Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 112
(1-144)
1. Puncak ilmu dan akhir batasnya telah dicapai oleh para nabi (s.a) dengan mukjizat mereka, dan bahwa semuanya itu bersandar kepada asma’husna dan berakhir padanya.

2. Apa yang diagungkan oleh manusia daripada penemuan-penemuan modern akan menjadi perkara biasa di masa yang akan datang. Oleh kerana itu, ia tidak layak diagungkan kecuali sekedar yang dapat mengingatkan kepada keagungan Allah Ta’ala

3. Semua yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan tiada lain adalah salah satu kesan Allah di dalam wujud dan ia adalah sebaik cara untuk melihat hikmah, kekuasaan dan keagunganNya.

4. Dengan demikian perlu membangkitkan unsur pemikiran pada diri manusia ketika melihat kerajaan langit dan bumi, yakni membiasakannya ibadah pemikiran.

5. Perlu memberikan banyak contoh untuk mempersiapkan dan mengkonsentrasikan akal dan jiwa untuk menerima ayat-ayat al-Quran dan hadis dengan taat setia, karena banyak akal yang diberi minuman selain air Islam di sekolah-sekolah itu merasa sempit menghadapi banyak ayat al-Quran dan hadis Nabi. (112)
Karena risalah-risalah an-Nur membuat pembaca melihat kepada alam seolah-olah ia adalah buku Ilahi yang terbuka dan di dalamnya telah terukir ukiran asma’ husna, maka dengan mudah ia memahami hikmah makhluk-makhluk atau peristiwa-peristiwa atau pelbagai macam perkara di bawah cahaya manifestasi asma’husna tersebut, karena ia telah diterangkan secara rinci di dalam pelbagai risalah an-Nur sehingga ilmu-ilmu sekarang pada hakekatnya adalah cakrawala bagi manifestasi asma’husna tesebut.
Dari sini dapat kita pahami sebab keberhasilan yang diperolehi Pusat Kajian Ilmiah yang dibentuk oleh murid-murid an-Nur pada akhir-akhir ini dan yang menerbitkan buku-buku kecil yang bersifat ilmiah dan keimanan75 dalam peringkat yang tinggi, sehingga dalam satu tahun saja telah dicetak sebanyak sepuluh kali cetakan, karena yang menerbitkan adalah para profesor handal yang telah menimba ilmu dari risalah-risalah an-Nur dan memahaminya dengan sepenuhnya, maka mereka mampu mempersembahkan ilmu modern dengan gaya bahasa keimanan yang indah, sambil memperhatikan masalah pengerahan perenungan dan pikiran pada diri pembaca serta pembentangan penemuan ilmiah dan teori-teorinya yang paling mutakhir, kemudian dari sana sampailah kepada Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengatur terhadap semua kesan-kesan yang terpencar di depan mata manusia, dan kami tidak mengetahui bandingan gaya bahasa ini dalam bahasa Arab sehingga kami dapat membandingkannya.
------------------------------------
75 Antara lain” Asrar an-nujum”, “Adz-Dzarrah”,”Al-mukhkh wa kaifa ya’mal”,Jism al-Insan”, Min adz-Dzarrah ila al-khaliyyah”,”Ath-Thaqah wa al-Hayah”,”Al-Kaukab al-hayy”,”Darwin wa nadhariyah at-Tathawwur”,” Min al-Khaliyyah ila al-Insan”, “Maulid al-Kaun”, “Ilm al-Biah”, “Al-Mandhumah asy-Syamsiyah”, “Mudzakkirat adz-Dzarrah”, “Asrar adz-Dzarrah” dan lainnya. Sayyid Orkhan Muhammad Ali menterjemahkan sebagian risalah-risalah ilmiah ini ke dalam bahasa Arab dan menerbitkan di Irak antara lain : “Darwin wa nadhiriyah at-Tathawwur”, Al-Insan a mu’jiah al-Hayah”, “maulid al-Kaun”, Asrar adz-Dzarrah” dan “Mudzakkirat adz-Dzarrah”.
No Voice