Biografi Bediüzzaman Said Nursi | Biografi Bediüzzaman Said Nursi | 78
(1-144)
KEDUA: MENAMPAKKAN KEJERNIHAN AL-QURAN YANG SEMPURNA
A. Al-Quran al-karim adalah kitab Allah yang suci. Ia mencakup di antara lembarannya hakekat-hakekat semua ilmu. Oleh sebab itu, seorang penafsir harus benar-benar pakar dan spesialis di dalam setiap ilmu, baik ilmu bahasa, syariat atau ilmu-ilmu alam. Dan ia harus mempunyai pemikiran yang luas, penelaahan yang menyeluruh, pandangan yang dalam, keikhlasan yang sempurna, kecerdasan yang tinggi, ijtihad yang mendalam dan tepat, sebagaimana ia harus mempunyai banyak kekuatan suci dan inayah Ilahi. Semua itu supaya ia bisa menerangkan hakekat-hakekat tersebut dengan jelas dan bisa menguak makna-makna yang luas lagi mendalam tersebut dengan benar. Karena jika tidak, maka beberapa hakekat akan tetap tertutup dan tidak jelas.
B. Demikian pula, seorang penafsir seharusnya berada di bawah pengaruh perasaan pribadinya dan tidak mencampur adukkan cara dan ijtihad-ijtihadnya dengan penafsirannya. Hal itu supaya hakekat al-Quran tetap bersih, tidak ada kotoran di dalamnya, dan terjaga dari hawa nafsu pengarang.
Keistemewaan ini – yakin menampakkan kejernihan hakekat-hakekat al-Quran yang sempurna – adalah yang kita lihat di dalam risalah-risalah dan kehidupan Ustadz Said – semoga Allah merahmatinya. Beliau telah mengambil semua ilmu pada zamannya dengan kadar yang cukup banyak sehingga sampai digelari “Badiuzzaman”. Beliau dikurniai kecerdasan yang luar biasa, akal yang cemerlang dan inayah Ilahi di dalam kehidupannya. Tambahan pula, di dalam risalah-risalahnya beliau berusaha menampakkan kejernihan hakekat-hakekat al-Quran, sehingga tidak bercampur dengan hawa nafsu, karena Allah mengurniakan kepadanya keihklasan yang sempurna dan kontrol diri yang sangat ketat. Oleh sebab itu anda tidak akan melihat risalah-risalah tersebut mempunyai acuan tertentu, karena acuannya adalah al-Quran saja.

KETIGA : KEIHKLASAN PENAFSIR
Yakni bahwa dia tidak mencari dengan pekerjaanya itu selain ridha Allah Ta’ala dan tidak mengalihkan pandangannya kepada sebarang tujuan daripada tujuan-tujuan keduniaan, baik kebendaan maupun maknawi, supaya tidak melanggar ayat yang maksudnya: “dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayatKu dengan harga yang rendah” karena setiap harga di bawah ridha Allah adalah rendah. Keikhlasan yang sempurna ini harus tampak di dalam realitas kehidupan penafsir itu sendiri. Dan tidak syak lagi bahwa kehidupan Ustadz Said Nursi sendiri adalah teladan yang mengagumkan dalam masalah keihklasan ini.
No Voice