Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 93
(1-144)
ANALISA TERHADAP PERSELISIHAN PEMIKIRAN
Risalah-risalah an-Nur mengajak untuk mendirikan timbangan keadilan Ilahi yang digunakan oleh Allah Ta’ala untuk menimbang pekerjaan orang-orang yang mukallaf pada hari kiamat, dan juga untuk mendirikannya di dunia ini ketika menyebut individu atau jama’ah.
Oleh sebab itu, anda melihat ketika ia membuat timbangan dan ukuran diantara orang-orang yang berselisih dalam suatu perkara, ia tidak cenderung kepada suatu pihak dan tidak menzalimi hak salah satunya. Ia menyebut kebaikan dan kejelekan dan menyebut sebab-sebab yang menyebabkan kesalahan dengan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi dan faktor-faktor disekitarnnya dan seterusnya.
Ini adalah kebiasaan risalah-risalah an-Nur dalam perselisihan sejarah, baik antara pemikir-pemikir Islam atau antara jam’ah-jama’ah atau bentuk apapun daripada perselisihan itu. Dan dengan mengkaji teks al-Quran berikut ini, pembaca dapat mengetahui beberapa aspek analisis yang teliti dan objektif terhadap pandangan risalah-risalah an-Nur terhadap sebarang perselisihan pemikiran di dalam sejarah:
Tidak mungkin seorang pun dapat mengingkari keutamaan Ahlus Sunnah wal Jama’ah di dalam memelihara hakekat-hakekat al-Quran, keimanan dan Sunnah Nabi yang mulia di atas jalan yang putih sebagaimana ditinggalkan oleh Rasulullah (s.a.w). Dunia Islam seluruhnya berhutang budi kepada mereka dan mengakui keutamaan mereka. Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan atas kebaikan mereka terhadap umat iman dan Islam. Dengan berkat kerja yang besar ini, mayoritas wali yang saleh telah muncul dari kalangan barisan jama’ah yang diberkati ini... akan tetapi disana tampak ada wali-wali lain yang menyalahi asas-asas Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan keluar dari beberapa kaedah dan cara mereka.
Orang-orang, - dalam masalah keadaan wali-wali terebut – telah terbagi menjadi tiga kelompok:
Kelompok Pertama: Orang-orang yang mengingkari karena mereka menyalahi Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bahkan orang-orang tersebut sangat mengingkari mereka dan ada yang mengkafirkannya.
Kelompok Kedua : Orang-orang yang menyetujui kewalian mereka, meridhai mereka dan mengikuti mereka serta membela cara mereka dengan berkata: “Yang hak itu bukan terbatas pada jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah”. Dengan perkataan dan akidah demikian mereka membantu kelompok bid’ah dan bergabung dengan kesesatan. Mereka lupa bahwa orang yang mendapat hidayah tidak seharusnya menjadi jalan bagi hidayah orang lain. Jika ada orang yang memaafkan para syaikh mereka atas kesalahan dan kesilapan mereka karena mereka dipaksa tertarik, akan tetapi para pengikut mereka tidak mempunyai alasan untuk mengikuti mereka dalam hal yang benar dan salah.
Kelompok Ketiga: Orang-orang yang menempuh jalan tengah. Orang-orang tersebut tidak mengingkari kewalian dan kesalehan mereka, akan tetapi mereka tidak ridha dengan cara dan metode mereka. Mereka berkata: “Apa yang dipahami dari pendapat-pendapat yang menyalahi dasar-dasar syariat itu, mungkin timbul dari kemenangan keadaan hati dan perasaan terhadap apa yang mereka katakan, atau ia adalah kegilaan yang kita tidak mengetahui artinya dan memahami maksud serta isyarat makan dan pemikirannya.
Risalah-risalah an-Nur mengajak untuk mendirikan timbangan keadilan Ilahi yang digunakan oleh Allah Ta’ala untuk menimbang pekerjaan orang-orang yang mukallaf pada hari kiamat, dan juga untuk mendirikannya di dunia ini ketika menyebut individu atau jama’ah.
Oleh sebab itu, anda melihat ketika ia membuat timbangan dan ukuran diantara orang-orang yang berselisih dalam suatu perkara, ia tidak cenderung kepada suatu pihak dan tidak menzalimi hak salah satunya. Ia menyebut kebaikan dan kejelekan dan menyebut sebab-sebab yang menyebabkan kesalahan dengan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi dan faktor-faktor disekitarnnya dan seterusnya.
Ini adalah kebiasaan risalah-risalah an-Nur dalam perselisihan sejarah, baik antara pemikir-pemikir Islam atau antara jam’ah-jama’ah atau bentuk apapun daripada perselisihan itu. Dan dengan mengkaji teks al-Quran berikut ini, pembaca dapat mengetahui beberapa aspek analisis yang teliti dan objektif terhadap pandangan risalah-risalah an-Nur terhadap sebarang perselisihan pemikiran di dalam sejarah:
Tidak mungkin seorang pun dapat mengingkari keutamaan Ahlus Sunnah wal Jama’ah di dalam memelihara hakekat-hakekat al-Quran, keimanan dan Sunnah Nabi yang mulia di atas jalan yang putih sebagaimana ditinggalkan oleh Rasulullah (s.a.w). Dunia Islam seluruhnya berhutang budi kepada mereka dan mengakui keutamaan mereka. Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan atas kebaikan mereka terhadap umat iman dan Islam. Dengan berkat kerja yang besar ini, mayoritas wali yang saleh telah muncul dari kalangan barisan jama’ah yang diberkati ini... akan tetapi disana tampak ada wali-wali lain yang menyalahi asas-asas Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan keluar dari beberapa kaedah dan cara mereka.
Orang-orang, - dalam masalah keadaan wali-wali terebut – telah terbagi menjadi tiga kelompok:
Kelompok Pertama: Orang-orang yang mengingkari karena mereka menyalahi Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bahkan orang-orang tersebut sangat mengingkari mereka dan ada yang mengkafirkannya.
Kelompok Kedua : Orang-orang yang menyetujui kewalian mereka, meridhai mereka dan mengikuti mereka serta membela cara mereka dengan berkata: “Yang hak itu bukan terbatas pada jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah”. Dengan perkataan dan akidah demikian mereka membantu kelompok bid’ah dan bergabung dengan kesesatan. Mereka lupa bahwa orang yang mendapat hidayah tidak seharusnya menjadi jalan bagi hidayah orang lain. Jika ada orang yang memaafkan para syaikh mereka atas kesalahan dan kesilapan mereka karena mereka dipaksa tertarik, akan tetapi para pengikut mereka tidak mempunyai alasan untuk mengikuti mereka dalam hal yang benar dan salah.
Kelompok Ketiga: Orang-orang yang menempuh jalan tengah. Orang-orang tersebut tidak mengingkari kewalian dan kesalehan mereka, akan tetapi mereka tidak ridha dengan cara dan metode mereka. Mereka berkata: “Apa yang dipahami dari pendapat-pendapat yang menyalahi dasar-dasar syariat itu, mungkin timbul dari kemenangan keadaan hati dan perasaan terhadap apa yang mereka katakan, atau ia adalah kegilaan yang kita tidak mengetahui artinya dan memahami maksud serta isyarat makan dan pemikirannya.
No Voice