Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 90
(1-144)
GAYA BAHASA MENJAWAB KERAGUAN
Adapun mengenai keraguan yang timbul terhadap Islam atau ayat-ayat suci atau hadis Nabi52, baik dari kaum Muslimin yang bodoh atau dari para orientalis, maka risalah-risalah an-Nur menjawabnya semua tanpa menyebutkan dengan jelas keraguan tersebut kecuali jarang sekali. Jawabannya adalah jawaban yang memuaskan sehingga tidak meninggalkan satu aspek pun yang tersembunyi dari keraguan tersebut kecuali diserbunya. Maka barangsiapa tidak mempunyai keraguan maka kejernihan hati dan pikirannya tidak akan kotor lagi.
Hal itu disebutkan di dalam mukadimah risalah “Al-Mu’jizat al-Quraniyah” (Mukjizat al-Quran)53:
“Setiap ayat yang disebutkan di dalam risalah ini, telah dikritik oleh orang-orang yang ingkar atau disanggah oleh para ilmuwan moden atau telah diragukan oleh para setan jin dan manusia.
Maka “al-Kalimah yang Kedua puluh lima” ini telah menerangkan hakekat ayat-ayat tersebut dan keindahan bahasanya dengan sangat jelas, sehingga dapat membuktikan bahwa apa yang disangka oleh orang-orang yang ingkar dan para ilmuwan sebagai titik lemah dan kekurangan, tiada lain hanyalah kilauan mukjizat keindahan bahasa al-Quran al-karim”.
Dan supaya kejernihan pikiran dan hati tidak tercemar, maka keraguan mereka tidak disebutkan, akan tetapi dijawab dengan jawaban yang pasti, kecuali yang disebutkan dalam beberapa ayat pada bagian pertama dari “al-Kalimah yang Kedua puluh”.
Gaya bahasa dalam menjawab keraguan ini berbeda dengan kebiasaan para ahli ilmu kalam yang terdahulu, karena risalah-risalah an-Nur menerangkan hakekatnya saja dengan keterangan yang memuaskan dan jelas sampai memaksa orang yang berbeda pendapat menyerah dan menerima tanpa menyebutkan kejatuhannya ke lembah kesesatan. Hal itu supaya tidak mempengaruhi pikiran kaum Mukminin dan tidak mencemari dan mewarnai dengan warnanya. Dengan cara ini risalah-risalah an-Nur menutup jalan-jalan penyebaran keraguan dan waham yang rusak dikalangan masyarakat.
Para mahasiswa dari kalangan murid-murid an-Nur telah menjelaskan gaya bahasa ini dengan sejelas-jelasnya dalam keterangan yang mereka keluarkan pada tahun 1950M menurut kaedah yang telah dibuat oleh Ustadz Badiuzzaman:
“Ya, jika kami mempunyai ratusan tangan dan jutaan dinar niscaya kami belanjakan semua untuk berkhidmat demi iman dan al-Quran. Kami tidak melihat ada kesempatan untuk memperhatikan arus-arus yang batil, karena umur itu sangat pendek dan waktu sangat sempit. Ustadz Badiuzzaman telah berkata: “Sibuk dengan sesuatu yang fana itu adalah kefanaan dan dengan yang rusak itu adalah kerusakan”. Oleh sebab itu, menerangkan masalah-masalah yang batil dan memperhatikan penggambarannya dengan baik adalah termasuk sebab yang menyebabkan penyesatan pikiran yang jernih dan pencemarannya. Seringkali seseorang mempelajari perkara-perkara yang batil dengan tujuan membuktikan kebatilannya, dan menjadikan pembuktian tersebut sebagai cara untuk menerangkan hak, akan tetapi ketika ia berbuat demikian, lembaran pikirannya berubah sedikit demi sedikit tanpa dirasakannya, sehingga kesetiaan dan keikhlasannya berkurang secara beransur-ansur dan kekuatan agamanya semakin lemah. Pada waktu itu, ia tidak bisa membedakan yang benar dari yang salah, sehingga bingunglah ia. Na’udzubillah.
Sedang risalah-risalah an-Nur, ia menghilangkan kegelapan dari hati secara tuntas dan meneranginya dengan cahaya iman yang senantiasa menunjuki yang hak itu tetap hak dan yang batil itu tetap batil, sehingga ia tidak bingung”.
No Voice