Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 96
(1-144)
Hikmah rahasia ini adalah:
Dasar-dasar iman itu kuat lagi kokoh pada zaman-zaman yang lampau dan kepatuhan itu benar-benar sempurna, sehingga jika orang-orang yang arif itu tidak mempunyai bukti – dalam masalah-masalah furuiyah – maka penjelasan mereka itu diterima dan mencukupi.
Maka pada zaman sekarang, di mana kesesatan ilmiah telah menggerogoti dasar-dasar iman dan rukun-rukunnya, Allah Ta’ala telah mengurniakan kepada saya dan telah berbuat baik terhadap saya – Dia adalah Maha Bijaksana lagi Maha Penyayang – sebagaimana Dia mengurniakan “Pengambilan Contoh” yang merupakan Mukjizat al-Quran yang paling terang, sebagai rahmat Allah Ta’ala terhadap ketidakmampuanku, kelemahanku, kebutuhanku dan keterpaksaanku di dalam tulisan-tulisanku yang berkhidmat demi al-Quran. Maka bagiNyalah segala puji-pujian, karena dengan kaca mata “Pengambilan Contoh” saya dapat menampakkan hakekat-hakekat yang jauh menjadi dekat sekali.
Dan karena persatuan judul di dalam “Pengambilan Contoh”, maka masalah-masalah yang paling banyak terpencar dikumpulkan.
Dan dengan tangga “Pengambilan Contoh” kita sampai kepada hakekat yang paling mulia lagi tinggi dengan mudah.
Dan dari jendela “Pengambilan Contoh” keyakinan iman terhadap hakekat-hakekat yang ghaib dan dasar-dasar Islam dapat diperolehi secara lebih nyata.
Sebagaimana akal, khayal dan waham, sampai jiwa, dan hawa nafsu terpaksa menyerah, maka demikian pula setan telah meletakkan senjata.
Ringkasnya, meskipun tampak pengaruh yang kuat dan keindahan pada tulisan-tulisan saya, maka ia tiada lain kecuali sebagian dari cahaya”Pengambilan Contoh” di dalam al-Quran al-karim, bagian saya daripadanya hanyalah meminta dengan keperluan yang mendesak, merengek dengan kelemahan yang banyak. Penyakitnya dari saya dan obatnya dari al-Quran”.(86)

PENGARUH RISALAH-RISALAH AN-NUR
Orang yang terus-menerus membaca risalah-risalah an-Nur tidak akan mendapatkan pada dirinya kesegaran dan kebugaran jiwa saja, akan tetapi ia juga mendapatkan santapan rohani dan akal yang sedap, dan keluasan dalam pemikiran serta kesuburan dalam daya khayal, karena ia mengenyangkan semua aspek yang di dalam diri manusia, masing-masing mengambil bagiannya. Yang demikian itu karena:
“Risalah-risalah an-Nur tidak – seperti karangan ulama lainnya – berjalan sesuai dengan akal dan bukti serta pendangannya, dan tidak bergerak – sebagaimana keadaan para wali Sufi – dengan hanya perasaan hati dan kasyaf-kasyafnya, akan tetapi ia bergerak dengan perpaduan akal dan hati dan persatuannya serta gotong royong jiwa dengan aspek-aspek lainnya, maka ia sampai kepada ketinggian yang tidak dicapai oleh pandangan falsafah penyerang, apalagi oleh kaki dan langkah-langkahnya. Sehingga cahaya-cahayanya hakekat keimanan sampai kematanya yang dihapuskan”.(87)
No Voice