Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 87
(1-144)
“Karena para wali Allah yang saleh tidak mungkin bisa mengetahui yang ghaib jika tidak diilhami oleh Allah Ta’ala – karena yang mengetahui ghaib hanyalah Allah, maka wali yang saleh tidak bisa menelaah hakekat dan kenyataan suatu hal pada orang lain, bahkan ia memusuhinya karena ketidak tahuannya terhadap hakekatnya. Apa yang terjadi di antara sepuluh orang yang diberi khabar gembira berupa sorga dari kalangan sahabat Nabi yang mulia menunjukkan hal ini dengan jelas. Ini berarti bahwa dua orang wali, jika seorang mengingkari yang lain, maka hal ini tidak menjatuhkan keduanya dari peringkat kewalian dan kedudukannya, kecuali jika di sana ada perkara atau ijtihad yang terang-terang salah. Oleh sebab itu:
1. Mengikuti undang-undang ayat suci berikut:
“dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang” (surat Ali Imran 134).
2. Memelihara iman kaum Mukminin dari perpecahan, yaitu dengan memelihara baik sangka yang ada di antara mereka dan syaikh-syaikh mereka atau pemimpin-pemimpin mereka.
3. Dan atas dasar keharusan menyelamatkan murid-murid risalah-risalah an-Nur yang ikhlas daripada akibat kemarahan yang berbahaya – meskipun ia benar – atas sanggahan-sanggahan yang batil.
4. Dan untuk menjauhkan hal yang terkadang dimanfaatkan oleh orang-orang yang ingkar daripada permusuhan antara dua kelompok orang-orang yang benar di mana salah satunya melukai yang lain dengan senjatanya dan sanggahan-sanggahannya serta menyembunyikan kilauan salah satunya dengan petunjuk lainnya.
Sesuai dengan dasar-dasar tersebut di atas, maka murid-murid an-Nur hendaklah:
Tidak menghadapi para penentang dengan sengit dan mengatur serta tidak membalas mereka dengan yang serupa, dan bahkan mereka harus membela diri saja dan menampakkan jiwa berdamai dan menjawab dengan jelas pokok-pokok yang disanggah, karena rasa egoisme pada zaman kita sekarang ini telah melampaui batas sehingga setiap orang tidak mau meleburkan sifat egoismenya – yang serupa sepotong salju sebesar badannya – dan tidak suka merubahnya, bahkan ia membenarkan dirinya serta melihatnya selalu punya alasan. Di sinilah timbulnya pertengkaran dan permusuhan, dan hal ini diambil manfaatnya oleh orang-orang yang batil dan sesat atas orang-orang yang benar.(79)

GAYA BAHASA PENGECUALIAN
Kerusakan akhlak yang hebat di Barat dan banyaknya kezaliman yang telah dan sedang dideritai oleh manusia ditangan orang-orang Barat serta sebab-sebab lainnya, memberikan alasan yang cukup untuk menjadi sasaran serangan yang sengit bagi para penulis dan pemikir.
Apakah di dalam risalah-risalah an-Nur ada serangan yang demikian itu terhadap Barat dan para pemikirnya?
Jawabannya adalah: ya dan tidak di dalam waktu yang sama. Karena memang risalah-risalah an-Nur menyerang Barat, akan tetapi bukan semua yang Barat. Ia mengecualikan yang baik dan bermanfaat darinya, kemudian melancarkan serangan hebat atas bagian yang merusak.
Berikut ini kami nukilkan bagi pembaca yang budiman paragraf berisi dialog yang dilakukan oleh Ustadz Badiuzzaman dengan Barat. Yaitu dialog ringkas dan mendalam sekali. Kita mendapati pengecualian ini dengan jelas pada permulaannya dan kita melihat bahwa gaya bahasa ini tidak diterapkan atas barat saja, akan tetapi ia adalah kaedah berbicara dengan semua penentang.
No Voice