Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 85
(1-144)
“Jangan kamu menyangka bahwa saya dengan pilihanku telah membuatmu sukar memahami kata-kata risalah ini, karena risalah ini adalah dialog yang tiba-tiba bersama diriku pada waktu yang sama – dari ketinggian ke tempat yang rendah, dan dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi, dari tanah liat ke bintang soraya, karena saya menempuh jalan yang belum pernah dilalui, di alam barzakh antara akal dan hati, dan akal saya berputar dari kekagetan jatuh dan naik. Setiap kali menemui “cahaya”, saya memberinya tanda supaya saya dapat mengingatnya, dan seringkali saya meletakkan kata-kata yang saya tidak bisa melahirkannya untuk menarik perhatian dan untuk mengingatkan, bukan untuk membuktikan. Dan seringkali saya meletakkan satu kata untuk sebuah “cahaya yang besar...”

GAYA BAHASA BERBICARA DENGAN PARA PENENTANG
Risalah-risalah an-Nur mempunyai gaya bahasa tersendiri terhadap para penentang. Para penentang baginya ada dua kelompok:
Kelompok orang-orang yang sesat. Mereka adalah yang menentang hakekat-hakekat keimanan dan menolaknya bahkan mereka menghalang dan memeranginya dengan segala macam cara dan jalan, baik dengan kekuatan atau dengan menudingkan tuduhan atau dengan menyebarkan pemikiran-pemikiran yang bertentangan dan propaganda-ropaganda yang menyesatkan. Dan kelompok lain yaitu kaum Muslimin yang menyanggah beberapa paragraf yang ada di dalam risalah-risalah an-Nur atau menyanggah caranya bekerja dan berkhidmat demi Islam.

A. BERSAMA ORANG-ORANG YANG SESAT:
Gaya bahasa risalah-risalah an-Nur terhadap mereka bercirikan serangan sengit yaitu dengan membatalkan kebatilan mereka dengan mendatangkan bukti-bukti yang kuat dan cukup serta menjawab tuduhan-tuduhan mereka yang zalim dan memberi peringatan yang terus menerus bahwa di sana ada azab yang menunggu mereka di dunia, sebagaimana di sana ada azab yang pedih di akhirat.
Kita melihat serangan ini tidak pernah lemah dan pudar. Ia mempunyai satu ciri yang penting yaitu, kebanyakkannya tidak menyebut nama-nama orang. Jadi ia hanya menyebut orang-orang tersebut secara mutlak. Umpamanya, ia mengatakan: “Orang-orang yang sesat”. “orang-orang yang bodoh”, “orang-orang yang munafik”, “orang-orang yang kafir”, “zindi” dan seterusnya.
Pembaca yang cerdik paham dari konteks judulnya dan dari sifat-sifat yang telah disebutkan serta pekerjaan dan tingkah laku yang telah mereka kerjakan, siapa yang dimaksud dengan orang-orang yang sesat, munafik di setiap zaman dan masa tersebut.
Risalah an-Nur juga tidak cukup menyerang dan membongkar kejelekan yang tampak dari orang-orang yang sesat saja, akan tetapi ia juga menyerang pemikiran dan hujah mereka yang lemah serta pokok-pokok sandaran pemikiran mereka. Ia menyerang dari akar-akarnya, dan melancarkan serangan sengit terhadapnya sampai pertahanan terakhir kesesatan dan pemikiran yang menentang Islam, serta menghancurkan semua dasar sia-sia yang berdiri di atasnya bangunan persepsi pemikiran dan kebatilan mereka untuk mengotori hakekat-hakekat Islam dan keindahannya yang suci.
No Voice