Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 104
(1-357)
Ketahuilah bahwa perbedaan antara jalanku dalam “satu tetes” yang bersumber dari Alquran dan jalan kalangan filosof adalah bahwa aku terus menggali di mana saja berada hingga air keluar. Sementara, mereka hanya terus menunggu dengan meletakkan pipa dan selang guna menunggu datangnya air dari penjuru alam serta membuat saluran dan tangga menuju atas arasy agar air kehidupan tercurah. Karena meyakini adanya sebab, mereka harus mendatangkan jutaan penjaga petunjuk di jalan panjang tersebut agar terlindung dari pengrusakan yang dilakukan oleh setan ilusi. Adapun yang Alquran ajarkan kepada kita adalah bahwa kita diberi seperti tongkat Musa. Di mana saja berada, meski di atas padang pasir, aku pukulkan tongkatku sehingga air kehidupan memancar. Tidak perlu berjalan jauh menuju alam lain serta menyambung pipa penderitaan yang demikian panjang.

Petunjuk
Sungguh malang! Keberadaan diri membutakan matanya; bahkan merupakan sumber kebutaannya. Andaikan tetap ada meski hanya sebesar sayap lalat ia akan menjadi hijab yang menghalanginya untuk melihat mentari tauhid. Lantaran keberadaannya, diri melihat berbagai petunjuk terang yang terdapat di atas batu karang kecil yang terdapat dalam benteng besar yang tersusun rapi sebagai sesuatu yang lemah. Akhirnya, ia mengingkari keberadaan benteng tadi. Dari sini kita bisa mengukur tingkat kebodohannya yang bersumber dari penglihatannya terhadap keberadaannya.

Petunjuk
Ketahuilah wahai “aku”, engkau mengetahui ribuan hal yang terdapat dalam genggamanmu adalah bagian yang masih diragukan. Karena itu, bangunlah di atas bagian yang kecil dan lemah itu sesuatu yang bisa dipikul. Jangan memikul karang besar di atas sehelai rambut yang halus. Jangan memikul pada sesuatu yang bukan milikmu kecuali dengan ijin Pemiliknya.
Apabila berbicara atas nama dirimu yang lalai, jangan melampaui batas. Wilayah perjalananmu hanya sebatas sehelai rambut.
Namun, apabila berbicara atas nama Pemilik kerajaan ini, bawalah apa yang kau lihat sesuai perintah dan kehendak-Nya, bukan sesuai keinginan-Mu. Ijin dan kehendak-Nya bisa diketahui lewat syariat.

Petunjuk
Wahai yang mencari popularitas, perhatikan baik-baik! Menurutku, popularitas adalah sumber penyakit riya dan kematian kalbu. Karena itu, janganlah engkau mencarinya agar tidak menjadi budak manusia. Kalaupun engkau menjadi populer ucapkan, “Innâ lillâhi wa innâ ilayhi râji’ûn” (kami milik Allah dan akan kembali kepada-Nya).
No Voice