Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 49
(1-144)
(Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung)
Kalian berbelit-belit dan mengatakan bahwa kerja-kerja keagamaanku tiada lain adalah pengeksploitasian dan alat untuk mengacaukan keamanan, akan tetapi saya katakan kepada kalian sebaliknya, bahawa tuduhan kalian ini tidak lain adalah pengekploitasian dan alat untuk membunuh agama atas nama menjaga keamanan.
Kalian mengetahui bahwa risalah an-Nur menerangi sejak dua puluh tahun, maka apakah kalian mencatat sejak hari itu sampai sekarang satu kejadian yang mengacaukan keamanan? Jadi sebenarnya pokok nomer 163 tidak lain adalah bola yang kalian tendang kemana saja yang kalian kehendaki, dan kehendak kalian tiada lain adalah memusuhi agama.
Jadi dengarkan wahai orang-orang yang menjual agamanya dengan dunia dan berbalik kepada kekafiran mutlak, saya katakan dengan sebesar kekuatan yang diberikan Allah kepadaku: Lakukan apa yang bisa kalian lakukan, karena yang paling kami dambakan adalah mengorbankan kepala kami demi menebus hakekat terkecil daripada hakekat-hakekat Islam.
Setiap saat kami menunggu hukuman mati dati kalian. Penjara luar dalam keadaan ini adalah seratus kali lebih jelek daripada penjara dalam.
Kalian berkata: Mengapa kamu tidak memakai topi kami walau sekalipun sejak dua puluh tahun yang lalu? Dan kamu tidak pernah membuka kepalamu untuk menghormati mahkamah ini walau sekalipun, padahal tujuh belas juta orang berdisplin dengan pakaian ini?
Maka saya katakan: Mereka bukan tujuh belas juta, akan tetapi bahkan tidak ada sedikitpun dari mereka yang memakainya karena kehendak dan pilihan mereka sendiri, kecuali orang-orang yang bodoh yang menggonggong dibelakang kehinaan dan kejatuhan Eropa.
Orang seperti saya adalah termasuk di antara orang-orang yang meninggalkan kehidupan sosial sejak dua puluh lima tahun, maka tidak bisa disebut menentang atau ingkar. Katakanlah itu suatu penentangan, maka selagi Mustafa Kamal sendiri tidak sanggup mematahkan penentanganku, dan dua mahkamah serta pemerintah tiga kota tidak bisa mempengaruhiku, maka apa gunanya kalian berceramah dan menyia-nyiakan waktu untuk perkara bodoh ini?”.(49)
Kata beliau lagi di bagian lain pembelaannya: “Inilah hakekat dan kami mengatakan dengan tegas: Hai orang-orang yang menjual agamanya dengan dunia! Hai orang-orang kafir yang celaka! Belanjalah sesukamu. Dunia pasti akan berakibat buruk bagimu. Dakwah suci ini telah ditebus dengan jutaan pahlawan dan kami pun telah siap untuk menebusnya dengan nyawa kami. Kami seribu kali lebih mengutamakan tinggal di penjara daripada kami melihat perkara-perkara haram dilanggar. Di bawah kediktatoran ini tidak mungkin dikatakan bahwa di sana ada kebebasan; kebebasan ilmu atau kebebasan perasaan atau kebebasan bersuara atau kebebasan beragama. Para pencari kebebasan tinggal pilih mati atau meringkuk di dalam penjara dengan berlindung kepada Allah Ta’ala seraya berkata:
Kalian berbelit-belit dan mengatakan bahwa kerja-kerja keagamaanku tiada lain adalah pengeksploitasian dan alat untuk mengacaukan keamanan, akan tetapi saya katakan kepada kalian sebaliknya, bahawa tuduhan kalian ini tidak lain adalah pengekploitasian dan alat untuk membunuh agama atas nama menjaga keamanan.
Kalian mengetahui bahwa risalah an-Nur menerangi sejak dua puluh tahun, maka apakah kalian mencatat sejak hari itu sampai sekarang satu kejadian yang mengacaukan keamanan? Jadi sebenarnya pokok nomer 163 tidak lain adalah bola yang kalian tendang kemana saja yang kalian kehendaki, dan kehendak kalian tiada lain adalah memusuhi agama.
Jadi dengarkan wahai orang-orang yang menjual agamanya dengan dunia dan berbalik kepada kekafiran mutlak, saya katakan dengan sebesar kekuatan yang diberikan Allah kepadaku: Lakukan apa yang bisa kalian lakukan, karena yang paling kami dambakan adalah mengorbankan kepala kami demi menebus hakekat terkecil daripada hakekat-hakekat Islam.
Setiap saat kami menunggu hukuman mati dati kalian. Penjara luar dalam keadaan ini adalah seratus kali lebih jelek daripada penjara dalam.
Kalian berkata: Mengapa kamu tidak memakai topi kami walau sekalipun sejak dua puluh tahun yang lalu? Dan kamu tidak pernah membuka kepalamu untuk menghormati mahkamah ini walau sekalipun, padahal tujuh belas juta orang berdisplin dengan pakaian ini?
Maka saya katakan: Mereka bukan tujuh belas juta, akan tetapi bahkan tidak ada sedikitpun dari mereka yang memakainya karena kehendak dan pilihan mereka sendiri, kecuali orang-orang yang bodoh yang menggonggong dibelakang kehinaan dan kejatuhan Eropa.
Orang seperti saya adalah termasuk di antara orang-orang yang meninggalkan kehidupan sosial sejak dua puluh lima tahun, maka tidak bisa disebut menentang atau ingkar. Katakanlah itu suatu penentangan, maka selagi Mustafa Kamal sendiri tidak sanggup mematahkan penentanganku, dan dua mahkamah serta pemerintah tiga kota tidak bisa mempengaruhiku, maka apa gunanya kalian berceramah dan menyia-nyiakan waktu untuk perkara bodoh ini?”.(49)
Kata beliau lagi di bagian lain pembelaannya: “Inilah hakekat dan kami mengatakan dengan tegas: Hai orang-orang yang menjual agamanya dengan dunia! Hai orang-orang kafir yang celaka! Belanjalah sesukamu. Dunia pasti akan berakibat buruk bagimu. Dakwah suci ini telah ditebus dengan jutaan pahlawan dan kami pun telah siap untuk menebusnya dengan nyawa kami. Kami seribu kali lebih mengutamakan tinggal di penjara daripada kami melihat perkara-perkara haram dilanggar. Di bawah kediktatoran ini tidak mungkin dikatakan bahwa di sana ada kebebasan; kebebasan ilmu atau kebebasan perasaan atau kebebasan bersuara atau kebebasan beragama. Para pencari kebebasan tinggal pilih mati atau meringkuk di dalam penjara dengan berlindung kepada Allah Ta’ala seraya berkata:
No Voice