Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 110
(1-144)
Adapun mengenai ibadah hati seperti ikhlas, tawakkal, dan peringkat-peringkat al-khauf (takut), ar-rajak (pengharapan), cinta serta membersihkan diri dari riya, ‘ujub dan takabbur, maka ia adalah medan pertama dan luas bagi risalah-risalah an-Nur. Anda melihat banyak sekali penegasan terhadap ikhlas, dan pembahasan serta terapi yang teliti sekali terhadap penyakit was-was hati dan pikiran yang buruk serta jalan masuk setan di dalam jiwa atau barisan jama’ah Muslim. Demikian pula makna sabar, kesetiaan dan mengutamakan orang lain serta makna-makna lain yang hilang dari kaum Muslimin pada waktu sekarang sehingga tidak terbiasa bagi mereka.

Tujuan paling menonjol yang dituju oleh risalah-risalah an-Nur terhadap manusia ialah membangkitkan kemampuan berpikir dan merenungkan pada dirinya, karena tanpa keduanya tidak mungkin ikhlas, iman dan amal itu menjadi hal yang spontanitas.

BERSAMA ILMU-ILMU ALAM

Di antara perkara yang tidak diperselisihkan antara dua orang ialah, bahwa al-Quran dan sunnah Nabi telah menyuruh untuk mencari ilmu. Jadi tidak aneh jika kita melihat suruhan itu di dalam risalah-risalah an-Nur. Ia telah meletakkan asas dan kaedah pembahasan ilmiah dan apa yang mesti dipunyai oleh seorang pembahas73 Ia juga telah mendorong kepada spesialisasi dalam satu bidang dan tidak mengerahkan seluruh tenaga kepada beberapa cabang ilmu pengetahuan, karena “orang itu- meskipun ia luar biasa – hanya akan bisa menjadi ahli dan orang yang memiliki empat atau lima displin ilmu saja”. (106)

Dan karena al-Quran al-karim adalah sumber ilham risalah-risalah an-Nur – sebagaimana diumumkan oleh Ustadz berulang kali -, maka judul ini harus dibentangkan yaitu mengenai pengambilan ilham dari ayat-ayat Al-Quran. Kita melihat bahwa risalah-risalah an-nur menarik perhatian kepada “keustadzan al-Quran” bagi seluruh manusia dengan suruhannya kepada manusia supaya berusaha dengan sungguh-sungguh dan bekerja terus-menerus untuk mencapai apa yang disebutnya seperti mukjizat para nabi (a.s). seolah-olas ia menunjukkan mereka dengannya bahwa bandingan mukjizat-mukjizat tersebut akan terealisir pada masa depan dengan berjalan di jalan ilmu pengetahuan, maka ia menyuruh manusia untuk melakukan itu dan seakan-akan ia berkata kepadanya: “Marilah bekerja dan berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang hampir serupa dengan mukjizat-mukjizat ini. Marilah menempuh jarak dua bulan dalam waktu satu hari saja seperti Sulaiaman (a.s). Obatilah penyakit yang paling bahaya seperti Isa (a.s) mengobati. Pancarkanlah air yang menimbulkan kehidupan dari batu karang dan selamatkanlah manusia dari kehausan seperti tongkat Musa (a.s). carilah bahan yang melindungimu dari kebakaran dan pakailah ia seperti Ibrahim (a.s). pungutlah suara dan gambar yang paling jauh dari timur dan barat supaya kamu dapat mendengar dan melihatnya sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian nabi. Lenturkanlah besi bagaikan adonan seperti yang dilakukan oleh Dawud (a.s) dan jadikanlah ia seperti lilin sehingga menjadi asas bagi semua perindustrian manusia. Dan sebagaimana kamu mengambil banyak manfaatnya, seperti untuk membuat jam dan kapal yang merupakan sebagian mukjizat Yusuf dan Nuh (a.s), maka manfaatkanlah juga pelajaran dari mukjizat para nabi sebagaimana kamu memanfaatkan jam dan kapal. Tiru dan contohilah keduanya”.74
------------------------------------------
73 Seorang pembahas harus mendalami masa judulnya.
74 Al-Khutbah asy-Syamiyah hal 45 terjemahan Ustadz Asim al-Husaini dan rinciannya di dalam “al-Mu’jizat al-Quraniyah”
No Voice