Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 91
(1-144)
GAYA BAHASA YANG INDAH UNTUK MENGKAJI DAN MENGUPAS SEJARAH
Tidak syak lagi bahwa cara yang biasa dipakai oleh buku-buku sirah dan sejarah adalah terikat dengan urutan waktu (konologi), yaitu menyebutkan peristiwa-peristiwa penting sesuai dengan tanggalnya. Sebagiannya ada yang mengambil pelajaran dan faedah-faedah berkaitan dengan fiqih, dan sebagian yang lain membiarkannya tanpa memberikan kesimpulan.
Akan tetapi jika kita memperhatikan al-Quran al-karim dengan teliti, kita melihat ia mempunyai cara yang khas di dalam memaparkan peristiwa-peristiwa. Terkadang ia meliputi peristiwa-peristiwa tersebut dengan teliti sekali sehingga tidak mampu disebutkan oleh sejarah secara mutlak. Hal itu untuk mengambil pelajaran besar yang meliputinya dan untuk menerangkan kekuasaan Allah Ta’ala serta ilmuNya terhadap apa yang lahir maupun batin serta untuk menjelaskan sunnahNya terhadap alam dan seterusnya.
Al-Quran juga tidak terikat dengan kronologi, akan tetapi ia menyebutkan sebagian peristiwa atau kisah di dalam suatu surat atau bagian akhir surat umpamanya, sesuai dengan konteks surat dan judul-judulnya.
Pembaca risalah-risalah an-Nur secara tidak langsung juga merasakan bahwa ia membaca sirah dan sejarah Islam sesuai dengan manhaj al-Quran, bukan metode buku-buku sirah dan sejarah, karena tidak ada risalah yang khusus mengenai sirah Nabi selain “al-Mukjizat al-Ahamdiyah”. Dengan kata lain, ia mengambil dari sirah peristiwa-peristiwa khusus dan penting pada zaman Khulafak ar-Rasyidin dan sebagian dari zaman Umawiyah dan Abbasiyah serta sultan-sultan pertama dari zaman Othmaniyah. Semua itu dapat dilihat tersebar di dalam risalah-risalah an-Nur, dan disebutkan sesuai dengan situasi dan judulnya yang tepat. Adapun mengenai zaman terakhir Othmaniyah, maka di dalam risalah-risalah an-Nur ada rincian zaman tersebut dengan pertimbangan sosial dan politiknya.54
Dengan demikian, pembaca merasa bahwa ia tidak hanya membaca sirah saja, akan tetapi ia hidup bersama sejarah dengan aktif.
Demikian pula, risalah-risalah an-Nur menerangkan tentang penentangan dan fitnah yang menjadi objek diskusi. Ia menganalisanya dengan teliti, yaitu:
1. Dari segi pandangan dunia: Mengambil sebab yang tampak.
2. Dari segi takdir Tuhan dan rahmat Ilahi.
Kemudian menyarikan hikmah Tuhan dalam permasalahan tersebut, sehingga
tidak meniggalkan sebarang tanda tanya dalam diri manusia terhadap judul tersebut, dan dengan penegasan supaya tidak ikut campur dalam permasalahan semacam ini yang timbul dari ijtihad para sahabat Nabi, karena mereka telah berlalu sesuai dengan manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah.55
Kesimpulannya, pembaca risalah-risalah an-Nur telah menguasai peristiwa-peristiwa sejarah yang terpenting dengan kesimpulan, pemahaman dan pelajarannya, dan telah merasakannya dengan hati dan memahaminya serta mengetahui tujuannya dengan akal. Dan sebelum semua itu, ia telah mengetahui hikmah Ilahi disebalik peristiwa-peristiwa tersebut. Dan tidak syak lagi, hal ini adalah yang perlu di dalam mengkaji sejarah.
No Voice