Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 111
(1-144)
Akan tetapi kajian metologi di sekolah-sekolah yang membesar-besarkan ilmu dan teknologi di dalam pikiran para pelajar sehingga menjadikannya sebagai sumber kebahagiaan yang timbul dari al-Quran al-karim dan sunnah Nabi, mendorong pelajar – dan juga orang lain- untuk berani bertanya: “Mengapa al-Quran al-karim tidak menyebutkan secara terang apa yang penting dalam pandangan manusia seperti peradaban masa kini yang luar biasa ? dan hanya cukup dengan isyarat dan petunjuk yang tersembunyi ?”{107}
Risalah-risalah an-Nur menjawabnya sebagai berikut: “Peradaban manusia yang luar biasa tidak layak untuk disebutkan lebih banyak dari kadar ini, karena tugas asasi al-Quran al-karim adalah mengajarkan perkara rububiyah dan kesempurnaannya serta tugas ‘ubudiyah dan keadaannya.
Oleh karena itu, hak dan bagian peradaban manusia yang luar biasa itu dari dua bidang tadi, tidak layak mendapatkan kecuali tanda yang lemah dan isyarat yang tersembnyi. Jika ia mendakwa haknya dan memintanya dari bidang rubibiyah, maka ketika itu ia tidak akan menerima bagiannya kecuali hanya sedikit sekali.
Umpamanya, jika pesawat manusia meminta al-Quran dengan katanya:
- Berilah saya hak untuk berbicara dan tempat di dalam ayat-ayatmu...
- Maka pesawat “rububiyah” yang merupakan planet-planet yang berjalan, bumi dan bulan akan berkata dengan lidah al-Quran al-karim:
- Kamu bisa mengambil tempatmu di sini, akan tetapi dengan ukuran bendamu, tidak lebih dari itu.(108)
Demikianlah risalah an-Nur membentangkan apa yang dibesar-besarkan oleh manusia seperti hasil penemuan ilmiah. Ia adalah hina dan kecil bahkan remeh di depan keagungan makhluk-makhluk Allah Ta’ala dan di depan ubudiyah manusia di atas permukaan bumi. Ia melihat bahwa apa yang disangkanya selama beberapa tahun sebagai perkara yang besar dan yang disebut secara salah “mukjizat ilmu” itu menjadi perkara yang biasa dan intuitif.
Oleh sebab itu, kita melihat bahwa risalah-risalah an-Nur menyebutkan contoh-contoh ilmiah dan memasuki kebanyakan ilmu yang dikenal dengan mengambil contoh nyata yang dapat dipahami dan dibenarkan oleh pembaca. Ia mengakui hakekat-hakekat yang dibawa oleh ilmu-ilmu sekarang, akan tetapi ia menghubungkan sebab kesesatan yang timbul pada ilmu-ilmu sekarang kepada pembatasan perhatian kepada sebab-sebab yang tampak tanpa melihat tangan kekuasaan yang bijaksana yang mempersiapkan menjalankan sebab-sebab tersebut sesuai dengan aturan yang teliti. Hal itu disebutkan di dalam masalah keenam dari risalah “ath-Thamrah” dengan judul “Kenalkan kami dengan Pencipta kami”.(109)
Demikian pula, anda bisa melihat contoh ilmu seperti ini pada keterangan makna asma’husna (110) dan di dalam risalah “adz-Dzarrah” (111) yang bagus yang merupakan bukti jelas bahwa risalah-risalah an-Nur mengambil semua ilmu sebagai wasilah untuk menerangkan tauhid, akhirat dan kenabian...
Dari hal di atas dapat kita ringkas bahwa, risalah-risalah an-Nur menggunakan metode berikut bersama ilmu-ilmu alam:
No Voice