Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 88
(1-144)
Risalah-risalah an-Nur membedakan orang-orang baik dari kalangan orang-orang jahat, menyelamatkan pemikiran yang baik dari reruntuhan pemikiran yang menyesatkan dan teori-teori yang merusak, dan mengeluarkan kelompok yang bebas dari jama’ah dan lembaga-lembaga yang diragukan. Demikianlah kita melihat proses analisa, pengasingan dan pengecualian ada pada pendahuluan sebarang pembicaraan sekitar judul-judul yang bercampur di dalamnya yang bermanfaat dengan yang berbahaya, yang baik dan yang buruk, sehingga membuat pembaca merasakan di dalam gaya bahasa tersebut ada keikhlasan yang sempurna, keobjektifan yang tepat, kehati-hatian dan kewaspadaan serta penjagaan dari menzalimi mereka yang berada di luar barisan penentang. Dengan demikian tidak tercampur antara perkara yang baik lagi bermanfaat dengan yang buruk lagi berbahaya, dan orang yang bebas tidak dihukum karena kejahatan orang yang tertuduh atau jahat. Jadi serangan tersebut tidak tertuju kecuali kepada orang-orang yang jelek dikalangan orang-orang Barat. Dimulai dengan serangan terhadap benteng falsafah yang menyesatkan yang bersifat kebendaan setelah diasingkan dari tumpukannya falsafah yang bermanfaat yang membawa kepada kemajuan ilmu dan perindustrian, dan mengecualikan orang-orang yang taat beragama dari kalangan anggota-anggota organisasi Persatuan dan Kemajuan – misalnya – dari orang-orang yang membawa pemikiran yang memusuhi Islam, demikianlah seterusnya.
Ringkasnya, gaya bahasa pengecualian ini adalah salah satu keistimewaan risalah-risalah an-Nur terhadap semua orang yang mempunyai hubungan dengannya, baik individu resmi atau ulama atau kelompok atau partai atau pemikiran atau lainnya.
Dialog tersebut dimulai dengan gambaran keadaan jiwa Said Lama dan Said Baru:
“Ketika Said Baru berjalan di jalan perenungan dan pemikiran, ilmu-ilmu pengetahuan dan falsafah Eropa yang menetap – sampai suatu batas tertentu – dipemikiran Said Lama berubah menjadi penyakit-penyakit hati. Darinya muncul kesukaran dan kerumitan yang banyak di dalam hati. Maka Said Baru tidak melakukan sesuatu kecuali membersihkan pikirannya dari kotoran falsafah yang penuh hiasan dan kotoran peradaban yang dungu. Dia melihat dirinya terpaksa melawan apa yang ada di dalam jiwanya seperti perasaan jiwa yang cenderung kepada kemaslahatan Eropa dengan melakukan dialog berikut dengan kepribadian maknawi Eropa. Dengan demikian ia adalah dialog yang ringkas dari satu segi dan panjang dari segi lain.
Dan supaya tidak salah paham, maka kami peringatkan bahwa Eropa itu ada dua:
Pertama: Eropa yang bermanfaat bagi manusia, dengan agama Kristennya yang benar dan sumbangan khidmatnya terhadap kehidupan sosial manusia, dan dengan pencapaian mereka dalam bidang industri dan ilmu pengetahuan yang bersandar pada keadilan dan keinsafan. Saya tidak berbicara – dalam dialog ini – dengan bagian Eropa ini. Akan tetapi saya berbicara dengan Eropa kedua – sisi lainnya – yaitu yang busuk karena kegelapan falsafah alam dan rusak karena kebendaan yang memusuhi, dan yang menyangka kejelekan peradaban itu sebagai kebaikan baginya serta mengira keburukannya itu sebagai keutamaan, sehingga ia membawa manusia kepada kebodohan dan menambahnya kesesatan dan kesialan.
No Voice