tidak membuang waktunya dengan sia-sia meskipun sedikit, akan tetapi ia menggunakannya untuk mempelajari risalah-risalah an-Nur dan berusaha bisa merasakan ma’rifat iman dari ayat-ayat al-Quran dan hadis, sehingga akal, hati dan jiwanya menjadi terang dan ia senantiasa rindu untuk beramal serta melaksanakan apa yang disuruh oleh syariat, karena ia tidak melihat di dalam risalah-risalah an-Nur tersebut wasiat, pelajaran dan kewajiban yang dibentangkan begitu saja atau disebutkan sebagai pokok-pokok, akan tetapi ia membimbingnya dengan lemah lembut dan menyampaikannya dengan bukti-bukti akal dan fitrah serta perjalanan rohani kepada Rasulullah (s.a.w), maka di sana kotoran jiwa dibersihkan, kotoran akal dihilangkan dan mata hati dibuka untuk melihat perkara-perkara yang selama ini tidak bisa dilihat. Maka ia tidak melihat dirinya kecuali senantiasa bersama Rasulullah (s.a.w) yang tercinta dan para sahabat beliau yang mulia (r.a) pagi dan sore, dan ia tidak melihat di dalam dirinya sifat malas di dalam melaksanakan hal-hal yang sunat dan doa, serta sifat enggan mendakwahi orang lain, setelah hatinya penuh dengan cahaya cinta.
KARANGAN-KARANGAN RISALAH-RISALAH AN-NUR
Jumlah risalah-risalah an-Nur mencapai 130 risalah dengan bahasa Turki. Semuanya dikumpulkan di dalam jilid-jilid ukuran sedang sebagai berikut:
1. Sozler (al-Kalimat/ Kata-kata), merangkumi 33 risalah (kata), sebanyak 650 halaman.
2. Mektubat (al-Maktubat/ Tulisan) mencakup 33 risalah (tulisan), sebanyak 540 halaman.
3. Lem’alar (al-Lama’at/ Kilauan Cahaya) merangkumi 33 risalah (Kilauan Cahaya) sebanyak 430 halaman.
4. Sualar (asy-Syu’a at/ Cahaya) merangkumi 15 risalah (Cahaya), sebanyak 640 halaman.
No Voice