Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 117
(1-357)
Ketahuilah bahwa wilayah kesibukan manusia, serta daerah perjalanan perhatiannya tidak terbatas. Manusia bisa berkutat di dalam atom, berenang dalam satu tetesan, tertahan dalam satu titik, padahal alam berada di hadapan matanya. Manusia juga bisa memasukkan alam ke dalam akalnya hingga akhirnya berusaha melihat Allah. Manusia bisa lebih kecil dari atom dan bisa pula lebih besar daripada langit.
Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang Allah anugerahkan pada manusia memiliki sejumlah kunci pembuka. Sebagian kunci tersebut berada di luar diri manusia, sementara sebagian lagi berada dalam dirinya. Contohnya Allah menganugerahkan cahaya, udara, nutrisi, dan gema. Namun pemanfaatannya bergantung pada terbukanya mata, telinga, hidung, mulut, dan pendengaran. Demikian seterusnya. Meskipun proses pembukaan seluruh indera tadi termasuk bagian dari upaya kita, namun ia tidak akan terwujud kecuali dengan penciptaan dan kerasi-Nya. Karena itu, janganlah engkau wahai orang yang lalai membayangkan seluruh nikmat yang ada sia-sia dan akan dibiarkan begitu saja tanpa ada hisab. Sama sekali tidak demikian. Namun, ia diberikan kepadamu sesuai dengan maksud Tuhan yang telah memberikannya.
Ketahuilah bahwa akhir dan sasaran dari segala sesuatu tidak kalah teratur dan tertata daripada awalnya. Penciptaan dan hikmah dari bentuk lahiriah dan gambarannya tidaklah lebih baik daripada bagian batinnya. Jangan kau kira akhir dan batin sesuatu kurang penting dan sia-sia di mana ia terwujud secara kebetulan. Lihatlah buah bersama bunganya. Ia merupakan hikmah yang paling jelas dari pohon yang tumbuh dari benih. Tuhan Pencipta merupakan Zat Yang Maha Pertama dan Maha Terakhir, Mata Tampak dan Maha Tersembunyi. Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Ketahuilah bahwa kemukjizatan Alquran di antaranya dalam bentuk penjagaan Alquran dari segala bentuk perubahan. Karena itu, tidaklah mudah ucapan seorang ahli tafsir, penulis, penerjemah, atau yang lainnya tidak bisa gampang bercampur dengan ayat-ayatnya sebagaimana buku-buku yang lain sehingga menjadi berubah.
Ketahuilah bahwa pengulangan ayat yang berbunyi, “Maka, nikmat Tuhan yang mana yang kau dustakan?!” di pertengahan sejumlah ayat yang menjelaskan tentang ayat-ayat penciptaan yang beragam yang terdapat dalam surat ar-Rahman merupakan dalil bahwa sebagian besar pembangkangan jin dan manusia lahir dari sikap tidak mau melihat pemberian Allah dalam nikmat yang ada, sikap lalai terhadap Zat yang telah memberikannya, serta sikap menyandarkan nikmat kepada sebab atau proses kebetulan. Sebagai akibatnya, keduanya mendustakan nikmat-nikmat Allah. Karena itu, seorang mukmin harus membaca basmalah setiap kali akan mengonsumsi nikmat dengan maksud bahwa ia berasal dari-Nya. Aku mengambil nikmat tersebut dengan nama dan berkat anugerah-Nya; bukan karena perantara. Syukur dan pujian layak tertuju untuk-Nya.
Ketahuilah wahai yang sedang was-was oleh bisikan setan, penyakit kalbu dan hayalan, bisikan jiwa, serta beragam lintasan yang terdapat dalam akal pikiran saat melihat sejumlah hakikat ilahi, jangan putus asa, jangan terpengaruh, dan jangan biarkan dirimu berada dalam kelalaian agar cepat keluar dari kondisi yang ada dan selamat darinya. Bahaya yang ada hanyalah dalam ilusi belaka. Tidakkah ketika engkau melihat mentari dan cahayanya, langit berikut bintang, taman berikut bunga-bunganya lewat celah-celah pakaian yang kotor oleh berbagai hiasan, ia tidak akan mengotori keindahannya. Bahkan dirimu tidak akan memerhatikan pakaian tadi sehingga gambarannya hilang begitu saja. Pasalnya ia hanya ilusi seperti kutu atau lebah yang kalau diusir malah bisa menyerangmu. Namun, jika dibiarkan ia akan pergi dengan sendirinya.
No Voice