Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 107
(1-357)
Jika engkau memahami alasan di atas, ketahuilah bahwa kesepakatan golongan sesat dan kafir dalam menafikan salah satu persoalan iman sangat tidak berpengaruh. Namun, ia dianggap satu. Selain itu, argumennya lemah terbatas pada yang menafikan saja. Adapun kesepakatan kelompok yang mendapat petunjuk dalam sejumlah persoalan iman, masing-masing saling menguatkan seolah-olah semuanya menjadi saksi bagi masing-masing.
Ketahuilah bahwa sebagaimana sejumlah bagian dan bebatuan dalam bangunan yang kokoh masing-masing bersandar kepada kekuatan keseluruhan sehingga kelemahan seluruhnya lenyap karena semuanya saling menopang. Seakan-akan semua merupakan penolong bagi setiap bagian. Di samping itu, sebagaimana ranting dan buah yang terdapat di pohon pengenalan sifat masing-masingnya bersandar kepada keseluruhannya, maka keseluruhan tadi memperkenalkan kepada semua. Setiap bagian ibarat teropong bagi yang lain. Terdapat standar untuk mengenalinya. Rincian kilau iman dan Islam berikut permasalahan keduanya masing-masing juga bersandar kepada kekuatan keseluruhan. Dengan bertambahnya rincian dan bagian, pemahaman setiap bagian, kuatnya pengenalan setiap bagian, ketundukan terhadap semua ketentuan, serta keyakinan terhadap setiap masalah menjadi semakin jelas. Namun demikian, nafsu setani memantul dan terpantul. Ia menyangka lemahnya satu bagian menjadi sebab bagi lemahnya keseluruhan.
Ketahuilah bahwa setiap bagian dari keseluruhan alam adalah satu jika diukur dengan berbagai kemungkinan yang terdapat pada seluruh bagian. Sebaliknya, seluruh bagian dari entitas alam merupakan standar bagi berbagai kemungkinan di mana kesemuanya menjelaskan untuk keseluruhan.
Ketahuilah bahwa bagian terkecil dari sesuatu yang paling besar membutuhkan apa yang dibutuhkan oleh sesuatu yang besar tadi. Buah membutuhkan apa yang dibutuhkan oleh pohon. Pencipta buah; bahkan sel-selnya, tentu merupakan Pencipta pohon itu pula. Bahkan, Dia adalah Pencipta bumi dan Pencipta pohon penciptaan.
Ketahuilah bahwa persoalan yang kedua sisinya demikian jauh, di mana setiap sisinya ibarat benih yang mengeluarkan bulir, pohon, dan cabang, maka ia tidak boleh diragukan. Ketidakjelasan satu benih dengan benih yang lain menjadi wajar jika benih tersebut masih berupa benih yang terbungkus. Namun, kalau ia sudah menjadi pohon dan mengeluarkan buah lalu engkau meragukan jenis benihnya, buah itulah menjadi saksi atasnya. Andaikan engkau menganggap itu sebagai benih lain, buah tadi menyanggah anggapanmu.
Misalnya, bagaimana mungkin engkau bisa menerima benih yang berubah menjadi pohon apel dianggap sebagai benih labu kecuali hal itu hanya anggapan kosong belaka. Atau, semua unsur untuk menghasilkan buah apel diganti dengan labu. Ini tentu saja mustahil.
Ketahuilah bahwa sebagaimana sejumlah bagian dan bebatuan dalam bangunan yang kokoh masing-masing bersandar kepada kekuatan keseluruhan sehingga kelemahan seluruhnya lenyap karena semuanya saling menopang. Seakan-akan semua merupakan penolong bagi setiap bagian. Di samping itu, sebagaimana ranting dan buah yang terdapat di pohon pengenalan sifat masing-masingnya bersandar kepada keseluruhannya, maka keseluruhan tadi memperkenalkan kepada semua. Setiap bagian ibarat teropong bagi yang lain. Terdapat standar untuk mengenalinya. Rincian kilau iman dan Islam berikut permasalahan keduanya masing-masing juga bersandar kepada kekuatan keseluruhan. Dengan bertambahnya rincian dan bagian, pemahaman setiap bagian, kuatnya pengenalan setiap bagian, ketundukan terhadap semua ketentuan, serta keyakinan terhadap setiap masalah menjadi semakin jelas. Namun demikian, nafsu setani memantul dan terpantul. Ia menyangka lemahnya satu bagian menjadi sebab bagi lemahnya keseluruhan.
Ketahuilah bahwa setiap bagian dari keseluruhan alam adalah satu jika diukur dengan berbagai kemungkinan yang terdapat pada seluruh bagian. Sebaliknya, seluruh bagian dari entitas alam merupakan standar bagi berbagai kemungkinan di mana kesemuanya menjelaskan untuk keseluruhan.
Ketahuilah bahwa bagian terkecil dari sesuatu yang paling besar membutuhkan apa yang dibutuhkan oleh sesuatu yang besar tadi. Buah membutuhkan apa yang dibutuhkan oleh pohon. Pencipta buah; bahkan sel-selnya, tentu merupakan Pencipta pohon itu pula. Bahkan, Dia adalah Pencipta bumi dan Pencipta pohon penciptaan.
Ketahuilah bahwa persoalan yang kedua sisinya demikian jauh, di mana setiap sisinya ibarat benih yang mengeluarkan bulir, pohon, dan cabang, maka ia tidak boleh diragukan. Ketidakjelasan satu benih dengan benih yang lain menjadi wajar jika benih tersebut masih berupa benih yang terbungkus. Namun, kalau ia sudah menjadi pohon dan mengeluarkan buah lalu engkau meragukan jenis benihnya, buah itulah menjadi saksi atasnya. Andaikan engkau menganggap itu sebagai benih lain, buah tadi menyanggah anggapanmu.
Misalnya, bagaimana mungkin engkau bisa menerima benih yang berubah menjadi pohon apel dianggap sebagai benih labu kecuali hal itu hanya anggapan kosong belaka. Atau, semua unsur untuk menghasilkan buah apel diganti dengan labu. Ini tentu saja mustahil.
No Voice