Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 83
(1-144)
CARA MEMBENTANGKAN JUDUL

Di permulaan risalah, Ustadz Badiuzzaman mencari ilham dari satu ayat atau beberapa ayat untuk setiap judul risalah, kemudian beliau memberikan mukadimah yang difokuskan untuk meringkas judul, lalu masuk ke dalam judul dengan keterangan dan pembentangan serta beberapa contoh untuk memperluas dan memperjelas ide. Dengan demikian, caranya membentangkan judul bebeda dari cara yang biasa dilakukan orang, yaitu memulai dari yang sederhana lalu sampai kepada yang rumit.

Risalah-risalah an-Nur dimulai dengan sesuatu yang sukar dipahami oleh pembaca sehingga membangkitkan perhatiannya, lalu mengajaknya memahami bersama aspek-aspek judul tersebut dan cara menyelesaikan permasalahannya. Oleh sebab itu, pembaca terus berada dalam posisi penonton dan pemirsa. Akan tetapi risalah tersebut menuntutnya untuk terus mengikuti dengan sungguh-sungguh dan mengkaji dengan baik dan perlahan-perlahan supaya sampai kepada pemahaman yang dikehendaki. Ini berarti bahwa risalah-risalah tersebut menjadikan pembaca sebagai pengkajinya dan bukan sebagai penonton yang tergesa-gesa.

Jadi judul tersebut secara beransur-ansur semakin jelas, sehingga pembaca tidak merasa bahwa ia telah merasakan kelazatan ayat-ayat yang ada di permulaan risalah, tanpa merasa ada penghalang atau merasa jemu dan jengkel. Seolah-olah judul tersebut membawanya bersiar-siar di taman iman untuk menikmati bau harumnya. Ia merasakan makna-makna al-Quran al-karim yang mendetail dan menghayati suasananya yang penuh berkah. Lebih dari itu, setiap risalah membina pada diri pembaca – secara beransur-ansur- banguan persepsi baru yang tumbuh dari al-Quran al-karim, setelah merobohkan apa yang dibangun oleh falsafah yang jahiliyah atau khurafat atau pemikiran dan persepsi yang salah dan remeh di dalam masyarakat. Caranya ialah dengan mendatangkan hujah yang kuat dan bukti yang kokoh sehingga orang tunduk kepadanya meskipun ia dari kalangan para penentang yang sengit. Semua ini ditambah dengan pengisian jiwa, kemahiran memilih kata dan kalimat, pembebasan daya khayal pada kawasannya dan penggerakan harapan serta pembangkitan daya perenungan dan pemikiran.

Terkadang suatu judul dibentangkan semuanya dalam bentuk soal jawab, atau terkadang soal dan jawab tersebut datang ketika menerangkan judul tersebut atau diselang selingnya untuk membangkitkan perhatian dan mendorong pemikiran pembaca. Dan terkadang pertanyaanya itu benar-benar, yakni diajukan kepada Ustadz oleh beberapa muridnya48, atau ia adalah pertanyaan dan keraguan serta bisikan setan jin dan manusia di dalam hati Mukmin, atau ia terdiri dari kedua jenis pertanyaan tersebut. Risalah “Hikmah al-Isti’adzah”49, adalah contoh terbaik untuk jenis ini.

48 Seperti di dalam “al-Maktubat” yang merangkumi kebanyakkan soalan muridnya yang ikhlas, Khulusi dan seperti di “al-Lama’at” yang mencakup soalan yang datang kepada beliau dari murid-muridnya di desa yang dekat dengan tempat pengasingannya dan lainnya.

49 Yaitu “al-Lam’ah ketiga belas”. Didalamnya ada 13 isyarat seperti kunci untuk masuk ke dalam benteng surat an-Nas dan mengandungi jawaban yang memuaskan terhadap was-was dan pertanyaan yang datang di dalam hati sekitar pergolakan keadaan, perjalanan peristiwa, arti kejahatan dan kebaikan, hikmah adanya setan dan tipu dayanya di dalam jama’ah Muslimah dan hal-hal lain yang diperlukan oleh seorang Muslim. Terjemahannya diterbitkan di dalam buku “haqaiq al-Iman”.
No Voice