Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 113
(1-357)
Kelima, kemaslahatan adalah hikmah pilihan, bukan lantaran sebab untuk penentuan hukum. Sementara, pandangan masa kini merubah maslahat menjadi sebab penetapan hukum. Jadi, pandangan masa kini pertama-tama mengarah kepada kebahagiaan dunia, padahal pandangan syariat pertama-tama mengarah kepada kebahagiaan akhirat. Baru sesudah itu kepada dunia sebagai sarana menuju akhirat. Demikianlah, sebagian besar persoalan yang dihadapi manusia dan menjadi persoalan umum sehingga termasuk dalam kebutuhan dasar muncul dari pilihan yang keliru dan berasal dari kecenderungan yang tidak benar. Sama halnya dengan orang yang mabuk karena meminum khamar, tindakannya di saat mabuk tidak bisa dimaafkan. Nah, ijtihad dalam cara pandang semacam ini menjadi bersifat duniawi, bukan samawi. Memasuki wilayah hukum Tuhan Pencipta langit dan bumi serta hamba-Nya tanpa ijin-Nya merupakan tindakan terlarang.

Misalnya sebagian orang yang lalai memandang bagus khutbah dengan bahasa Turki untuk memberikan pemahaman politik modern kepada sebagian besar kaum muslimin. Orang yang lalai dan malang ini tidak menyadari bahwa politik modern dengan begitu banyak kebohongan, manipulasi, dan perilaku setani di dalamya telah menjadi seperti bisikan setan. Karena itu, ia tidak layak naik ke posisi penyampaian wahyu. Selain itu, orang bodoh ini juga tidak mengetahui bahwa sebagian besar umat perlu disadarkan pada berbagai kewajiban, perlu diingatkan kepada hal-hal aksiomatik, dan dimotivasi untuk melaksanakan berbagai hakikat yang telah dikenal di antara kaum mukmin, seperti rukun iman, rukun Islam, serta tingkatan ikhlas dan ihsan. Dengan banyak mendengar maka kalangan awam dan ulama sama-sama ingat dan perhatian dalam mendengar Alquran. Pasalnya, mereka memahami maksudnya secara umum, meski tidak mengetahui maknanya. Selanjutnya, orang yang lalai itu juga tidak memahami kalau khutbah dengan bahasa Arab merupakan stempel langit yang dipasang dan dihiaskan di langit persatuan Islam. Namun, dengan dirubah ia akan menjadi tato yang memecah belah dan merusak.[1]

Ketahuilah wahai yang dikepung oleh kelalaian dan gelapnya alam materi sehingga menjadi buta dan tuli dengan menyembah sebab dalam kegelapan alam ilusi! Aku akan menerjemahkan untukmu salah satu dari lima puluh lima lisan yang diungkap oleh setiap konstruksi alam dan partikelnya sebagai saksi atas keberadaan Allah Swt dan keesaan-Nya dalam uluhiyah dan rububiyah-Nya.[2] Yakni bahwa keguncangan jiwa dan akal pikiran yang bersumber dari kesesatannya yang diakibatkan oleh pengingkarannya karena rasa ragu dan tidak percaya terletak pada sikap menisbatkan sesuatu kepada dirinya serta kepada berbagai sebab lain. Hal ini membuat jiwa dan akal akhirnya berlari menuju Tuhan Yang wajib ada dan esa yang dengan kekuasaan-Nya muncul penjelasan tentang semua persoalan rumit, dengan kehendak-Nya terbukalah semua yang tadinya terkunci, dan dengan berzikir mengingat-Nya hati menjadi tenang.
------------------------------------------------------
[1] Alasan keenam ini disebutkan secara implisit di sini, namun dijelaskan secara panjang lebar dalam kalimat kedua puluh tujuh

[2] Aku telah menyebutkan seluruh lisan tersebut secara global dalam qatharah (tetesan). Adapun di sini hanya penjelasan mengenai satu lisan saja. Penulis.
No Voice